Tanpa sungkan, Alisha menghabiskan semangkuk sereal hangat lezat ketika Rendra sibuk membersihkan diri di kamar mandi. Ya, laki-laki itu pulang ke rumah dengan berjalan kaki dan meninggalkannya mobilnya di kantor yang tepat berada di sebelah pabrik.
Rendra keluar kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk sebatas pinggang. Tubuhnya yang tegap dan berotot membuat Alisha langsung membuang pandangannya karena terkejut, malu, dan takut.
" Tidak bisakah kau memakai baju dulu kalau keluar?" semburnya dengan muka kesal.
Tapi yang di sembur hanya melihat sekilas lalu berucap, " Bajuku sudah kotor!"
" CK!" perempuan itu mendecak. Meskipun dirinya sudah pernah sekali di masuki oleh seorang laki-laki hingga membuatnya hamil, tapi tidak tahu kenapa ia menjadi takut dengan tubuh pria yang berbeda itu. Macam membuatnya ngeri.
Badan Rendra sangat besar dan tampak kuat, sedangkan dia? Oh ya ampun.
Rendra berjalan biasa saja seperti tak ada yang perlu di khawatirkan. Pria itu lantas membuka lemari pakaian dan langsung memilih baju dengan cepat. Ia kembali melirik Alisha yang masih menghadap ke tembok sembari menarik seulas senyuman. Semacam terhibur dengan tingkah perempuan yang doyan marah-marah itu.
" Aku suamimu. Halal untuk kau lihat. Jadi kau tidak perlu memalingkan wajah seperti itu!" katanya menyindir.
Alisha yang di sindir semakin mengepalkan tangannya. Tubuh pria dewasa itu membuatnya takut karena selain enam otot perut yang menonjol di bawah dada bidangnya, warna kulit yang eksotis itu membuatnya merinding. Sangat berbeda dengan tubuh Farraz yang kurus dan tak memiliki tekstur yang liat.
" Cepat pakai bajumu, apa kau tidak dengar?" Alisha terus mengomel sebab ia benar-benar malu saat ini.
Rendra segera memakai pakaiannya lalu bergerak ke tepi ranjang untuk mengambil bantal. Perjalanan yang jauh benar-benar membuatnya lelah. Dan ia tak ingin berdebat.
" Cepatlah tidur. Ini sudah larut!" ucapnya sembari menata bantal dan membuat Alisha makin melengos.
Beberapa saat kemudian, Rendra benar-benar sudah terlelap. Alisha menjadi kesal karena ia kini malah insomnia usai menghabiskan sereal itu.
" CK, udah jam satu lagi. Mau ngapain coba?"
Dan saat ia masih duduk di ranjang dengan kesal, pandangan matanya tak sengaja terlempar pada sebujur tubuh yang melipat kedua tangannya ke dada dengan mata terpejam damai. Wajah laki-laki benar-benar berkharisma. Bahkan saat tidur.
" Sebenarnya dia ganteng kalau di lihat-lihat!"
" CK!" Alisha mendecaki dirinya sendiri yang diam-diam malah memuji Rendra.
Dan keesokan paginya, Alisha kembali dibuat terbengong karena Rendra sudah tak berada di sofa dan bantal yang semalam di kenakan sudah berada di sampingnya lagi. Tentu saja, sekarang bahkan sudah jam sembilan pagi.
Merasa sangat suntuk Alisha benar-benar akan memutuskan untuk jalan-jalan hari ini. Ia sengaja menunggu bi Ani sibuk dan ia mengendap-endap keluar.
Rumah Rendra dekat dengan kawasan pantai. Alisha berjalan dengan senang. Dress bercorak bunga yang berkibar karena terpaan angin membuatnya seperti bunga Lily yang tertiup udara.
" Gila, nyesel banget baru keluar sekarang. Eh apa itu?" matanya menyipit melihat neon box bertuliskan nama cafe.
Alisha berjalan mendekat menuju ke arah cafe yang ternyata ada live musiknya. Banyak turis mancanegara yang berkumpul di pagi itu. Ia yang melihat bir di atas meja celegukan sendiri di buatnya.
"Kayaknya enak deh itu. Udah alam juga. Aku mau ah!" gumam tanpa mempedulikan keadaan diri.
Alisha berhasil memesan bir. Perutnya juga masih belum terlalu buncit. Membuatnya leluasa untuk berada di tempat macam itu. Ia duduk di tepi pantai dan memfoto beberapa vibes di sekitar lalu mengunggahnya ke medsos pribadinya. Sejenak melupakan diri yang seperti terpenjara.
Puas berfoto, ia ingin meneguk minuman tersebut. Tapi saat gelas berisikan fermentasi gandum itu sudah menempel di bibirnya, seseorang malah membuat batal menenggak.
" Apa yang kau lakukan?"
DEG
Alisha membulatkan matanya karena Rendra menyambar gelas yang berisikan minuman kuning dengan buih di atasnya itu dengan mata melotot.
" Apaan sih? Kemarikan!"
"Alisha! Kamu sadar dengan yang kamu lakukan? Ada nyawa dalam perut kamu!" hardik Rendra yang pitamnya naik akibat kelakuan perempuan itu.
" Peduli banget ya? Anak-anak aku juga. Apa urusanmu?"
Rendra yang tak ingin menjadi pusat perhatian di sana langsung menarik lengan mungil Alisha lalu mengajaknya kembali ke rumah. Alisha yang kalah tenaga hanya bisa meratapi bir yang menganggur itu sembari merasakan tangannya ditarik kuat oleh Rendra.
Bi Ani yang baru selesai menjemur pakaian terkejut karena Rendra datang dengan wajah merah padam sembari menyeret lengan Alisha.
" Mas Rendra?" ucap bi Ani gemetaran.
" Bi, kan sudah aku bilang, jaga Alisha. Kenapa dia bisa pergi?" tukas Rendra dengan suara marah.
Alisha yang mendengar suara Rendra begitu keras kepada wanita di depan sana sontak merasa bersalah. Tak mengira jika wanita itu yang dipersalahkan.
" Kenapa kamu marahin bi Ani?" protes Alisha tak setuju.
Tapi Rendra yang rahang mengeras segera enyah dan kembali ke kantor. Alisha yang melihat bi Ani menunduk sangat merasa bersalah.
" Bi?"
" Mbak Alisha perlu apa? Biar saya yang belikan. Saya di sini di bayar untuk sibuk dan repot, jadi jangan sungkan!"
Hujaman rasa bersalah semakin menusuk dada Alisha. Tak mengira jika wanita itu malah merasa tak enak hati kepadanya. Menganggap kalau dirinya sungkan merepotkan. Oh astaga. Untuk pertama kalinya, Alisha merasa sangat tak enak hati.
Malam harinya, Alisha sengaja menunggu Rendra dan ingin memberitahu untuk jangan lagi memarahi pembantunya yang tidak bersalah.
" Aku mau bicara!" kata Alisha sesat setelah Rendra menutup pintu.
" Bicaralah!" sahut pria itu sembari melepas satu persatu kancing kemejanya lalu meriah kaos abu polos.
" Jangan seenaknya marahin pembantu yang enggak salah!"
Rendra sontak menatap Alisha. " Jika kasihan kepadanya, maka bantu dia untuk tidak kau buat repot dengan tindakan impulsif mu. Ini peringatan pertama sekaligus terakhir!"
Rendra langsung pergi usai mengatakan hal itu. Alisha kalah. Kata-kata Rendra telak memukulnya untuk diam. Alisha yang merasa bersalah pada Bi Ani malam itu duduk di dapur dan melihat kesibukan BI Ani.
" Udah lama kerja di sini Bi?"
" Sudah mbak. Sejak mas Rendra sekolah dulu. Saya gak tega ninggalin mas Rendra sejak Ayah dan Ibunya meninggal!"
Alisha tertegun sejenak. Jadi suaminya itu yatim piatu? Benarkah?
" Meninggal. Kapan?"
Bi Ani sempat terkejut karena pertanyaan yang di lontarkan terdengar aneh. Apa iya wanita bergelar istri malah tidak tahu hal seperti ini?
" Emmm mbak Alisha beneran nggak tahu?"
Alisha akhirnya gelagapan saat mulai memahami situasi kalau pembantunya pasti merasa heran akan ketidaktahuannya.
" Mas Rendra terlalu baik sama saya mbak. Kalau sampai dia marah ke saya, itu berarti karena saya yang tidak becus. Segala hal yang di katakan mas Rendra pasti bermuara pada kebaikan!"
Alisha tertegun. Memangnya boleh se saklek itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
emang boleh ngatain suami sengklek🤣🤣🤣🤣🤣
2024-02-12
0
moerni🍉🍉
kamu yg saklekkkk alishaaaa....sumpahhh...otak kau yg perlu di benahi...
2024-02-07
0
moerni🍉🍉
mommmm ...
sumpah ...ni alisha...pengen ta jewerrrr kaya anak kecil ngeyel beli es puterrr...pdhl msih pilek batuk
2024-02-07
0