Five

...Bismillahirrohmanirrohim....

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

... 🍒Selamat membaca semua🍒...

"Ratara, adik kamu dimana? Tadi mas suruh kamu jagain Zayn, bukan?" pasalnya Rendra tidak melihat kehadiran Zayn bersama Ratara.

Tadi Rendra sudah menyuruh Ratara untuk menjaga adik mereka. Karena Rendra sibuk untuk cafe barunya yang baru saja buka di bogor hari ini.

"Astagfirullah tadi ada disini kok mas! Sekarang kemana kok nggak ada."

Ratara pun ikut terkejut melihat adik bungsu mereka tidak ada. Rendra bergegas meninggalkan dapur untuk mencari Zayn. Ini salah Ratara sebenarnya yang memaksa untuk Zayn agar ikut dengan mereka. Ke kota Bogor untuk mengurus cafe baru milik Ratara dan Rendra.

"Tolong lanjutkan semua ini saya mau cari adik saya dulu."

"Baik gus," jawab ketiga karyawan Rendra kompak.

Memang Rendra hanya mempekerjakan karyawan laki-laki agar dia bisa berintraksi dengan mudah pada para karyawannya.

"Cari, cari adikmu Tara. Ayo jangan diema aja disitu Ratara!"

"Iya mas ini juga mau cari."

Kedua laki-laki tampan berbeda usia itu bergegas mencari keberadaan Zayn yang entah sekarang ada dimana. Mereka mulai mencari satu persatu di meja pelanggan.

"Astagfirullah, Ya Allah. Dimana sih kamu Zayn sebenarnya bikin mas khawatir saja."

Rendra celingukan sana sini mencari Zayn tapi tidak menemukan adiknya itu yang dengan seenaknya memanggil dirinya 'Papa' padahal ibu bapak mereka sama.

"Mas itu Zayn!" tunjuk Ratara pada seorang bocah.

"Ayo Tara." Ratara mengangguk.

Posisi mereka berdua dengan Zayn berada sedikit jauh karena sekarang ini Zayn menghampiri meja pelanggan paling pojok dekat dengan kaca entah apa yang akan bocah itu lakukan.

Sampai didekat Zayn. Rendra yang hendak memanggil adiknya itu malah dibuat tercengang dengan apa yang dikatakan Zayn pada seorang gadis cantik berambut pendek itu. Ratara juga mengurangkan niatnya untuk memanggil Zayn.

"Mama!"

Uhuk...Uhuk...Uhuk...

Bukan Arsya yang tersedak malah Arsyi, padahal Zayn memanggil Arsya dengan sebutan mama bukan Arsyi. Abiyan hanya memperhatikan bocah lucu itu dia terlihat gemas begitu juga dengan Arsya.

Dari tempat Rendra dan Ratara berdiri mereka berdua bisa melihat Arsya memperlakukan Zayn dengan baik, bahkan tidak marah setelah dipanggil mama oleh Zayn.

"Mama, mama, mama," lihat bukannya marah dipanggil mama oleh bocah yang tidak dikenal Arsya malah mengelus sayang pucuk kepala bocah itu.

Apa yang Arsya lakukan tak luput dari pandangan Rendra dan Ratara. Ratara tersenyum canggung karena adiknya itu sembarangan memanggil orang dengan sebutan mama padahal punya umi.

"Adik manis dimana orang tuamu?" tanya Arsya ramah.

Kini Zayn sudah duduk dibangku sebelah Arsya. Arsyi juga sudah bisa bersikap lebih baik setelah terkejut tadi.

Mendapatkan pertanyaan dari Arsya membuat Zayn menatap sekeliling tempat itu seperti sedang mencari seorang sampai dia melihat kedua kakak laki-lakinya berdiri tidak jauh dari mereka.

Telunjuk Zayn terangkat menujuk kearah Rendra dan Ratara yang masih terdiam bak patung, kedua laki-laki itu tidak ada niatan untuk bergerak mendekat pada Zayn. Masih syok mereka mendengar Zayn memanggil perempuan tidak dikenal dengan sebutan mama setelah memanggil Rendra papa kini malah memanggil orang tak dikenal mama.

"Papa!"

Tersadar akhirnya Rendra dari lamunannya setelah sang adik memanggil sambil tersenyum cerah. Memang Rendra sudah terbiasa dipanggil papa oleh adiknya sendiri. Dia merasa seperti benar-benar memilik anak satu sekarang.

"Zayn, kamu kenapa bisa ada disini?" ucap Ratara akhirnya.

"Maafkan adik saya mbak."

Dengan terpaksa Rendra ikut mendekat melihat Zayn yang tidak mau pergi dengan Ratara, anak laki-laki itu malah terus memanggil Rendra dengan sebutan papa.

"Papa, papa, papa!"

"Saya minta maaf karena telah mengganggu kalian," sesal Rendra merasa tidak enak.

"Zayn sini," suruh Rendra.

Tidak perlu waktu lama Zayn menurut dia langsung ingin digendong oleh Rendra. Padahal sejak tadi Ratara sudah berusah membujuk adiknya.

"Pilih kasih betul kamu ini," sebal Ratara.

"Anaknya mas?" celetuk Abiyan membuat kedua kakaknya itu melotot tak percaya.

Baru saja Ratara akan angkat bicara tapi Rendra lebih dulu mengangguk sebagai jawaban. Dia sepertinya tidak ingin menjelaskan siapa Zayn.

"Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian ini sampai memanggil mbaknya mama. Sebagai permintaan maaf saya kalian boleh makan apapun sepuasnya disini gratis."

"Benarkah?" senang sekali Abiyan.

"Abiyan!" ucap Arsya dan Arsyi penuh penekanan pada adik bungsunya.

Entahlah kenapa Abiyan senang sekali hal-hal yang gratis seperti tidak punya uang saja, padahal maka ini saja yang akan membayar kedua kakaknya bukan dia. Tak habis pikir Arsya dan Arsyi dengan kelakuan adik bungsu mereka satu ini.

"Tak apa mas, anaknya lucu dan baik tak perlu merasa bersalah. Saya tetap akan membayar semua makanan yang kami pesan," ucap Arsya akhirnya sambil mendongkan kepalanya.

Alis Arsya mengerut ketika bisa melihat jelas wajah laki-laki yang berdiri didekat mereka.

Dia, laki-laki ini bukankah orang yang berada di bandara waktu ini. Aku tidak salah ingatanku masih sangat bagus, sudah punya akan rupanya pantas. Pantasan apa? Kenapa aku jadi mengingat orang ini.

Kepala Arsya menggeleng pelan setelah sadar apa yang dia pikiran. Arsya tidak ingin mengingat orang yang sudah punya istri bisa bahaya nanti menurutnya.

Aku seperti pernah melihat gadis tomboy ini, tapi dimana?

Teringat Rendra pada gadis tomboy di bandara waktu itu. Rendra jadi teringat si pencuri, dia tidak tahu apa yang Arsya lakukan pada si pencuri. Karena Rendra meninggalkan mereka begitu saja saat itu dia sedang terburu-buru.

"Kalau begitu kami akan menyiapkan makanan istimewa di cafe ini, tolong jangan menolak mbak. Anggap saja sebagai tanda terimakasih kami karena kalian sudah baik dengan Zayn. Betulkan mas," sahut Ratara akhirnya.

"Betul."

"Tak apa kami akan mencoba. Dari semua makanan ini rasanya enak, jadi aku yakin pasti hidangan istimewanya akan lebih enak."

Abiyan tidak akan membiarkan kedua mbaknya bicara lagi hingga akhirnya Arsya dan Arsyi menyetujui perkataan Abiyan.

"Terimakasih," ucap Arsya.

"Sama-sama mbak."

"Dah, mama," kata Zayn sebelum mereka pergi meninggalkan meja nomor 15 itu.

"Dah Zayn, sampai ketemu lagi," sahut Arsya tersenyum tulus membuat Zayn terkekeh.

Senyum yang juga dilihat oleh Rendra, senyum terasa tidak asing baginya. Tapi Rendra tidak tahu pasti senyum itu milik siapa seakan pernah ada dalam hidupnya.

"Kapan aku bisa kembali bertemu dengan kak Rendra? Setelah hari ulang tahun aku dan Arsyi waktu itu. Hari itu juga adalah pertemuan terakhir kami sampai sekarang aku berumur 22 tahun tidak pernah bertemu lagi. Entah lah dia masih mengingatku atau tidak sudah 18 tahun tidak bertemu," gumam Arsya pena sekali.

"Mbak!"

"Arsya!"

...Selamat membaca semua jangan lupa like and komen💖...

Terpopuler

Comments

Aiur Skies

Aiur Skies

koq dari Bandara makannya jauh bet ke Bogor 🤭🤔🤔🤔🤔

2024-03-13

0

Yani

Yani

Betul Rendra teman kecil Arsya

2024-02-06

1

Ai Sri Kurniatu Kurnia

Ai Sri Kurniatu Kurnia

Rendra didepan mata mu Arsya

2024-02-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!