BUDEK PERMANEN

Entah berapa lama kami diperjalan karena kemacetan tidak dapat terelakkan, aku terus gelisah duduk dikursiku dengan mulut yang terus mengoceh dan berdoa agar mbak Bella bisa sabar menungguku, duh sungguh kebinggungan melanda, aku yang pertama kali menggalami hal seperti ini dan sialnya tidak tahu harus melakukan apa.

setelah tiba di jakarta aku segera menghentikan taksi dan meminta si supir untuk mengantarkanku ke rumah sakit yang jaraknya tidak jauh dari apertemen milik bossku.

hanya tangisan bayi saling bersautan terdengar memenuhi tempat itu yang menyambut kedatanganku, dengan hati-hati ku buka pintu dan mendapati semua orang yang ber ada diruangan ini hanya menunduk dan memberikan tatapan perihatin pada padaku dan si bayi.

"Dok mbak Bella kenapa" tanyaku sudah ditemani air mata.

"Silahkan ikut saya terlebih dahulu" ucap dokter yang bername tag Kadri

"Tapi dok mbak Bella" Dokter tidak menghiraukan ucapanku dan tetap melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan mbak bella dan dengan berat hati tetap kuikuti jua.

Dokter menceritakan kronologi kedatangan dan menjelaskan keadaan mbak Bella saat itu, tanpa kata aku hanya bisa terisak dengan rasa pilu yang memenuhi hati, begitu perih rasanya mendengar perjuangan mbak Bella selama ini, mbak Bella datang kerumah sakit seorang diri, hanya bermodalkan kartu identitas, kartu ATM dan perlengkapan dirinya dan si bayi.

Mbak Bella berhasil dalam melahirkan keduanya namun kalah dalam peperangan karena kelelahan dan pendarahan parah yang akhirnya merenggut nyawanya.

Mbak Bella melahirkan sepasang bayi kembar satunya anak laki - laki dan satunya lagi anak perempuan, kedua bayi ini begitu menggemaskan namun sayang ayahnya sendiri seperti tidak sudi mengetahui nasip kedua bayi tak berdosa ini.

Aku binggung harus menghubungi siapa lagi, karena aku tidak terlalu tahu asal usul keluarga mbak Bella, yang ku tahu mbak Bella hanya tinggal berempat, dua asisten rumah tangga dan dimas tanpa campur tangan kedua bela pihak keluarga mereka.

aku sering bertemu dengan orang tua Dimas dikantor tapi lagi-lagi sikap cuekku membuatku kalang kabut diwaktu-waktu genting seperti ini, buktinya aku tidak memiliki kontak orang tua Dimas maupun orang tua mbak Bella dan pada pilihan terakhir adalah menghubungi ayah dari kedua bayi ini, sangat sulit menghubunggi Dimas.

Kebiasaan sang iblis saat meeting dan sibuk adalah mematikan gadgetnya sehingga tidak seorang pun yang bisa menggintupsi kegiatannya,

entah sudah berapa kali aku menghubunggi dan tidak ada tanda-tanda pemilik nomor akan menjawab panggilanku dengan gigih aku menggubungi mbak astrit.

 bagaimana pun si iblis itu harus di libatkan akan kehidupan kedua anaknya hingga pukul 9 malam barulah mbak Astri menjawab panggilan telpon dan dalam membiarkanku berbicara dengan bajingan itu.

dalam perbincangan kami, aku berkata

"kemari kau keparat. kau harus mempertanggung jawabkan buah nafsumu" jeritku tanpa sadar

"cih, kau terlalu banyak ikut campur pulang dan lupakan hari ini"

"melupakannya?, sampai mati pun aku takkan pernah melupakan jika hewanpun lebih baik dari kau keparat" kataku lagi masih dengan emosi menggebuh-gebuh.

"mahaldica calista jaga bicaramu" bentaknya padaku.

"ahahahaha" kelakarku namun bukan tawa bahagia melainkan cemohan untuknya, setelah puas aku kembali berkata " lalu sebutan paling hina apa yang cocok untukmu tuan?"

"mahaldica" bentaknya sekali lagi

"saya tidak mau tahu sekarang datang dan pertanggung jawabkan perbuatanmu sebelum aku menyebarkan ini kemedia" ancamku balik

"kau berani padaku" ancamnya

"jelas, bukan kau penentu surga dan neraka jadi apa yang harus kutakurkan iblis?"

"..." kini sudah tak ada suara bantahan, yang terdengar kini suara nafas yang tenang lalu belum puas rasanya tiba-tiba sambungan terputus dan akhirnya nomor mbak astrit sudah tidak bisa dihubunggi lagi.

aku yakin lelaki itu sudah menghancurkan gadget canggih keluaran terbaru yang baru saja dicicil mbak astrit tapi apa peduliku.

kutatapi wajah damai itu, dihadapanku kedua bayi yang belum diberi nama itu terlelap pulas setelah meminum susu formula.

mereka tertidur begitu damai, melihat mereka hatiku seketika menghangat namun tetesan air mataku tak mampu kuhentikan rasa sakit, pilu dan kekecewaan begitu memenuhi pikiran.

aku menggingat diriku yang dulu dan kini harus berada di dekat mbak Bella dan twins, bayangan masa laluku kembali tertampang nyata depan mata.

Dulu aku menderita karena tak diinginkan oleh siapapun, dan itu juga terjadi pada anak mbak Bella, mereka harus terlahir tanpa ibu yang menjadi sumber kehidupannya, dan memberi kasih sayang, juga begitu mengerikannya berada di dunia ini tanpa seorang pun yang menginginkan kehadiran mereka.

Terpopuler

Comments

yuni arti

yuni arti

auto mewek😭😭😭😭

2022-05-25

0

Rama Dani

Rama Dani

bicara nya kasar

2022-03-06

0

aal lia

aal lia

astaga itu suami dan bpk macem apa kayak gt. istri lahiran sampe meninggal dia ga ada pedulinya. ya ampun amit".

2021-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!