BAB EMPAT

"mama kenapa ?". Tanya Alden yang melihat mamanya sedari tadi hanya diam duduk dan fokus menyetir.

Nadine sama sekali tidak menggubris pertanyaan Alden, fikirannya melayang entah kemana. 

"Mama...". Panggil Alden membuat wanita itu langsung mengerem mendadak membuat nya terkejut langsung menoleh pada anaknya.

"Sayang, kamu nggak apa-apa ?". Tanyanya cemas memeriksa tubuh Alden jangan sampai ada yang lecet.

Alden menggeleng pelan, langsung memeluk Nadine dan menangis sesugukkan. Alden sedikit terkejut apalagi mamanya barusan seperti itu entah apa yang dipikirkan nya.

"Maaf nak, mama hanya banyak pikiran. Maafkan mama cup cup". Bujuknya mengelus pucuk kepala sang anak.

"Mama jangan seperti ini lagi, Alden takut kalau mama kenapa-napa. Alden nggak mau kehilangan mama hiks..". Ucap Alden disela tangisnya.

"Iya sayang mama minta maaf sama Alden yah. Lain kali mama akan hati-hati". Jawab Nadine memeluk erat anaknya sambil mengucapkan maaf terus menerus.

Setelah merasa tenang akhirnya mobil dilajukan kembali menuju kerumahnya. Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka sampai didepan rumah lantai dua dengan desain minimalis.

Didepan rumah itu sudah ada orang tuanya yang tengah duduk sambil menikmati minuman yang tersaji didepan nya.

Alden segera keluar mobil berlari memeluk kakek dan neneknya yang tengah berdiri menyambutnya.

"Kakek.. nenek.." panggil bocah itu langsung memeluk keduanya bersamaan.

"Loh kok cucu nenek nangis sih ?". Tanya Anita melihat air mata yang bergenang dipelupuk Mata sang cucu.

Alden hanya terdiam tidak merespon pertanyaan Anita. Santo memandang istrinya yang juga sedang memandang nya, kemudian tatapan mereka beralih pada Nadine yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Assalamualaikum pak, Bu". Ucap Nadine mengalami kedua orang tuanya.

"Anak mu kenapa Nadine ?". Tanya Santo yang masih melihat cucunya diam tak merespon.

Helaan nafas keluar dari mulut wanita yang masih berusia 25 tahun itu. "Alden hanya kaget pak, tadi kami hampir kecelakaan". Jawabnya membuat kedua orang tuanya terkejut.

"yaAllah nak, bagaimana bisa ? Pelan-pelan jika membawa mobil nya apalagi kamu bersama anak mu". Pekik Anita langsung memeriksa tubuh cucunya takutnya ada yang lecet.

"Alden tidak apa-apa. Kami tidak terluka hanya saja mungkin dia kaget makanya masih menangis". 

"Bapak cepat bawa masuk Alden biar dia tenang, ibu mau berbicara dulu sama Nadine". Pinta Anita langsung dituruti oleh Santo.

Setelah dua orang yang berbeda generasi itu menghilang dibalik pintu, Anita segera menyuruh anak nya untuk duduk.

"Apa kamu ada masalah nak ? Kenapa bisa seperti ini bahkan membahayakan nyawa kalian". Tanya wanita tua itu merasa khawatir pada anak dan juga cucunya.

Nadine termenung menatap lurus kedepan, angin sepoi-sepoi mengenai wajahnya membuat kesejukan. Matanya sejenak tertutup kemudian terbuka lagi dan hembusan nafas keluar begitu saja dari sana.

"Dia melihat Alden Bu". Jawab Nadine masih menatap lurus kedepan membuat Anita tidak mengerti akan jawaban sang anak.

"Maksud kamu apa nak. Ibu tidak mengerti. Siapa yang melihat Alden ?". Tanyanya.

"Pria yang pernah menorehkan luka hingga membuat aku trauma Bu. Dia bahkan meminta menemui Alden karena merasa jika Alden adalah darah dagingnya". Mata Anita terbelalak, semenjak keluarga Adiyaksa menghina nya bahkan mengancamnya, saat itu juga mereka meninggalkan kota itu dan kembali lagi saat Alden berusia satu tahun.

Tangan wanita tua itu terkepal kuat membayangkan bagaimana dulu penderitaan sang anak, bahkan hampir melakukan percobaan bunuh diri akibat depresi yang mendalam. Saat itu hatinya hancur sebagai seorang ibu yang melihat anaknya menderita.

"Jadi dia mengakui jika Alden darah dagingnya ?". Nadine hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan ibu nya.

"Dasar manusia bi*dab, setelah apa yang mereka lakukan selama ini dengan tidak tahu malunya dia mengatakan hal itu. Sungguh ibu tidak ridho jika mereka ingin mengambil cucu ibu". Kilatan kemarahan jelas terpancar pada mata tua Anita.

"Aku juga tidak mungkin menyerahkan anak ku begitu saja Bu. Walaupun dia berasal dari keluarga hebat". Balas Nadine menatap kearah ibunya.

"Tentu, Alden hanya anak mu dan cucu ibu sama bapak, tidak ada yang lain. Biarkan mereka menyesal karena telah memperlakukan kita dulu secara hina". 

Anita masih ingat bagaimana keluarga Adiyaksa menghinanya dan mengancam nya didepan para guru-guru disekolah Nadine.

Dan ternyata setelah mereka pulang Jenggala ke rumah nya lagi untuk memperingati untuk yang kedua kalinya agar tidak menyebar gosip mengenai kehamilan Nadine dan dengan teganya dia menyuruh orang menggusur rumah nya padahal tanah itu adalah milik mereka dan menyebar fitnah pada tetangganya jika Nadine gadis yang tidak benar yang rela menjajakkan tubuhnya pada pria hidung belang. Sungguh orang tua Revan begitu tega pada mereka.

"Ya sudah, kamu tidak usah memikirkan mereka. Kita sekarang masuk saja mungkin mbok Ina sudah menyiapkan makanan". Ajak Anita langsung dituruti oleh Nadine.

Wanita itu pamit pada ibunya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Wanita itu kembali termenung, setelah pertemuannya dengan Revan, ada ketakutan dalam hatinya jika  mereka akan mengambil Alden dari nya apalagi mereka memilki banyak uang.

"semoga engkau melindungi kami YaAllah". Ucapnya dengan mata terpejam.

Wanita itu segera beranjak menuju kamar mandi dan menunaikan ibadah magrib, setelahnya keluar karena waktunya untuk makan malam.

Saat menuruni tangga dia melihat sosok pria yang sudah beberapa minggu ini tidak pernah muncul menemuinya.

Suara gelak tawa anak kecil dan juga pria dewasa mendominasi ruang keluarga itu, Nadine segera menyusul untuk bergabung disana.

"Wah lagi seru main nya nih". Tegur Nadine membuat dua orang yang berbeda generasi itu langsung menoleh.

"Hehe iya ma, lihatlah papa membawakan aku mobilan besar terus pake remot sama ini juga pesawat". Jawab Alden dengan wajah senangnya bahkan tak henti-hentinya anak itu tersenyum.

"Wah papa baik banget sih sama Alden. Sudah bilang terimakasih belum ?". 

"Sudah ma, waktu papa ngasih mainan ini sama Alden". 

"Anak mama pintar banget sih". Gemas Nadine mencubit pipi anaknya.

Sejak kecil Alden memang sudah memanggil Aska dengan sebutan papa, apalagi anak itu tidak pernah merasakan yang namanya sosok seorang ayah. Tapi setelah ada Aska, Alden sangat senang bahkan tak jarang sering bermanja pada Aska yang telah disebutnya papa.

Akhirnya Alden bermain dengan kakeknya sebab Aska ingin mengobrol dulu dengan Nadine.

"Kamu kemana saja sih. Kok nggak ngasih kabar sama aku ?". Tanyanya langsung membuat pria itu terkekeh pelan.

"Kamu rindu yah sama aku ?". Ucapnya pelan dengan nada menggoda.

"Bukan itu, Alden sering nanyain kamu. Aku bingung harus jawab apa. Dia terus merengek ingin bertemu dengan mu". Jawab Nadine dengan wajah cemberut.

"Hahaha iya maaf, aku ada urusan mendadak di luar kota dan saat itu aku jarang memegang ponsel". Ujar Aska.

"Urusan apa ?". 

Aska kembali terkekeh, dia begitu gemas pada ibu anak satu ini. "Bukan urusan wanita kok, Hanya urusan perusahaan. Perusahaan ayah lagi bermasalah yang diluar kota dan saat itu ayah lagi sakit makanya aku yang harus turun tangan". Jawab Aska membuat mata Nadine membulat.

"Apa ? Ayah sakit ? Kok kamu nggak ngasih tau aku sih. Ishhhh". 

"Makanya kamu berkunjung juga kesana, kenapa sih harus dipanggil dulu sama bunda Baru kamu kesana. Mereka juga rindu sama cucunya". Keluh Aska sebab bunda nya terus menanyakan kenapa Nadine dan Alden tidak pernah datang lagi kerumah nya.

"Maaf, aku hanya merasa tidak enak merepotkan mereka". Jawab Nadine dengan wajah tertunduk.

Pria itu menghembuskan nafasnya pelan meraih tangan wanita yang sudah masuk direlung hatinya.

"Nadine, bunda sama ayah sudah menganggap kamu sebagai anak nya sendiri. Jadi kamu tidak perlu sungkan lagi. Kami semua ada untuk mu jadi tolong jangan merasa tidak enak kepada kami lagi". Wanita itu hanya mengangguk tersenyum lembut pada Aksa.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

N Wage

N Wage

di bab 1 paragraf ke 6,ada kalimat
"padahal kejadian itu sdh berlalu 15 thn...dst"
ini maksud mom othornya apakah kejadian itu terjadinwkt nadine berumur 15 th.atw kejadian itu terjadi 15 th yg lalu.
Kenapa aku tanya begini,utk mencocokan umur nadine dan umur alden.Utk memastikan sj,krn di awal aku sempat beranggapan kejadiannya sdh berlalun15 th,tp kok aneh aldennya msh kecil(belum remaja)

2024-02-17

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!