BAB DUA

Kedua orang tua Nadine termenung di meja makan sambil menunggu anak nya keluar dari kamar nya, entah kenapa perasaan Anita mengatakan jika Nadine mengalami sesuatu.

"Pak..". Panggil Anita mengagetkan Santo yang tengah ikut termenung.

"Ada apa Bu ?". Tanya nya melihat kearah istrinya.

"Kok perasaan ibu sedari tadi tidak enak yah pak, apalagi tadi melihat Nadine seperti itu rasanya hati ibu sakit pak. Ibu merasa sesuatu yang besar akan terjadi kedepannya". Ungkapnya meremas dadanya yang terasa sakit entah kenapa.

Santo langsung mengambilkan air untuk istrinya. "Diminum dulu Bu. Jangan terlalu memikirkan hal-hal aneh. Kita doakan saja semoga anak kita selalu dilindungi Allah SWT". Jawab Santo menyodorkan air minum itu dan langsung di teguk habis oleh Anita.

"Aamiin, semoga pak".

"Coba panggil Nadine Bu, untuk makan malam bersama kita. Habis itu kita tanya pelan-pelan padanya". Usul Santo diangguki oleh Anita.

Wanita paru baya itu segera beranjak menuju kamar Nadine.

Tok

Tok

"Nadine, ayo makan dulu nak". Panggilnya dari luar kamar.

Gadi itu sedikit tersentak sebab sedari tadi melamun, entah apa yang dibayangkannya tak ada yang tahu.

Ceklek

"Maaf Bu, Nadine tadi habis mandi langsung belajar soalnya mau persiapan olimpiade besok lusa". Ujar gadis itu dengan senyumnya, dia tidak ingin orang tuanya curiga mengenai hal tadi.

"Iya nak, ya sudah kita makan dulu yah supaya kamu semangat nanti jawab nya". Ajak Anita langsung diangguki oleh Nadine.

Mereka makan dengan lauk seadanya, tapi walaupun seperti itu mereka tetap bersyukur karena masih bisa makan sebab diluaran sana begitu banyak orang yang susah mencari makanan.

Setelah selesai makan Nadine kembali lagi ke kamarnya, sebenarnya Anita sedari tadi ingin mengajak ngobrol anak nya tapi di urungkan sebab tidak ingin menganggu belajar Nadine.

***

Setelah olimpiade selesai, saat itu juga Nadine tidak pernah kembali ke sekolah lagi. Ada rasa trauma dalam dirinya apalagi melihat Revan secara langsung membuatnya mengingat kejadian yang menyakitkan itu.

Kedua orang tua Nadine bertanya-tanya mengenai anaknya yang tidak kesekolah lagi.

"Nadine...". Panggil Santo.

"Iya pak". Jawab gadis itu.

"kenapa kamu tidak kesekolah lagi nak ? Sudah satu Minggu ini kamu hanya dirumah. Ada apa nak, coba cerita sama bapak atau ibu mu". Tanya Santo penasaran karena setelah melakukan olimpiade Nadine sudah tidak pernah ke sekolah lagi.

Nadine terdiam cukup lama, gadis itu menarik nafas berat. "Nadine.. diliburkan dulu pak. Karena memenangkan olimpiade itu makanya pihak sekolah ngasih aku waktu untuk istirahat". Jawab Nadine bohong tapi hal itu langsung dipercaya oleh kedua orang tuanya.

'maafin aku pak, Bu terpaksa harus berbohong'. Batinnya.

"Jadi kapan kamu masuk lagi ?".

"Insyaallah besok pak".

Kedua orang tua nya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Dan benar saja besok nya Nadine ke sekolah, gadis itu menarik nafas dalam kemudian melepaskannya secara perlahan, dia menatap gedung sekolah itu yang sangat besar.

Dia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dia harus sukses agar kehidupannya bisa berubah karena hanya dialah harapan orang tuanya saat ini.

Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki gedung sekolahnya, tapi sialnya dia harus berpapasan dengan Revan yang baru saja datang. Dengan langkah cepat dia segera masuk kedalam kelasnya yang sudah banyak siswa-siswi yang tengah duduk dan ada juga yang bergosip.

Begitupun Revan masuk kedalam kelas nya dia menatap sekilas kearah Nadine ketika melewati bangkunya tapi gadis itu seakan tidak menganggap kehadiran pemuda itu.

Hari-hari berlalu tanpa terasa sudah satu bulan setelah kejadian silam yang dialami Nadine. Hari yang dijalani nya sedikit dihantui bayang-bayang trauma yang masih membekas.

Gadis itu berjalan ke kantin tapi kepalanya terasa pusing dan akhirnya dia pingsan juga. Semua siswa maupun siswi berkerumun mengelilingi Nadine kemudian mereka mengangkat nya menuju ruang UKS yang memang sudah ada dokter yang telah disiapkan disana.

"Hubungi orang tuanya, saya perlu berbicara dengannya". Kata dokter itu menyuruh para guru yang ada di UKS itu.

"Ada apa dok, apa penyakit Nadine serius ? Tanya kepala sekolah yang ikut datang ke UKS.

Sebagai siswi berprestasi dan juga teladan tentu Nadine begitu dikenal oleh para guru. Maka dari itu para guru termasuk kepala sekolah begitu khawatir ketika mendengar Nadine pingsan.

Dokter itu menghela nafas panjang. "Nadine kemungkinan hamil". Jawab dokter itu.

Seketika langsung hening, bahkan beberapa guru tercengang mendengar pernyataan dokter itu.

"Ha-hamil ?". Tanya kepala sekolah dengan suara terbata-bata.

"Ini hanya kemungkinan saya, kita tunggu Nadine sadar dulu baru kita menyuruhnya untuk tes pack".

Setelah nya orang tua Nadine dihubungi, dan disinilah mereka sekarang.

"Nak, katakan pada ibu siapa yang melakukan semua ini". Tanya Anita yang kini sudah berderai air mata tak menyangka anak nya telah hamil padahal masih sekolah.

Dia teringat kembali ketika Nadine pulang dengan basah kuyup dan baju lusuh, apakah saat itu terjadi ? Pertanyaan mulai bermunculan dibenaknya.

"Hiks... Maafin Nadine Bu. Nadine di perk*s* hiks...". Jawab Nadine ikut menangis.

Terasa ada batu yang menghantam dada Anita begitu pun Santo, sebagai orang tua dia sakit hati melihat anak nya. Apalagi dia dirudapaksa oleh seseorang.

Para guru juga sempat terkejut, sungguh begitu malang nasib gadis itu. Dan sekarang dialah yang menanggung akibat nya karena kejadian itu meninggalkan malaikat kecil yang tidak bersalah.

"Maafin Nadine pak, Bu". Ucapnya Kembali dengan tubuh bergetar.

"Katakan pada bapak nak, siapa yang melakukan itu. Cepat katakan". Tanya Santo, dia begitu emosi mendengar anak nya telah di l*c*hkan oleh orang lain.

Gadis itu terdiam menatap semua orang yang kini juga tengah menatapnya mengharap dia menjawab siapa pelaku itu.

"Revano Adiyaksa". Ucapnya dengan satu tarikan nafas.

Orang-orang yang mendengar itu langsung menahan nafasnya. Siapa yang tidak mengenal keluarga Adiyaksa, mereka adalah pembisnis terkenal di kota mereka.

"A-apa ?". Anita langsung limbung, tulang nya terasa sudah tidak ada ketika mendengar nama itu. Bagaimana bisa anaknya berhubungan dengan mereka dan kenapa bisa anak itu melakukan hal keji terhadap anak gadis nya.

Saat itu juga Revan langsung dipanggil beserta kedua orang tuanya. Tatapan Jenggala Adiyaksa begitu tajam pada anak nya sedangkan istrinya terlihat tegang.

"Apa benar yang dikatakan Gadis itu ?!!!". Tanya Jenggala dengan suara dingin membuat semua orang merinding.

Revan terdiam dengan pandangan tertunduk, dia tidak mungkin mengakui hal b*jatnya, bisa-bisa ayahnya akan murka dan menghukum dirinya.

"Tidak pa, dia berbohong. Aku tidak mungkin melakukan itu apalagi dia hanya wanita miskin". Jawabnya menunjuk ke wajah Nadine.

Deg

Kebohongan Revan langsung meluluh lantakkan perasaan gadis itu. Apalagi dia tidak mengakui perbuatan b*jatnya didepan semua orang dan malah menghinanya sebagai wanita miskin.

"Kamu dengar apa kata anak saya ? Kami keluarga terpandang tidak mungkin dia melakukan itu pada mu. Jadi jangan pernah mengarang cerita dan memfitnah anak saya. Jika saya mendengar diluaran sana kamu menyebar berita yang tidak-tidak, maka saya akan menghancurkan keluarga kalian sampai tak tersisa". Ancam Jenggala membuat kedua orang tua Nadine takut. Apalagi mereka hanya orang miskin yang tidak memiliki apa-apa.

Nadine menatap tajam kearah Revan dan beralih menatap kedua orang tua pemuda itu.

"Baik, tapi ingat satu hal, jika suatu saat kalian memang menemukan kebenaran nya jangan pernah datang mengemis pada ku dan ingin mengambil anak ini. Karena sampai kapanpun aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi hingga aku mati sekalipun". Ujar Nadine dengan dada naik turun.

"Tenang saja kami juga tidak Sudi memiliki cucu dari gadis miskin seperti mu". Jawab Jenggala begitu sombong karena percaya jika anaknya tidak mungkin berbohong.

Sedangkan Revan meremas jari jemarinya, entah kenapa perkataan Nadine membuat dadanya sakit dan ada rasa takut yang menyeruak didalam sana.

Setelah kejadian itu keluarga Nadine pindah entah kemana membawa luka yang sudah menggoresnya. Bahkan gadis itu telah dikeluarkan dari sekolah karena memang sudah peraturannya.

Bagai ditelan bumi mereka tidak pernah lagi menampakkan diri mereka pada kota itu.

Flashback selesai 

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Adelia Rahma

Adelia Rahma

menarik

2024-12-05

0

Ila Lee

Ila Lee

kecubung nya berkualiti kali

2024-11-30

0

iirmaynt

iirmaynt

masa sih habis d*perkos* sekali gt bisa langsung hamil aja.. wahh..

2024-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!