"Bu Nadine, klien yang ingin memesan makanan secara besar sudah datang". Nadine tersentak kala asistennya memanggilnya.
"Ah iya, dia sekarang ada dimana ?". Tanya wanita itu menetralkan rasa terkejutnya sebab sedari tadi hanya duduk diam melamun.
"Dia berada di ruang privat Bu". Jawab nya kemudian mengarahkan Nadine ke sana.
"Apa dia sendiri didalam Melati ?". Tanyanya ketika ingin masuk.
"Tidak Bu, dia bersama asisten nya dan juga istrinya". Wanita itu hanya mengangguk kemudian membuka pintu itu.
Terlihat tiga orang yang sedang duduk berdampingan. Dua orang pria sedang berbicara entah apa yang di bicarakan nya sedangkan satu wanita yang bermain ponsel, mungkin saja merasa bosan karena tidak dihiraukan sedari tadi.
Nadine dan asistennya masuk kedalam ruang private itu, semua mata tertuju padanya bahkan seorang pria yang ada disana sangat terkejut melihat siapa yang barusan masuk.
"Maaf sa....". Ucapan Nadine terpotong melihat siapa yang tengah duduk disana, seseorang yang telah menghancurkan masa depannya ternyata adalah klien nya sendiri.
Wanita itu mengatur nafasnya dari rasa keterkejutan barusan, dia mencoba bersikap biasa saja karena dia harus profesional dalam Bekerja.
"Maaf saya sedikit terlambat". Ujar Nadine kemudian duduk berhadapan dengan tiga orang itu diikuti oleh Melati sang asisten.
"Tidak apa-apa Bu Nadine kami juga belum lama berada disini". Jawab Irwan asisten Revan dengan senyum mengembang dibibirnya.
Setelahnya mereka membahas tentang kerjasama yang akan dilakukan nya. Sepanjang pertemuan itu Revan hanya terdiam dan terus memandang Nadine tanpa berkedip sekalipun. Tak ada ekspresi yang diperlihatkan nya hanya wajah datar yang mendominasi.
Akhirnya kesepakatan tercapai dan mereka telah bekerjasama dengan menandatangani kontrak diatas kertas yang sudah ada tulisannya.
"Terimakasih atas kerjasama nya dan semoga restoran kami tidak mengecewakan bagi karyawan pada perusahaan anda". Ucap Nadine kemudian beranjak dari sana tanpa sepatah kata pun lagi.
Melati dibuat bingung begitupun begitupun juga Irwan.
"Ah maaf pak Irwan mungkin saja Bu Nadine mempunyai urusan mendadak makanya langsung pergi". Ujar Melati.
"Tidak apa-apa bu Melati saya bisa mengerti. Bos saya juga tidak keberatan".
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sebentar lagi pelayan akan membawa makanan disini. silahkan nikmati hidangan yang sudah disediakan". Ucapnya kemudian berlalu dari ruangan itu.
Tak lama seperti yang dikatakan Melati, para pelayan langsung menghilangkan makanan diatas meja mereka. Mereka pun menyantapnya dengan lahap apalagi restoran ini terkenal dengan makanan yang begitu lezat dan bergizi.
Revan masih termenung di tempatnya bahkan dia tidak menyentuh makanannya sedikit pun, dia terus mengingat wajah Nadine. Wanita yang pernah dia renggut kesuciannya dulu dengan paksa.
"Mas.. ? Makanlah". Revan menoleh kala mendengar suara lembut yang ada disampingnya.
"Iya sayang, aku permisi ke toilet dulu". Jawab pria itu langsung beranjak dari sana.
Revan berjalan terus mencari keberadaan wanita yang kini tengah menganggu fikirannya sejak pertemuan tadi.
Sesaat kemudian dia membeku ketika menemuka wanita itu didekat kolam ikan bersama dengan seorang anak kecil yang tengah bercanda dengannya.
Deg
Diremasnya dada yang seketika terasa sakit, ada bongkahan batu yang menghantamnya dari dalam melihat anak kecil itu yang bahkan jika dilihat begitu mirip dengannya.
Dengan langkah pelan dia mendekat kearah dua orang yang sedang tertawa sejak tadi.
"Wah... Alden hebat sekali, mama bangga punya Alden yang sangat pintar". Ucap Nadine ketika melihat hasil ulangan anaknya yang ternyata mendapat nilai sempurna.
"Iya dong kan Alden anak mama, jadi Alden pintar kayak mama hehe". Kekeh anak itu terus melihat pada kertas ulangannya.
"Tentu dong anak mama". Keduanya kembali terkekeh. Bahkan Nadine tidak sadar jika Revan sudah ada dibelakang nya.
Alden yang melihat pria asing di dibelakang mama nya langsung memasang wajah datar dan memanggil sang mama.
"Mama, ada orang dibelakang mama". Ujar Alden membuat Nadine langsung menoleh.
Deg
Wanita itu terkejut sebab Revan bahkan sudah melihat anak nya, dia tidak ingin pria itu mengetahui Alden tapi sekarang dia tidak bisa mencegahnya apalagi Revan terus menatap kearah anak nya.
"Sayang, kamu ke ruangan mama dulu yah, nanti mama akan menyusul". tanpa disuruh dua kali anak itu langsung membereskan buku-bukunya yang berserakan diatas meja kemudian beranjak dari sana tanpa menoleh pada Revan.
Alden tipe anak jika bertemu dengan orang asing maka langsung memasang wajah datarnya. Apalagi jika dia tidak menyukai orang itu maka tak segan dia akan mengatakan nya langsung.
"Ada yang bisa saya bantu bapak Revano Adiyaksa ?". Tanya Nadine memasang wajah datar dan dingin.
Pria itu menatap Nadine secara intens, wanita yang dulu sempat dia nodai kini terlihat begitu cantik bahkan terlihat segar.
Nadine membuang nafas kasar melihat lawan bicaranya hanya terdiam. "Jika anda tidak membutuhkan sesuatu saya permisi".
"Apa kabar ?". Tanya Revan membuat langkah Nadine berhenti.
Dia berbalik dengan senyum miring. "Anda bisa melihatnya sendiri, saya tidak perlu menjelaskan nya bukan ?".
"Anak itu ?".
"Anak itu ? Anak itu adalah anak ku.". Jawab Nadine dengan cepat.
"Apa dia anak ku ? Bahkan wajahnya begitu mirip dengan ku". Tanya nya membuat Nadine tertawa memegang perutnya.
"Anak anda ? Bagaimana bisa anda berkata seperti itu padahal kita baru bertemu barusan". Jawab wanita itu diiringi dengan tawa.
"Nadine katakan. Jangan membuat ku hancur seperti ini. Katakan jika dia darah daging ku. Saat itu kamu hamil setelah kita melakukan...".
"Jangan pernah anda membahas masalah yang tidak penting itu. Saya memang hamil saat itu tapi bukan kah anda mengatakan jika anda tidak pernah m*l*c*hkan saya. Jadi anak itu bukan anak anda tapi anak saya seorang". Jawab nadine dengan mata nyalang.
"Apa anda tidak mengingat perkataan saya yang terakhir ? Bahkan dengan bangganya orang tua anda begitu sombong dan tidak berperasaan menghina saya begitupun dengan anda tuan Revano Adiyaksa". Lanjutnya lagi dengan dada naik turun.
Untung saja tidak ada orang di dekat kolam ikan itu, jika tidak mungkin mereka akan melihat dua insan yang berbeda itu sedang berseteru.
Revan bisa melihat kilatan marah pada wajah wanita yang pernah dia sakiti hingga menghilang dari kotanya dan kini dia kembali lagi.
Jantung pria itu berdetak kencang mengingat jika anak yang pernah dikandung wanita itu adalah darah dagingnya yang bahkan dulu tidak diakui oleh nya.
"Pergi dari sini, jangan pernah menampakkan wajah anda jika bukan masalah pekerjaan". Usir Nadine memalingkan wajahnya.
"Nadine aku ingin melihat anak ku. Aku mohon pertemukan aku dengan nya". Mohon Revan kini sudah berlutut dihadapan Nadine.
Plak
Emosi wanita itu sudah sampai di ubun-ubun, apalagi melihat tampang tak bersalah nya. Bahkan kehidupannya sungguh sangat baik-baik saja setelah menghamilinya dan tidak mengakui perbuatan keji nya itu. Sungguh ini tidak adil bagi Nadine.
"Saya sudah mengatakan jika dia bukan anak anda!!!. Walaupun anda berasal dari keluarga terpandang tapi jika anda ingin mengambilnya dari ku maka saya akan melawan tanpa melihat siapa yang saya lawan. Jangan pernah bermain-main dengan saya". Ancam nya dengan mata memerah.
"Bahkan saya masih mengingat perkataan orang tua anda yang sombong itu jika tidak ingin memilki cucu dari gadis miskin seperti saya. Cih menjijikkan". Umpatnya kemudian beranjak dari sana tanpa memperdulikan Revan yang tengah meneteskan air mata.
Sungguh luka yang ditorehkan oleh Revan membuat nya menjadi wanita tangguh tak tersentuh
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ila Lee
bagus nadene jgn suka2 org kaya sahaja lawan dulu tidak mengakui perangai MCM setan
2024-11-30
0
Adelia Rahma
bagus Nadine itu yang ku suka
2024-12-05
0
zian al abasy
sya ska wanita tngguh good nadine..awl yng bgus crtnya..
2024-03-26
1