Di pagi hari yang cukup cerah, Tania sedang bersiap-siap berangkat kuliah. Tentunya ia sudah bangun dari subuh tadi untuk membersihkan rumah dan memasak agar tantenya tak berkoar-koar.
Kalian tau sendiri bukan rasanya seperti apa jika di pagi hari saat mood kita sedang stabil namun mendapat ocehan tentunya akan membuat kita kesal bukan kepalang.
Maka dari itu Tania langsung membersihkan rumah sehabis sholat subuh untuk menghindari sesuatu hal yang bisa menghancurkan moodnya.
Dengan perlahan ia mengoleskan pelembab pada bibirnya dan dilanjutkan menghias diri.
Tidak sampai 10 menit riasan wajahnya telah siap. Tidak terlalu menor dan cukup sederhana.
Tania kemudian mengambil tas tangan dan almamater hijau kebanggaannya sembari melihat penampilannya di depan cermin.
“Okee... Udah siap!!” Gumamnya dan segera berlalu pergi.
Ternyata di ruang tamu ada tante Mira yang tengah menonton acara tausiyah salah satu ustadz ternama.
Tania jadi bingung sendiri, padahal tantenya itu sangat suka menonton acara religi namun sikapnya masih saja seperti itu padanya.
“Tante!! Aku pamit ke kantor dulu. Makanan udah aku siapin di meja makan.” Ucap Tania dan menyalim takzim punggung tangan tante Mira.
Dengan raut wajah datar, tante Mira hanya berdehem singkat dan mengucap kalimat “hati hati”.
“Hati-hati dijalan!! Kamu ini udah tante bilangin gak usah kuliah tapi masih aja...”
Padahal ia sudah mengatakan kepada Tania untuk tak usah berkuliah karena hanya akan membuang-buang uang saja.
Tania tak peduli dengan perkataan tantenya. Ia segera menuju ke garasi dan mengeluarkan motor yang biasa ia pakai.
Dilihatnya bensinnya sisa setengah dan tidak cukup untuk pulang nanti. Mau tak mau ia kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil uang.
Tante Mira yang melihatnya hanya diam dan tak berkomentar apapun. Ia sedang fokus dengan acara tv nya.
•••
Sesampainya di kantor, Tania langsung bergegas menuju ke ruang kerjanya. Menunggu Eca dan Rudi juga percuma, toh mereka bertiga beda lantai.
Saat menuju ruang kerjanya, Tania sesekali menyapa para karyawan dan petugas kebersihan yang ia temui.
“Selamat pagi, dek!!” Ucap seorang pria yang tak lain adalah Surya.
“Selamat pagi juga, Pak...” Balas Tania sopan.
Mengapa ia selalu bertemu dengan polisi tampan itu? Tania tau jika di kantor bukan sesuatu hal yang aneh jika dia bisa bertemu dengan Surya, tetapi Ahh sudahlah!!!
“Kamu pagi juga datangnya. Biasanya anak magang yang kemarin datang jam 9.”
“Eh hehe iyaa, Pak...”
Tania rasanya ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Surya. Pasalnya beberapa pegawai melihatnya dengan sedikit tersenyum menggoda.
Bisa saja mereka tengah berpikir yang tidak-tidak tentang mereka berdua.
Bahkan sesekali terdengar teriakan menggoda dari sesama rekan kerja Surya.
“Wuihh... Cocok nih, Komandan. Bentar lagi ada yang otw jadi ibu bhayangkari haha...” Ucap seorang pria bernama Pak Mul.
Tentunya Tania paham akan maksud pria berseragam polisi itu. Merasa bangga? Tentu saja tidak!!
Lagi pula Tania paham akan statusnya sekarang ini. Membayangkannya saja Tania enggan.
“Doain aja, Pak!! Lagi usaha ini haha...” Balas surya tanpa melihat raut wajah Tania yang sulit dimengerti.
Segera Tania pamit dari kecanggungan Ini. Entah mengapa Surya terkesan terang-terangan padanya.
“Saya ijin ke ruangan ya Pak, permisi!!!” Ucap Tania tanpa menunggu jawaban Surya.
Surya yang melihatnya hanya tertawa kecil dan sedikit menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Haha.. Kamu lucu banget, saya suka!!”
Sedangkan dari kejauhan ada Rudi yang memperhatikan kejadian barusan.
Tidak!! Dia tak mencintai Tania, hanya saja rasa suka dan kagum pasti ada. Tania cantik, manis dan juga memiliki sikap keibuan yang membuat siapa saja akan merasa nyaman di dekatnya.
Andai saja mereka seiman sudah pasti Rudi akan mendekati Tania.
“Anjirr... Beruntung banget sih Pak Surya kalo beneran official ama Tania. Satunya cantik satunya ganteng, gak kebayang anak mereka gimana...” Gumam Rudi terlampau jauh.
PLAKKK...
“Anjingg....” Umpat Rudi seketika saat seorang dengan tanpa dosa memukul bahunya.
Dilihatnya seorang wanita yang menjadi rivalnya. Siapa lagi jika bukan Rebecca roda tiga.
“Orang kaget tuh nyebut astagfirullah kek atau ya Tuhan Yesus kek. Elo malah ngumpat ck ck ck....” Jelas Eca bijak.
“Lo ngapain anjir?” Lanjut Eca santai tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Heh monyet... Lo kata gak sakit di geplak gitu hah? Sinting lo emang!!” Kesal Rudi.
“Ahh elah... Di pukul gitu aja ngeluh sakit. Cemen lo jadi cowo!!”
Rasanya tangan Rudi gemas ingin memukul bahu Eca agar ia bisa merasakan apa yang dirasakan olehnya.
“Tadi pertanyaan gua belum lo jawab! Lo ngapain ngintip disini?” Tanya Eca lagi.
“Lagi nyari monyet tapi monyetnya udah ada di depan gua!!” Ketus Rudi dan berlalu pergi meninggalkan Eca.
Sepertinya Rudi begitu kesal dengan Eca dan berlalu pergi tanpa mengajak Eca. Padahal mereka berada di satu lantai yang sama.
“Lah?? Dia ngambek?” Gumam Eca bingung.
“Nyari monyet tapi udah ada di depan dia? Lah anjingg, berarti gua dong? Rudi babii!!!” Pekik Eca tertahan dan segera menyusul Rudi
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments