20

Dokter forensik pun tiba dan mulai pemeriksaan awal terhadap jasad korban dan juga barang-barang disekitar yang mungkin akan menjadi bukti penting dalam kasus itu. Seorang dokter menghampiri Vian dan berkata, "Halo Pak, saya Naura dokter forensik. Saya dan tim yang akan melakukan pemeriksaan dan juga pengidentifikasian dalam kasus ini, mohon bantuannya."

Vian menatap Naura, wajahnya masih terlihat serius dan frustrasi. Dia mengangguk setuju dengan saran dokter. "Ya, saya akan memberikan segala kemungkinan kerja sama kepada tim anda. Mari bekerja sama untuk menemukan pembunuhnya secepat mungkin."

"Kalau begitu, jenazah korban akan saya bawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Pak, kalau ada bukti bisa menghubungi saya."

Vian menganggukkan kepalanya tanda setuju. "Terima kasih dokter. Kami pasti akan menghubungi anda jika kami menemukan sesuatu yang penting."

Naura kemudian memerintahkan anak buahnya. "Baiklah, kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit jadi mari kita bawa jasadnya."

Tim forensik kemudian mengambil jenazah dan menuju ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sementara itu, Vian tetap berada di atap, melihat sekeliling dengan hati-hati dan mencari bukti apa pun yang mungkin bisa membantu menyelesaikan kasus tersebut.

Vian kaget dengan suara teriakan Stefan dari bawah. "Vian, ayo turun, kita belum memeriksa CCTVnya. Ayo kita periksa di ruang keamanan."

Vian segera bergegas turun dari atap dan menuju ruang keamanan. Sesampainya di ruangan, dia melihat Stefan menunjuk ke monitor CCTV dari kamera di sekitar sekolah.

Dalam rekaman CCTV koridor yang menunjukkan waktu pukul 4 sore memperlihatkan keberadaan terakhirnya Layla, dia sedang berjalan menuju ruang guru. Namun, tiba-tiba muncul seorang pria yang berpakaian hitam dan memakai masker datang menghampirinya. Layla terlihat panik dan berlari, tapi pria itu berhasil menangkapnya. Tidak jelas apa yang dilakukan oleh pria itu, tapi dia membuat Layla pingsan. Setelahnya pria itu pun membawa Layla pergi meninggalkan sekolah.

Vian mengerutkan keningnya sambil memperhatikan dengan seksama rekaman Layla yang diculik oleh pria itu. Dia kemudian menatap Stefan. "Ini pasti pembunuh yang kita cari. Mari kita periksa rekaman CCTV sekolah lainnya dan lihat ke mana perginya orang ini setelahnya."

Stefan kemudian memeriksa rekaman lainnya. Dalam salah satu rekaman terlihat seorang pria bertopeng berjalan meninggalkan sekolah. Vian segera melihat stempel waktu dan melihat pria itu terlihat meninggalkan sekolah pada pukul 16.15.

Stefan mengepalkan tangannya dan menggigit bibir. “Aku tidak tahu kemana dia pergi karena CCTV tidak bisa menangkapnya lagi.”

Vian menganggukkan kepalanya tanda setuju. “Jelas pria itu sengaja menghindari kamera lain, dia tidak ingin terlacak. Mari kita coba metode lain untuk menemukan pembunuh ini.”

Stefan tidak menyerah dan dia terus mengecek CCTV itu, dan pada pukul 4:35 pagi CCTV di gerbang sekolah memperlihatkan seorang pria yang berpakaian hitam dan memakai masker itu kembali lagi ke sekolah dengan meloncati gerbang sambil membawa kantung plastik besar. "Tunggu Vian, ini ada rekamannya lagi. Lihatlah dia membawa kantung plastik besar, sudah dipastikan dia membawa jasad korban."

Vian melihat rekaman itu dan langsung mendapatkan penemuan yang mengejutkan. "Kamu benar! Itu pasti orang yang sama, pembunuhnya kembali ke sekolah sambil membawa mayat di dalam kantong plastik. Ah benar, menurutku dia melaksanakan rencananya untuk menggantung mayat itu. Periksa terus CCTV, menurutku ini sangat membantu."

Stefan kemudian mengecek CCTV nya lagi dengan sangat teliti, lalu terlihat pria itu menaiki tangga menuju rooftop. Vian menggigit kukunya dengan cemas. "Hei Stefan, tolong periksa di rooftop ada CCTV atau tidak."

Stefan segera memeriksa CCTV di rooftop. Begitu dia melakukannya, dia terkejut. "Wah Vian, ada CCTV di atap. Biar aku periksa rekamannya."

Mereka berdua dengan fokus memeriksa CCTV, dan Vian sangat tidak menyangka bahwa pemandangan mengerikan yang ia bayangkan tadi ternyata benar. Si pria itu mengikat jasad korban di antara dua pilar besi lalu dia memotong sedikit salah satu tali tersebut. Setelah melakukan rencananya pria itu pun pergi sambil membawa barang-barang yang dapat dijadikan sebagai bukti.

"Ah sial tadi aku sempat membayangkan bagaimana si pembunuh mengikat jasad itu, dan tampaknya itu benar sesuai dugaan ku." Vian berkata dengan kesal.

"Ya, sepertinya si pembunuh telah merencanakan ini dengan sangat detail. Dia tahu persis apa yang dia lakukan, orang itu ahli dalam melakukan kejahatan mengerikan seperti ini." Kata Stefan sambil melihat rekaman itu dengan tidak percaya.

Mereka berdua melanjutkan memeriksa CCTV itu, pada pukul 6:30 terlihat para siswa mulai berdatangan. Stefan kembali memeriksa CCTV di rooftop, dan terlihat tali yang dipotong sudah putus setengah. Mereka berdua kembali memeriksa tanpa mengatakan apapun, dan terus fokus pada layar monitor CCTV. Lalu, rekaman CCTV pada pukul 7:00 adalah puncak dimana kejadian mengerikan itu mengejutkan semua siswa. Tali itu sepenuhnya terputus dan membuat mayat itu tertarik dan tergantung.

Vian dan Stefan sama-sama tidak percaya. Mereka menatap rekaman tubuh yang tergantung dalam keheningan yang mencengangkan. Akhirnya, Vian angkat bicara. "Ini terlalu mengerikan. Pembunuhnya bahkan menggantung mayatnya, dan memperlihatkan mayatnya sehingga semua orang bisa melihatnya. Aku tidak pernah melihat kejahatan yang begitu mengerikan dalam karirku. Ini benar-benar pembunuh yang berpikiran gila."

Stefan mengangguk. "Ya, tidak heran para siswa sangat terguncang. Mereka sedang mengikuti ujian dan tiba-tiba ada mayat yang tergantung di jendela kelas mereka. Tapi jika pembunuhnya adalah salah satu siswa, apakah itu mungkin? Mungkinkah seorang siswa merencanakan pembunuhan yang begitu keji?"

Vian berpikir sejenak, lalu menjawab. "Bukannya tidak mungkin, tapi aku merasa sulit untuk mempercayainya. Kejahatan ini sangat rumit dan membutuhkan seseorang yang sangat teliti dan terampil dalam perencanaan. Sulit membayangkan seorang siswa mampu membuat skema yang begitu rinci dan dia benar-benar melakukan hal keji itu. Tapi, aku kira segala sesuatu mungkin saja terjadi."

Stefan berpikir sejenak. "Sulit bagiku untuk berpikir bahwa seorang siswa mampu melakukan hal seperti ini. Tapi tetap saja, kemungkinan itu tidak bisa diabaikan. Mungkin pembunuhnya adalah seorang siswa, tapi dia memiliki semacam gangguan mental atau sangat terobsesi untuk melakukan kejahatan keji. Mungkin aku harus mulai menanyai para siswa untuk mempersempit para tersangka."

"Ya, itu benar. Tapi jika kamu melihat kasus kematian John, sudah pasti pembunuhnya sama dengan kasus ini dan kita juga telah menginterogasi semua siswa dan mengambil sampel sidik jari mereka. Tapi, tidak ada satupun yang cocok. Aku ragu apakah kita melakukan kesalahan ataukah si pembunuh bukan salah satu dari mereka." Vian berbicara dengan frustrasi.

Stefan mengangguk. "Aku setuju kalau pembunuhnya sama, semua bukti mengarah pada pembunuh yang sama. Tapi kupikir kita harus mulai menginterogasi murid-murid sekali lagi, untuk memastikannya. Mungkin kita melewatkan sesuatu saat menginterogasi mereka pertama kali. Dan seperti yang kamu katakan, mungkin sidik jari si pembunuh tidak diambil dengan benar saat pertama kali. Aku pasti ingin mulai menginterogasi para siswa lagi, kita tidak bisa meninggalkan satu petunjuk pun."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!