Part 4

Kesya langsung mengambil duduk di depan Darel. Ditatapnya pria itu dengan tatapan tajam. Kalau bukan karena Darel yang menurunkannya di tengah jalan, semua kesengsaraannya barusan tidak akan terjadi.

‘’Semua karena lu ya. Gara-gara lu gw sampe dihukum bu Nadia.’’

Darel hanya menatapnya datar.

Datang terlambat? Bukankah sudah biasa? Pikir Darel yang tidak merasa bersalah. Menurutnya keterlambatan Kesya bukan salahnya, tapi memang sudah menjadi kebiasaan wanita itu. Toh selama ini, hampir setiap harinya Kesya selalu datang terlambat. Dan Darel cukup tau apa yang bikin wanita itu terlambat kesekolah.

‘’Lu denger ucapan gw nggak sih?’’

Darel tetap tidak mempedulikannya. Pria itu masih dengan santainya mengunyah makannya, seolah dia hanya sendiri disana.

‘’Pria menyebalkan ini!’’ kesal Kesya dalam hatinya dan tak lama ….

‘’Aawhh.’’ Darel langsung memberikan tatapan tajamnya.

Kesya pun langsung memasang wajah pura-pura tak taunya. Tadi, saking kesalnya dia sengaja menendang kaki Darel, tak hanya sekali tapi dua kali. Biar pria itu tau rasa.

‘’Siapa?’’

‘’Siapa apanya?’’ tanya Raisa keheranan, sedangkan Kesya hanya mengangkat pundaknya dan dengan santai berdiri, pergi memesan beberapa jenis makanan yang diinginkan.

‘’Lu ya?’’

Raisa semakin bingung saja dengan ucapan Darel. Entah apa yang sedang dibicarakan pria itu, dia memilih tak ambil pusing dan ikut berdiri menyusul Kesya. Darel masih saja menatap kesal pada keduanya. ‘’Dasar biang masalah!’’

‘’Ngapain duduk disini?’’ Darel menyambut Kesya yang baru saja akan mendudukan bokongnya lagi di kursi depannya.

‘’Lu benar-benar ya.’’ Akhirnya Darel mengalah. Pria itu berdiri dari duduknya dan memilih pindah ke meja lain. Kesya sedikit bingung. Tumben sekali pria itu mau mengalah? Sepertinya matahari akan terbit dari barat, pikirnya.

‘’Lu apain?’’ Raisa melihat Darel dengan tatapan herannya. Wanita itu datang dengan membawa dua gelas orange jus.

‘’Memang apa yang bisa gw lakuin?’’ Kesya malah bertanya balik, melirik Darel sambil tersenyum miring.

‘’Makanya lain kali jangan nyebelin’’

‘’Kei, lu kenal dekat ya sama kak Darel?’’ Raisa duduk dan meletakkan satu gelas jus di depan Kesya.

‘’Siapa nggak kenal kak Darel, Raisa?’’

Di sekolah, Darel cukup punya nama. Pria itu punya lumayan banyak penggemar. Entahlah, Kesya tak habis pikir kenapa sampai ada yang tergila-gila pada pria menyebalkan itu. Tampang sih oke, tapi sikapnya itu loh. Ah, mungkin karena mereka tidak tau bagaimana sikap Darel yang sebenarnya.

‘’Masa sih, tapi kelihatannya kalian saling mengenal secara pribadi.’’

‘’Pribadi apanya? Lu ngomong udah kayak orang bener aja.’’ Kesya malah meledek sambil tertawa.

Di sekolah ini, tak ada satupun yang tahu, kalau Darel dan Kesya saling mengenal. Bahkan Raisa dan Revan kekasihnya saja tidak mengetahui hal itu.

Keduanya saling menghindar, bahkan disaat berpapasan pun, mereka tidak melirik satu sama lain dan saling melewati begitu saja.

*****

Tak terasa bel istirahat berbunyi, suara riuh siswa siswi mulai memenuhi gendang telinga Kesya dan Raisa yang masih setia bercengkrama di kantin sekolah. Darel hampir sejam lalu sudah meninggalkan kantin.

‘’Cabut yuk,’’ ajak Kesya

‘’Kemana?’’

‘’Mall mau nggak?’’

‘’Nggak ah nggak hobby’’

‘’Eh Maimuna lu pikir gw percaya, sampai menara eiffel roboh juga boro-boro’’

‘’Emang bisa menara eiffel roboh Kei?’’

‘’Ya lu pikir?’’

‘’Lah gw nanya lu ogeb ngapain lu suruh gw mikir segala.’’

‘’Auh ah gelap. Lu mau ikut atau gw pergi sendirian nih?’’ Kesya melangkah meninggalkan. Raisa tentu langsung mengikuti. Wanita itu setengah berteriak, meminta Kesya menunggunya.

‘’Eh, tapi kan istirahatnya nggak lama. Ntar kita telat lagi loh.’’ Mereka terus melangkah menuju gerbang sekolah, untuk mencari taxi.

‘’Nggak lama Sa. Gw cuman mau beli ice cream doang.’’

Kebetulan, Williams high school berjarak tak terlalu jauh dari sebuah mall yang lumayan terkenal di kawasan itu. Hanya sekitar satu setengah kilometer jaraknya.

‘’Elah buset. Beli ice cream aja harus ke mall segala.’’

‘’Bawel deh lu. Kalau nggak mau ikut ya nggak usah.’’

‘’Siapa yang nggak mau ikut? Gw juga pengen beli crepez kali.’’

‘’Elah lebay banget, beli crepez aja harus di mall. Tuh di samping sekolah banyak, cuma 5 ribuan lagi, harganya.’’

‘’Nggak ah, enakan yang di mall tau.’'

*****

‘’Buruan Kei jangan sampai telat lagi kitanya.’’ Raisa berlari duluan, meninggalkan Kesya yang baru keluar dari taxi. Bel tanda berakhirnya jam istirahat barusan berbunyi, tepat saat taxi yang mereka tumpangi sampai di depan gerbang sekolah.

Dari bangunan seberang Raisa melihat bu Nadia yang baru saja keluar dari ruangan guru. Dapat dipastikan guru rese itu akan menuju kelas mereka karena memang sekarang merupakan jam pelajaran matematika yang memang diajar oleh bu Nadia.

‘’Kei cepat,’’ teriaknya lagi.

Hosh hosh hosh hosh

Keduanya terengah-engah. Untung saja mereka berhasil mendahului bu Nadia kalau tidak, entahlah hukuman apalagi yang akan menghampiri keduanya.

‘’Untung keburu,’’ ucap Raisa legah sambil mengeluarkan buku pelajaran dari tasnya dan hal yang sama juga dilakukan Kesya.

‘’Tumben lu berdua nggak telat, kapok ya dihukum?’’ sindir Riana dengan senyum remehnya yang hanya mendapatkan lirikan sekilas dari Kesya.

‘’Sirik aja’’ decak Raisa manatap tidak suka pada Raina.

‘’Iya nih. Iri? Bilang bos.’’ Kesya menambahkan. Lalu keduanya cekikikan.

‘’Selamat siang anak-anak’’ Dengan membawa beberapa buku bu Nadia duduk di kursi kebesarannya dan tanpa aba-aba langsung memerintahkan semua siswa untuk menutup buku mereka. Ujian dadakan itu tentu langsung bikin sekelas heboh, kecuali beberapa siswa berprestasi yang sepertinya tidak perlu belajar juga mereka tetap akan mendapat nilai bagus. Si Riana contohnya.

‘’Bu kenapa pake ujian segala sih, emangnya ibu mau meriksa kertas kosong?’’ ucap Kesya yang ikut disoraki teman-temannya.

‘’Iya nih bu. Ini kan matematika bukan balapan lari’’ timpal Raisa yang membuat semua siswa keheranan.

‘’Loh apa hubungannya sama balapan lari Raisa?’’

‘’Matematika kan susah bu kalau balapan lari mah gampang, aku sama Kei nih alihnya.’’ Raisa mendengus saat Kesya menoyor kepalanya, sedangkan teman sekelas mereka malah tertawa mendengar jawaban konyol Raisa itu.

‘’Nggak ada hubungannya ogeb’’

‘’Itu kan hanya perumpamaan, emangnya salah?’’

‘’Sudah sudah sudah. Sekarang tutup bukunya dan Riana, tolong bagikan kertas ujian ini pada semua siswa.’’

Hampir 2 jam berlalu. Akhirnya Kesya dan Raisa bisa bernafas legah. Bu Nadia juga barusan keluar dari kelas mereka.

‘’Lu bisa jawab tadi?’’ Raisa bertanya pada Kesya.

‘’Lu ngremehin gw?’’

‘’Nanya doang Kei.’’

‘’Jelas gw nggak bisa jawab. Pake ditanya segala.’’

‘’Elah si ogeb. Kirain gw ….’’

Bersambung .....

Terpopuler

Comments

Muanisah Jariyah

Muanisah Jariyah

sahabat sejati itu sama" koplak

2024-11-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!