Malam pun tiba. "Bee, Mami sama Papi pulang tuh," seru Echa dengan masuk ke dalam kamar milik Bee.
"Terus, kenapa?" sahut Bee cuek sembari mengotak-ngatik ponselnya.
"Bee, memangnya kamu gak kangen apa sama Mami dan Papi?"
"Memangnya mereka juga kangen sama aku?" Bee balik bertanya kepada Echa.
"Astaga Bee, batu banget sih kamu jadi anak. Bagaimana pun, mereka pasti kangen lah sama kamu namanya juga orang tua," sahut Echa.
Bee tidak mau berdebat dengan kakaknya itu, akhirnya Bee pun mengalah dan ikut turun bersama Echa.
"Bee, kata kakak kamu, kamu ke kampus pakai motor?" tanya Papi Angga.
"Apaan sih Kak, kerjaannya ngadu mulu," kesal Bee.
"Kakak ngadu sama Papi karena kamu itu seharusnya pakai mobil jangan pakai motor, kakak itu kasihan sama kamu. kepanasan, kehujanan, belum lagi polusi yang akan membuat wajah kamu jerawatan," sahut Echa.
Bee terlihat kesal kepada kakaknya, dia pun duduk di samping Maminya dan memeluk Maminya dengan manja.
"Mobil banyak loh sayang, ngapain panas-panasan pakai motor?" seru Mami Clara.
"Bee hanya gak mau semua orang tahu siapa Bee. Bee ingin hidup normal sama seperti anak-anak yang lainnya. Nanti kalau semua orang tahu Bee anak Anggara Wijaya, pasti mereka akan mendekati Bee gara-gara itu. Bee ingin semua orang dekat dengan Bee hanya sebagai Bianca Anggita bukan sebagai Bianca Anggita Wijaya," sahut Bee.
"Pokoknya Papi gak mau kamu memakai motor lagi titik. Dan kamu Echa, Papi ingin memperkenalkan kamu dengan anak rekan bisnis Papi. Dia seorang dokter muda namanya Sigit," seru Papi Angga dingin.
"Papi, Echa kan sudah punya pacar dan Echa hanya ingin menikah dengan Adam bukan dengan pria lain," sahut Echa.
"Jadi, kamu masih berhubungan dengan polisi itu? Astaga Echa, apa yang kamu harapkan dari seorang polisi? memangnya dia mampu menghidupi putri Papi? Papi tidak mau ya, putri Papi menderita dan hidup pas-pasan!" sentak Papi Angga.
Air mata Echa langsung menetes dan berlari pergi ke atas, Bee merasa sangat kaget dengan pernyataan Papinya. Bee dan Echa memang tidak akur dan terkesan tidak dekat tapi Bee sangat peduli kepada kakaknya dan tidak suka melihat kakaknya sedih.
"Pi, Kak Echa dan Kak Adam sudah pacaran lama bahkan Kak Adam nungguin Papi sama Mami pulang karena dia ingin minta izin buat nikahin Kak Echa. Kak Adam sangat mencintai Kak Echa dan kelihatan tulus sekali," seru Bee.
"Dari mana kamu tahu dia tulus? dia mendekati Echa pasti ada maunya karena Echa anak Anggara Wijaya," sahut Papi Angga.
Bee bangkit dari duduknya dan menatap Angga dengan sangat tajam. "Ini, kenapa alasan Bee tidak mau semua orang tahu kalau Bee anak Papi. Masih mending Papi mengizikan Bee temenan sama mereka, ini nanti Papi malah mengancam mereka untuk menjauhi Bee. Memang sangat tidak menyenangkan menjadi anak Papi." Bee pun akhirnya pergi meninggalkan Angga dan Clara.
"Astaga kenapa anak-anak itu jadi pembangkang semua, begini nih kalau mereka salah gaul," geram Papi Angga.
"Pi, jangan terlalu mengekang mereka kasihan," seru Mami Clara.
"Mami jangan ikut campur, Papi punya cara sendiri untuk mendidik mereka karena mereka memang keturunan Wijaya dan harus nurut sama Papi!" tegas Papi Angga.
Angga pun pergi dan masuk ke dalam kamar, sedangkan Clara hanya bisa diam. Angga memang dari dulu mempunyai sifat yang dingin dan tidak bisa dibantah, jadi apa pun keputusannya harus diikuti.
Bee mengintip kakaknya dan terlihat Echa sedang menangis. Perlahan Bee masuk ke dalam kamar Echa dan menghampiri Echa.
"Sudah jangan menangis," seru Bee.
"Bagaimana kakak tidak menangis, Papi mau menjodohkan kakak sama pria lain padahal kakak hanya ingin menikah dengan Adam," sahut Echa sesenggukkan.
Bee yang merasa kasihan, mengusap punggung kakaknya itu. "Nanti kita cari jalan keluarnya," seru Bee.
Echa bangkit dan duduk di hadapan Bee. "Padahal kakak kurang apa, kakak sudah nurut dan mengikuti semua keinginan Papi. Bahkan kakak sudah mengorbankan masa muda kakak hanya demi mengurus perusahaan, tapi kenapa Papi tidak mau mengabulkan permintaan kakak satu kali ini saja," seru Echa dengan deraian air matanya.
Bee ikut meneteskan air mata dan langsung memeluk Echa. "Aku janji akan membantu kakak supaya kakak bisa menikah dengan Kak Adam," seru Bee.
"Terima kasih, Bee."
Sementara itu, di sebuah restoran Vio tampak cemberut karena malam ini dia dipaksa oleh Mommynya untuk bertemu dengan pria pilihan kedua orang tuanya.
Vio bersama seorang pria tampan sedang makan malam namun Vio terlihat tidak senang.
"Hus, kamu jangan ke sini, sana pergi," seru pria yang bernama Indra itu.
"Hah, kamu ngusir aku?" seru Vio.
"Ah, bukan-bukan aku hanya bicara sendiri saja," sahut Indra gugup.
"Apaan bicara sendiri, jangan-jangan dia gila lagi," batin Vio.
Indra kembali melirik ke sampingnya dan melotot seperti ingin memarahi seseorang membuat Vio lagi-lagi mengerutkan keningnya.
"Sana pergi jangan di sini, nanti semua orang pada takut sama kamu," bisik Indra kembali.
"Sumpah, ini cowok buat aku merinding," batin Vio.
Setelah selesai makan malam bersama, Vio pun meminta Indra untuk mengantarkannya pulang karena Vio benar-benar sudah tidak betah.
Selama dalam perjalanan, tidak ada pembicaraan sama sekali. Vio sibuk dengan ponselnya sedangkan Indra sibuk mengemudikan mobilnya. Indra melihat ke arah kursi belakang, dan ternyata anak kecil yang dari tadi mengganggunya sudah duduk dengan manis.
"Ngapain kamu ikut? sudah sana keluar?" ceplos Indra.
Vio seketika menatap Indra. "Maksud kamu apa? kamu menyuruh aku untuk keluar dari mobil kamu gitu?" kesal Vio.
"Eh, bukan begitu Vio. Itu ada------"
"Ada apa? dari tadi kamu ngomong sendiri terus, seperti orang gila," kesal Vio.
Indra menghembuskan napasnya kasar. "Maafkan aku, sebenarnya aku ini anak indigo jadi aku bisa melihat penampakan-penampakan yang ada di sekitar aku," sahut Indra.
"Hah, maksudnya kamu bisa lihat setan gitu?" tanya Vio tidak percaya.
"Iya, bahkan dibangku belakang sekarang ada sosok anak kecil yang dari tadi ikutin kita," sahut Indra.
Vio menoleh ke kursi belakang dengan raut wajah yang ketakutan, namun Vio sama sekali tidak melihat ada anak kecil itu membuat Vio seketika merinding.
"Busyet, gak masuk akal bisa-bisa aku gila kalau pacaran sama anak indihome ini," batin Vio.
Tidak lama kemudian, Indra pun menghentikan mobilnya di depan rumah Vio.
"Terima kasih, aku masuk dulu," seru Vio sembari keluar dari dalam mobil Indra.
Indra membuka kaca mobilnya. "Maaf ya Vio, lain kali aku akan melarang mereka untuk mengikuti kita," seru Indra.
Vio hanya bisa menganggukkan kepalanya, lalu dengan cepat masuk ke dalam rumahnya.
"Bodo amat, siapa juga yang mau ketemuan lagi sama kamu," batin Vio dengan kesalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
🌸so0bin🌸
dari semua karakter cowok novel k poppy anggara itu karakter yg paling ku suka,,, tapi maaf ya bang angga disini kamu malah nyebelin 😁😁😁
2024-03-09
1
🌸so0bin🌸
si vio belum apa² udah gila duluan kalo terus lanjut sama sii indra 😆😆
2024-03-09
1
Bunda Elsha ChaCha
papa Angga kok egois sih
2024-02-19
1