4

4

Alhamdulillah pagi ini aku menerima uang belanja yang sejumlah dia ratus ribu dari mas Rama. Kemarin minggu kami hanya berdiam di rumah. Aku pun tidak bisa menemui mbak Yuni karena keberadaan mas Rama tidak bisa membuatku leluasa keluar rumah.

Bahkan kemarin pun mas Rama turut memakan makanan dari mbak Yuni. Sungguh ia tidak tahu malu. Bahkan untuk mengeluarkan uang untuk makannya sendiri ia tidak mau. Ya Allah rasanya air mataku sudah kering untuk menangisi keadaanku ini. Suami yang aku gadang-gadang bisa membahagiakanku dunia akhirat, nyatanya hanya bisa memberi kan ku rasa sakit dan kecewa setiap harinya.

"Jangan boros, aku berangkat kerja dulu. " Ucap mas Rama saat akan berangkat kerja. Ia meletakkan dua lembar uang seratus ribuan di sampingku. Pagi ini kami sarapan dengan nasi goreng buatanku. Serta teh hangat dari sisa-sisa gula yang masih ada.

"Ya mas, Hati-hati di jalan. " Ucapku.

Selalu aku sodorkan risky akan kami kepada mas Rama saat ia akan berangkat kerja. Dengan harapan ia mau menyalami dan mencium putra semata wayang kami. Tapi nihil, aku tidak pernah mendapatkan apa yang aku inginkan. Mas Rama tidak perduli dengan anaknya. Ia tetap acuh, padahal Risky anaknya darah dagingnya sendiri.

Risky aku letakkan di karpet di depan TV. Aku suguhkan kartun upin-ipin yang entah ia mengerti atau tidak yang jelas anakku anteng saat menonton serial kartun tersebut. Dengan bagitu aku bisa melakukan pekerjaan ku untuk membersihkan rumah dan sebagainya. Untuk makan siang aku tidak fikirkan. Aku bisa makan sisa nasi goreng tadi, dan Risky sudah aku buatkan sayur bayam. Bayamnya sendiri gratis, di halaman depan tumbuh dengan sendirinya.

Aku mulai pekerjaan ku dengan mencuci baju. Hanya sedikit baju kotor hari ini. Aku bisa menyelesaikan dengan cepat. Lalu aku mulai membersihkan rumah yang tidak seberapa besar ini. Hanya setengah jam rumah sduah kinclong. Walaupun Risky masih kecil, ia termasuk anak yang tidak suka mem berantakan mainan. Lah, mau berantakin bagaimana coba orang ia nggak punya banyak mainan kok.

"Rima Rim,,,, " Terdengar suara dari depan. Pintu rumah memang tidak aku tutup. Supaya lantai yang ku pel juga cepat kering.

"Eh mbak Yuni, masuk mbak. " Ucapku mengajak mbak Yuni masuk. Kami duduk di ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang TV. Aku bisa mengawasi anakku dari sini.

"Waduh yang habis gajian, seneng banget wajahnya. " Goda mbak Yuni padaku. Ia memang tahu jika hari senin pagi mas Rama selalu memberikan aku uang belanja.

"Jangan gitu dong mbak. Aku kan malu. Oh ya mbak Yuni ada apa ya? Maaf kalau aku belum sempat ke rumahmu mbak. Kemarin mas Rama si rumah. Mbak kan tahu bagaimana suamiku itu. " Ujarku.

"Iya Rim aku tahu itu. Sengaja aku ke sini setelah tahu si Rama sudah berangkat kerja. Aku mau bahas yang soal kamu jualan seblak. Bagaimana? Jadi? " Tanya mbak Yuni serius.

"Sebenarnya ya jadi mbak. Tapi aku bingung. Bingung modalnya dan juga cara memasarkan nya bagaimana. Kalau aku terang-terangan berjualan di depan rumah juga nggak mungkin mbak. Mas Rama pasti marah. Belum lagi ibu mertuaku. Hufftttt" Ujarku lemas. Punya semangat berjualan yang membara, namun harus terpatahkan oleh keadaan. Sungguh miris.

"Jualan online saja Rim. Suamimu biar nggak tahu. Nanti yang memasarkan nya aku, yang antar juga aku. Pokoknya kamu yang bagian masak. Bagaimana? " Usul mbak Yuni.

"Lah kalau begitu ya merepotkan mu mbak. Kalau kamu dimarahi sama mas Ramli bagaimana?? "

"Aku sudah bilang pada mas Ramli kok Rim. Dan ia tidak keberatan kalau aku bantu kamu. Tenang saja kita nanti bagi hasil. Supaya kamu juga nggak merasa tidak enakan juga Rim. Atau modalnya kita patungan. Wong kamu aku kasih modal juga nggak akan mau. Iya kan. "

"Iya sih mbak. Tapi aku ada uang hanya seratus ribu mbak. Kan aku cuma punya uang ini. Yang seratus aku buat untuk kebutuhan sehari-hari. " Ujarku.

Aku dan mbak Yuni lantas membicarakan lebih detail lagi soal usaha yang akan kami jalani bersama. Tanpa punya HP, aku tetap bisa jualan. Untunglah pintu belakang rumahku berhadapan juga dengan pintu belakang rumah mbak yuni. Sehingga aku dan mbak Yuni sepakat jika ada yang pesan seblak, mbak Yuni akan mengetuk pintu belakang. Tidak apa lah jika aku harus standby di sana. Namanya juga usaha. Harus ada yang harus dikorbankan.

Malam ini mas Rama pulang telat. Entah dari mana suamiku itu. Aku bertanya pun dijawab dengan jawaban yang tidak mengenakan hati. Lebih baik aku diam dan tidak mempermasalahkan lagi.

"Rim,,, " Panggil mas Rama kepadaku.

"Ya mas. " Jawabku singkat. Aku tengah merapikan baju-baju Risky yang sudah aku lipat dengan rapi. Anakku yang paling tampan itu juga sudah tertidur pulas.

"Mas pengen Rim. Yuk " Tiba-tiba saja mas Rama sudah memeluk ku dari belakang. Gini nih kalau ada maunya. Pasti baik-baikin aku. Mau nolak juga nggak bisa. Sebagai sorang istri aku akan berdosa jika menolak permintaan suami melaksanakan kewajiban ku.

Dan malam ini menjadi malam yang melelahkan untukku. Mas Rama tidak akan puas hanya dengan satu kali saja. Suamiku memang perkasa jika urusan ranjang. Ia akan bisa membuatku klepek-klepek dan lemas penuh dengan kepuasan. Hingga akhirnya aku tertidur karena kelelahan.

Pagi ini setalah mas Rama berangkat kerja. Aku ke warung depan untuk membeli tahu, tempe, telur dan beberapa sayuran. Untunglah ada kulkas di rumahku ini. Kulkas yang aku beli dari hasil jual HP ku. Padahal aku begitu menyayangi HP ku itu, hasil dari jerih payahku saat bekerja. Karena bagiku setelah berumah tangga, lebih penting punya kulkas daripada punya HP.

"Rim,,,, "

"Eh mbak Yuni. Bawa apa itu mbak satu kresek besar. " Tanyaku pada mbak Yuni.

"Ini bahan-bahan untuk buat seblak Rim. Hari ini ada pesanan sepuluh bungkus. Minta diantar jam sebelas nanti. Bagaimana? "

"Belum-belum kok sudah sepuluh pesanan mbak. Cepat amat. " Ucapku heran.

"Namanya juga rejeki Rim. Sudah kamu bawa pulang ini. Dan nanti jam 11 harus sudah siap ya. Aku mau bersih-bersih rumah dulu. " Mbak Yuni menyerahkan kantong kresek itu kepadaku.

"Baik mbak. Nanti kalau sudah jadi aku ketuk dari belakang ya mbak. " Ucapku. Mbak Yuni pun mengacungkan jempolnya ke hadapanku. Lalu ia masuk ke dalam rumahnya.

Untunglah selama ini mas Rama tidak pernah sekalipun membuka kulkas di rumah. Ia tidak suka minum air dingin. Jadi isi kulkas aman. Mau aku isi dengan apapun tidak akan ketahuan oleh mas Rama. Aku pun segera menyusun belanjaan dari mbak Yuni ke dalam kulkas. Menyiapkan bumbu supaya segera bisa membuat seblak sesuai pesanan.

Sebelum memulai aksiku di dapur, aku menidurkan Risky terlebih dahulu. Memberikannya susu dan biskuit kesukaan anakku. Alhamdulillah, Risky mengerti jika ibunya akan bekerja jadi ia segera memejamkan mata dan terlelap.

Kutinggalkan anakku yang terlelap, memulai pekerjaan ini dengan ucapan bismillah. Aku tersenyum memulai membuat bumbu seblak. Mbak Yuni membelikan bumbu-bumbunya begitu banyak. Sehingga bisa aku buat sekalian dan bisa disimpan di kulkas. Hal itu akan memudahkan ku jika ada pesanan-pesanan selanjutnya.

"Gimana Rim sudah jadi? " Tanya mbak Yuni yang sudah berada di ambang pintu belakang rumahnya.

"Sudah mbak, nih. " Aku menyerahkan sepuluh bungkus seblak sesuai pesanan.

"Dan ini buat icipnya mbak Yuni. Hehehe. " Aku memberikan lagi semangkuk seblak untuk mbak Yuni. Aromanya begitu kuat hingga ke indra penciuman.

"Aduh aku dapet juga. Aku bayar ya Rim. " Kata mbak yuni.

"Eh tidak usah mbak. Kok malah bayar. " Kataku. Mbak yuni lantas mengambil HP nya yang ada di saku. Aku melihatnya yang nampak serius dengan benda pipih impianku itu. Kapan ya aku bisa memiliki HP lagi.

"Rim, ada pesanan seblak tujuh. Buruan gih habis ini aku ambil ya. Aku tak antar yang ini dulu. " Kata mbak Yuni sedikit tergesa-gesa.

"Hahhh, tujuh mbak? Oke-oke. "

Betapa senangnya aku, baru hari pertama jualan tapi sudah laris. Alhamdulillah, semoga sampai sore nanti pesanan datang terus. Mbak yuni emang top jadi marketing ku, hehehehee

*******

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

bagusss 👍👍

2024-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!