05

Polisi datang dan mereka segera memasang garis polisi agar tidak ada yang masuk ke TKP. Mereka terkejut melihat kondisi mayat yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

"Tentu saja ini kasus pembunuhan, tapi aku belum pernah menemukan kasus seperti ini." kata Vian, seorang detektif.

Vian tampak benar-benar bingung dengan kasus pembunuhan yang aneh ini. Dia sudah terbiasa menangani berbagai macam kasus pembunuhan, tapi dia dihadapkan dengan sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

"Ini benar-benar kasus yang sulit untuk diuraikan niat penjahatnya. Ini benar-benar aneh." katanya, suaranya penuh dengan rasa ingin tahu dalam kasus yang tidak biasa ini.

"Benar, pelaku menguliti wajah korban, ini benar-benar aneh." kata rekan Vian.

"Jelas, ini sepertinya kejahatan yang sangat brutal dan gila. Kita harus melacak pelakunya dan membawa dia ke pengadilan." Vian menjawab, suaranya penuh tekad.

Salah satu bawahan Vian datang dan berkata, "Pak, anda harus melihat ini." Vian mengangguk, dan mengikuti anak buahnya untuk melihat apa pun yang ingin mereka tunjukkan.

"Pak, lihat, ada tulisan di kaki korban." Vian memegang kaki korban dan melihat tulisan di kaki korban, yaitu "Pembunuhan adalah seni."

Mata Vian terbelalak, karena tulisan di kaki itu membenarkan kecurigaannya sendiri. Pelakunya sudah gila dan menganggap pembunuhan sebagai "seni".

"Panggil tim forensik ke sini, kita perlu memeriksa tubuh korban untuk mencari petunjuk dan bukti-bukti lain." Vian memerintahkan, nadanya serius dan waspada.

Tim forensik polisi tiba di tempat kejadian tidak lama kemudian, dan mulai memeriksa mayat tersebut untuk mencari bukti lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kejahatan tersebut. Vian dan para bawahannya mengawasi tim forensik saat mereka bekerja, mencoba menyusun teka-teki misterius itu.

Vian terdiam sejenak sebelum ia berkata, "Entah mengapa aku merasa sekolah ini aneh, sebelumnya ditemukan lukisan aneh dan sekarang ditemukan korban pembunuhan. Entah kenapa aku merasa kedua hal ini sangat berkaitan. Apakah pelakunya sama?"

"Mengapa anda berpikir seperti itu, Pak?" tanya bawahannya.

"Yah, pertama, keduanya terjadi baru-baru ini di sekolah yang sama. Kedua, pembunuhannya sangat brutal, dan gaya pembunuhan seperti ini jarang terjadi. Ketiga, baik lukisan maupun mayatnya berhubungan dengan seni contohnya seperti slogan tadi sangat aneh, seakan-akan pelakunya sedang mencoba mengekspresikan dirinya."

Bawahan Vian mengangguk, setuju dengan logika atasannya. "Sepertinya lukisan dan pembunuhan itu dilakukan oleh orang yang sama, atau seseorang yang sangat mirip. Apa pun itu, ini adalah kasus yang sangat tidak biasa dan meresahkan."

...****************...

Sementara itu, kepala sekolah mengumpulkan murid-muridnya untuk membuat pengumuman. "Baiklah anak-anak, karena telah terjadi kasus pembunuhan di sekolah kita, maka untuk sementara sekolah diliburkan sampai situasi membaik. Dan berhati-hatilah karena pelaku masih belum tertangkap. Apakah kalian mengerti?"

Para siswa menganggukkan kepala, memahami keseriusan situasi dan merasakan ketakutan dan kekhawatiran. Mereka semua setuju bahwa yang terbaik adalah tinggal di rumah sampai situasi teratasi, dan mereka akan memastikan untuk berhati-hati sampai pelakunya ditemukan.

"Oke, jika kalian mengerti, sekarang pulanglah ke rumah dan jangan pergi ke luar agar aman." lanjut kepala sekolah.

Para siswa menganggukkan kepala mereka lagi, memahami peringatan kepala sekolah. Para siswa mulai membubarkan diri dan meninggalkan sekolah, semua orang memiliki ekspresi khawatir di wajah mereka saat mereka pergi.

Sesampainya di rumah, Liam melihat ayahnya sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tamu. Dan Liam tidak peduli, dia hanya berjalan melewati ayahnya sampai ayahnya bertanya dengan kesal, "Liam, ini masih siang, kenapa kamu sudah pulang? Apa kamu melakukan kesalahan lagi di sekolah?" Ayahnya memelototi Liam.

Liam menatap ayahnya dengan ekspresi pasrah, karena ia tahu bahwa tidak ada gunanya berdebat. "Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Hanya saja sekolah diliburkan hari ini, setelah mereka menemukan mayat di halaman sekolah." Dia menjawab dengan suara tenang.

Ayahnya mengerutkan kening. "Lalu? Mengapa harus ditutup? Itu sangat menjengkelkan. Mereka meliburkan sekolah dan akan membuatmu malas belajar."

Liam memutar bola matanya mendengar jawaban ayahnya. "Ini tentang kasus pembunuhan, Ayah. Mereka menemukan mayat dan tidak tahu siapa pembunuhnya. Mereka tidak bisa melanjutkan pelajaran seperti biasa."

Ayahnya menghela napas. "Ayah tidak peduli dengan kasus pembunuhan itu, yang penting kamu belajar dengan giat di rumah. Kau mengerti?" nadanya tegas.

Liam memutar bola matanya lagi. "Ya, ya, aku mengerti. Belajar, belajar, belajar. Hanya itu yang ayah pikirkan."

Sang ayah mengabaikan sikap putranya dan terus menatap layarnya. "Itu benar, yang paling penting sekarang adalah kamu harus belajar dengan giat. Kamu harus berprestasi di sekolah..."

Mata Liam kembali berputar, karena dia sudah terbiasa dengan ceramah ayahnya. "Ya, aku tahu, ayah sudah mengatakan hal yang sama jutaan kali."

Liam masuk ke kamarnya dan berbaring, ia melihat ke langit-langit lalu bergumam, "Huh, aku baru saja pindah ke sekolah baru tapi sudah banyak yang terjadi."

Pikiran Liam membanjiri pikirannya, dia terus memikirkan hal-hal aneh yang terjadi baru-baru ini dalam hidupnya. Dia teringat akan lukisan misterius di kelasnya, dan mayat yang ditemukan di halaman sekolah. Liam duduk dan melihat dirinya sendiri di cermin yang retak, dia melepas kacamatanya. Melihat ke dalam cermin, dia menyeringai.

Liam mengabaikan kekhawatirannya dan berpikir, "Yah, tidak semuanya buruk. Hal-hal yang terjadi baru-baru ini cukup menarik, bukankah begitu?"

Liam terus berbicara kepada bayangannya di cermin, "Mungkin kejadian-kejadian ini hanyalah awal dari sesuatu yang menarik, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? Itu cukup menarik, bukan?"

Liam berbaring di kasur nya lagi dan kembali berbicara pada dirinya sendiri, "Ini memang menakutkan, tapi aku merasa seperti di sebuah film. Aku jadi penasaran apa yang selanjutnya terjadi."

Liam berpikir tentang kemungkinan menjalani petualangan seperti dalam film, dan hal itu membuatnya sedikit bersemangat.

"Ya, ini seperti sebuah film. aku yakin aku akan menjadi tokoh utamanya. Orang yang memecahkan misteri dan menyelamatkan semua orang. Mungkin aku akan menjadi pahlawan."

Imajinasi Liam menjadi liar, saat ia membayangkan dirinya sebagai pahlawan dan tokoh utama dalam cerita. "Itu akan luar biasa, jika aku bisa menjadi orang yang menemukan kebenaran. Mungkin aku bisa mengungkap siapa dalang di balik pembunuhan itu dan memecahkan misteri itu sendirian. Itu akan sangat keren."

Liam berbicara lagi, "Bagaimana jika ada plot twist? Apakah itu akan mengejutkan orang-orang?"

Pemikiran tentang plot twist membuat Liam penasaran. Dia berpikir, "Mungkin pembunuhnya adalah orang yang tidak orang duga, seperti salah satu guru atau murid. Akan sangat mengejutkan jika ternyata pembunuhnya adalah orang seperti itu, yang tidak ada yang menduganya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!