Crush On You

Crush On You

Part 1

Di dapur, Kesya sibuk menyiapkan bekal makan siang untuk Revan kekasihnya. Kesya itu tipe yang susah untuk dibangunkan. Setiap pagi, selalu saja ada drama dimana mama Jesi (Mama Kesya) selalu berteriak, hanya untuk membangunkannya. Kadang kala, pak Wily (Papa Kesya)  sampai harus turun tangan, paruh baya itu akan menggendong dan langsung menceburkan Kesya ke dalam bak mandi.

Tapi berbeda dengan hari ini. Semalam, Kesya sengaja menyetel alarm ponselnya dengan nada yang paling nyaring. Tidak hanya ponsel, dia juga menyetel jam weker nya. Lalu meletakkan keduanya di sisi kiri dan kanan bantal.

Benar saja, tadi pagi, dia bangun begitu alarm berbunyi. Tidak ada drama mematikan alarm dan tidur lagi. Semuanya berjalan sesuai rencana. Dia bangun begitu alarm berbunyi.

Sosis dan bakso dipotongnya kecil-kecil. Rencananya, dia mau buat nasi goreng kecap. Di sampingnya, berdiri mbok Surti, paruh baya itu hanya menonton setiap gerakan Kesya. Sesekali dia menggeleng, menutup matanya sambill meringis dalam hati.

Beberapa kali Kesya bertanya pada mbok Surti. Seperti, mbok ini nasinya harus diapin, mbok ini cara blender bumbunya gimana, mbok ini kecapnya dituangin duluan apa sekarang aja, mbok …, mbok, …, mbok.

Mbok Surti sampai pusing sendiri. Lagian, tumben-tumbennya Kesya yang manja mau turun langsung ke dapur. Biasanya mah, dia hanya main perintah saja.

Lebih pusing lagi, saat mulai proses memasak. Kesya teriak-teriak, saat menumis bumbu halusnya. Katanya minyak goreng sering keciprat ditangannya.

Mbok Surti hanya bisa memandang malas seolah berkata. ‘’Hanya menumis dengan minyak sedikit sudah seperti itu, gimana kabarnya kalau harus menggoreng ikan yang minyaknya bercipratan kesana kemari?’’

Lucunya lagi, gadis manja itu main tuang aja, tanpa menakar. Seperti kecap, garam, gula, merica dan bumbu penyedap.

‘’Kasihan sekali den Revan,’’ ringis mbok Surti, turut prihatin pada perut Revan, nantinya.

‘’Harum mbok baunya.’’ Kesya tersenyum bahagia, menghirup aroma nasi goreng yang baru dia buat itu.

Mbok Surti mengendus. Benar saja, baunya enak. Aroma itu, bikin siapapun ingin segera mencicipi. Tapi karena tau proses pembuatannya, mbok Surti pun mengurungkan niat, tidak percaya saja pada rasa nasi goreng itu.

Di detik berikutnya, mbok Surti dibuat kaget dengan ucapan Kesya. Majikannya itu lompat kesenangan. Nasi goreng buatannya sangat enak, itu sih katanya, tapi sekali lagi. mbok Surti tidak percaya.

Mbok Surti bahkan menggeleng kuat, saat Kesya memintanya untuk nyicip sedikit.

‘’Astaga mbok Surti, Kesya. Kenapa dapurku jadi seperti ini?’’ Keduanya dikagetkan oleh teriakan mama Jesi. Paruh baya itu berdiri, meringis melihat dapurnya yang sudah seperti kapal pecah.

Piring bekas pakai dimana-mana, potongan sisa sayur dan kulit rempah yang berserakan, plastik sosis dan bakso yang diletakan begitu saja diatas meja dan botol-botol bumbu yang sudah bertiduran di samping kompor. Ah dan jangan lupakan, penggorengan yang kini sudah berubah hitam. Maklum saja, nasi goreng buatan Kesya hampir hangus tadi.

‘’Mbok.’’ mama Jesi menatap mbok Surti, minta penjelasan.

Mbok Surti langsung melempar tatapannya pada Kesya, seolah berkata. ‘’Dia noh pelakunya.’’

‘’Kei?’’ Mama Jesi melihat Kesya dengan tatapan tak percaya. Kesya memasak? Sejak kapan anak malas itu mau masuk dapur. Saking malasnya, bahkan hanya untuk ambil air putih saja Kesya akan berteriak memanggil ART.

‘’Kamu masak Kei?’’

Kesya mengangguk bangga. Ini seperti pencapaian terbesar selama 17 tahun hidupnya. Bisa memasak dan rasanya enak? Itu patut dipuji bukan? Ah apa dia kayak diberi piala oscar untuk pencapaiannya ini?

Tatapan mama Jesi beralih pada kotak makan siang yang kini dipegang Kesya. Kotak sedang berwarna biru dengan motif bunga Lily itu sudah terisi penuh. Bagian yang paling besar sudah terisi nasi goreng, tiga bagian kecilnya diisi oleh potongan buah, tomat dan mentimun.

‘’Kamu bikin bekal?’’ Mama Jesi masih memperlihatkan raut tak percayanya. Paruh baya itu melangkah mendekat pada sang putri. Menyentuh kening Kesya kemudian ikut menyentuh keningnya.

‘’Nggak panas kok, sama.’’

‘’Ih Mama apa-apaan sih!?’’ protes Kesya menyingkirkan tangan mama Jesi.

‘’Ma, cobain deh, enak tau.’’ Kesya mengambil satu sendok nasi goreng yang tersisa di penggorengan dan hendak menyuapi mama Jesi. Bukannya membuka mulut, mama Jesi malah menutupnya rapat. Pandangannya tertuju pada mbok Surti yang kini sudah menggeleng, seolah meminta sang nyonya untuk jangan mencoba makanan yang kemungkinan besar akan bikin nyonyanya diare.

‘’Ada apa ini? Kenapa berantakan begini?’’ Ketiganya mengalihkan pandangan mereka, pada pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan, di usianya yang sudah hampir memasuki angka 50 tahun. Dia adalah Wily Addison, cinta pertamanya Kesya.

Mama Jesi legah. Selamatlah dia dari paksaan Kesya. Sedang Kesya, langsung melangkah mendekat pada papanya.

‘’Pa, cobain deh.’’ Tidak ada penolakan apapun. Papa Wily dengan suka rela membuka mulutnya, mengunyah setiap butir nasi goreng yang masuk ke mulutnya. Maklumlah, paruh baya itu tidak tau darimana asal nasi goreng atau siapa yang memasaknya. Kalau tau Kesya yang buat, dapat dipastikan papa Wily juga akan memberikan reaksi yang sama percis dengan yang dilakukan mama Jesi dan mbok Surti.

Sementara, mama Jesi dan mbok Surti menatap cemas, takut terjadi apa-apa pada papa Wily. Semakin cemas saja mama Jesi, saat papa Wily tak memberi respon sama sekali.

‘’Mbok, teleponin dokter Andy mbok,’’ suruh mama Jesi dengan nada paniknya. mbok Surti pun langsung berlari.

‘’Siapa yang sakit Ma, Mama?’’ Langkah mbok Surti terhenti, saat mendengar pertanyaan sang majikan. Paruh baya itu terlihat baik-baik saja dan sepertinya tak terganggu dengan rasa nasi goreng buatan Kesya.

‘’Pa, Papa nggak pa-pa kan?’’ Mama Jesi melangkah mendekat, memeluk perut sang suami dengan erat. Papa Wily menatap Kesya, mbok Surti lalu sang istri dengan wajah bingungnya, seolah bertanya. ‘’Ada apa?’’

‘’Pa, gimana nasi gorengnya?’’ Kesya tidak peduli pada sikap lebay mamanya. Gadis itu lebih penasaran dengan respon sang papa.

‘’Kei, lain kali mama nggak izinin kamu masak lagi. Kalau pengen sesuatu ya tinggal suruh ART aja, seperti biasanya.’’

‘’Ini kamu yang masak Kei?’’ Papa berucap dengan nada senangnya. Bangga pada apa yang baru putrinya lakukan. Memasak? Putri manjanya itu memasak? Oh Tuhan, papa Wily sangat bangga akan hal itu. Kalau boleh, dia ingin berteriak dan memberitahu dunia.

Mama Jesi langsung menengadah. Heran dengan respon sang suami.

‘’Iya Pa. Nggak enak ya?’’

‘’Siapa bilang? Enak kok Papa suka malah. Rasanya memang nggak seenak buatan abang-abang pinggir jalan, tapi sudah terbilang enak, untuk kamu yang baru sekali memasak. Ah, Papa bangga banget sama kamu sayang.’’ Papa Wily melerai pelukan istrinya, menggantinya dengan Kesya. Diciumnya puncak kepala sang anak, sambil terus melontarkan pujian.

Mama Jesi dan mbok Surti syok dong mendengar pernyataan itu. Keduanya berpikir, papa Wily hanya sedang berbohong, karena takut mengecewakan Kesya. Pokoknya mereka benar-benar tidak percaya dengan rasa nasi goreng buatan Kesya.

‘’Beneran Pa?’’ Kesya kesenangan. Pandangannya langsung diarahkan pada mama Jesi dan mbok Surti, ‘’tuh kan, udah Kei bilang rasanya enak. Kalian nggak percaya sih.’’

Keduanya kembali saling melempar pandang. Masih tak percaya. ‘’Beneran enak Pa?’’ tanya mama Jesi yang langsung diangguki papa Wily.

‘’Anak papa emang paling hebat,’’ puji papa Wily lagi, sembari menjentik kecil hidung mancung Kesya.

‘’Makanya cobain Ma, jangan main bilang nggak enak aja.’’

Mama Jesi ragu-ragu menerima suapan Kesya. Paruh baya itu menatap sang suami terlebih dulu. Seolah mengatakan. ‘’Kamu nggak boongin aku kan?’’

Papa Wily kembali mengangguk, untuk menyakinkan sang istri.

‘’Enak ‘kan?’’ tanya Kesya saat mama Jesi mengunyah nasi goreng buatannya dengan mata yang terbuka lebar.

‘’Enak mbok,’’ ucap mama Jesi pada mbok Surti.

‘’Masa sih nyonya? Tadi tuh saya lihat jelas, non Kesya main lempar aja semua bumbu ke dalam penggorengan, nggak ada takarannya.’’

‘’Gimanapun prosesnya, yang penting itu hasilnya.’’ Kesya sok bijak. Gadis manja itu melangkah meninggalkan mereka. Bekal makan siangnya di letakan di meja makan sedang dirinya kembali ke kamar untuk siap-siap berangkat sekolah.

‘’Kamu gimana sih mbok? Informasinya nggak Valid. OMG!’’ Paruh baya itu kembali sadar akan keadaan dapurnya yang sudah kacau balau, seperti habis terjadi peperangan disana. Dia pun melangkah, menghampiri penggorengan. Diangkatnya penggorengan itu, untuk melihat sisi bawahnya.

‘’Kesya, kamu bikin penggorengan mama gosong!’’ teriaknya kesal.

Bersambung .....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!