Four

...Bismillahirrohmanirrohim....

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

...  ...

... 🍒Selamat membaca semua🍒...

"Arsya, kamu baik-baik sajakan?"

Keringat bercucuran diwajah Arsya, gadis itu terlihat tidak baik-baik saja sekarang setelah bangun dari tidurnya.

Sorot mata Arsya menatap dalam Arsyi yang terlihat sangat mengkhawatirkan dirinya. Tanpa aba-aba Arsya memeluk erat Arsyi.

Keduanya terdiam lama tanpa mengucapkan sepatah katapun, posisi mereka masih sama saling memeluk satu sama lain. Cukup lama mereka berdua dalam posisi seperti itu hingga Arsya bersuara.

"Aku baik-baik saja, maaf telah membuat khawatir."

"Tak apa, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu."

Untungnya kamar Arsya kedap suara sehingga teriakan kencangnya tadi di dalam kamar tidak membuat orang-orang di mansion Kasa terlonjak kaget mengira hal buruk sudah terjadi.

"Arsyi aku boleh menanyakan sesuatu?" Arsyi mengangguk mempersilakan.

"Kamu kenapa tidak ingin menyelesaikan kuliah dengan cepat dan tidak ingin kuliah diluar negri?"

Sebenarnya Arsya sudah tahu jawabannya, bukan pertanyaan itu yang ini Arsya tanyakan tapi pertanyaan yang lain.

Arsyi bagaimana rasanya mengenakan hijab?

Ya, itulah pertanyaan yang sebenarnya tapi Arsya merasa tidak memilik keberanian untuk bertanya, dia jadi teringat mimpinya tadi.

"Sudahlah," gumam Arsya pelan.

"Kamu tahu jawabannya Arsya."

"Iya, sudah sana kamu istirahat juga gih."

"Aku ingin minta maaf masalah yang tadi siang di bandara." Arsyi menunduk masih merasa bersalah.

"Tak apa itu bukan salahmu, aku tahu kamu Arsyi. Sudah sekarang istirahat malam semakin larut. Ingat bunda melarang kita tidur malam."

"Siap aku pergi dulu, night Arsya."

"Night too Arsyi."

Setelah kepergian Arsyi, gadis itu mengelus dadanya berulang kali pipinya tadi seperti begitu nyata.

"Astagfirullah hal-adzim. Aku harus membersihkan diri."

Arsya bergegas beranjak dari tempat tidurnya segera pergi untuk membersihkan diri.

🍒🍒

Bulan duka itu telah berlalu tak terasa semua sudah kembali membaik satu bulan yang lalu ketiga adik Arsya dan Arsyi telah lulus dari bangku SMA.

Mereka sudah resmi melepas seragam SMA. Ketiganya sudah memutuskan untuk melanjutkan kuliah dimana. Fatahrian dan Hira memiliki tujuan yang sama berbeda dengan Abiyan tidak tahu harus memilih universitas mana untuk melanjutkan kuliah.

"Sudahlah ayah bunda, aku akan kuliah di tempat mbak Arsyi saja tidak mau yang lain itu sudah pilihan Abiyan. Pusing soalnya mau kuliah dimana."

Kebetulan hari ini Alvan bersama keluarganya sedang kumpul di mansion. Sekarang yang menepati mansion Kasa hanya Alvan dan keluarga kecilnya sedangkan yang lain sudah tinggal di rumah mereka masing-masing.

"Betul itu keputusanmu Abiyan? Tidak ingin ikut dengan Fatah dan Hira."

"Nggak bunda!" tolak Abiyan mentah-mentah.

Bersamaan dengan itu Fatahrian dan Hira turun dari lantai atas sambil membawa koper mereka masing-masing. Fatahrian dan Hira memang sudah memutuskan mereka berdua akan melanjutkan sekolah di Kairo. Tadinya Alvan tidak setuju tapi melihat kesungguhan kedua anaknya membuat Alvan mengizinkan Fatahrian dan Hira menimbal ilmu di kota seribu menara itu.

"Jadi Abiyan akan ikut kami?"

"Tidak, enak aja siapa bilang begitu. Oh ikut kalian. Lagian jauh sama bunda entar."

"Dasar anak bunda," ejek Hira tapi tidak dihiraukan Abiyan.

Sekarang semua orang bisa kembali tersenyum lepas setelah melewati masa-masa sulit beberapa bulan silam. Hari ini Arsya dan Arsyi yang akan mengantar adik mereka ke bandara.

"Tak apa tak mau ikut, tapi ingat kembali membuat ulah mbak akan mengantarmu langsung ke Kairo menyusul Fatah dan Hira."

Abiyan mendengus kesal mendengar ancaman dari Arsya, karena memang dia paling tidak bisa membantah ucapan kakaknya itu daripada yang lain.

"Sudah kalian berangkat nanti tertinggal peswat."

"Baik ayah."

Tak lupa mereka berpamitan dengan Syahira dan Alvan setelah mengucapkan salam barulah mereka berlima pergi menuju bandara, Abiyan dari tadi maksa untuk ikut ingin mengantar kedua saudara kembarnya.

40 menit berlalu mobil yang dikendarai Arsya akhirnya sampai di bandara. Ketiga orang itu mengiring kepergian Fatahrian dan Hira.

"Ingat pesan ayah dan bunda, belajar yang benar disana jangan nakal. Terus jaga adikmu disana Fatah."

"Iya mbak, Fatah Insyaallah akan selalu menjaga Hira."

"Ingat untuk pulang setiap semester agar ayah dan bunda bisa melepas rindu dengan kalian," pesan Arsya juga.

"Baik mbak," jawab keduanya dengan kompak.

Si bungsu malah asyik dengan kegiatannya sendiri. Arsya tak habis pikir dengan kelakuan adik bungsunya ini padahal dulu ketika masih bayi Abiyan begitu pendiam. Sekarang apa? Dugaan Arsya benar jika Abiyan akan tidak bisa diam ketika sudah besar.

"Abiyan sudah main ponselnya atau mbak sita. Pamitan dulu dengan mbak dan masmu mereka mau pergi!"

Arsyi berebut kasar handpone adik bungsunya itu. Abiyan hanya bisa pasarah dia menurut apa yang disuruh oleh Arsyi.

"Mas Fatah hati-hati disana, mbak Hira juga hati-hati" ucap Abiyan.

"Insyaallah."

"Umur sama tapi kenapa aku suruh manggil mas dan mbak," gumam Abiyan.

Peswat sebentar lagi akan lepas landas akhirnya Fatahrian dan Hira berpamitan dengan ketiganya yang telah mengantar menuju bandara.

"Ar, cari makan dulu yuk. Mampir ke cafe atau restoran sebentar," usul Arsyi setelah kepergian Fatah dan Hira.

"Boleh juga tu mbak, udah lama nggak makan diluar."

"Oke, ayok."

Setuju dengan usulan Arsyi mereka benar-benar mampir disebuah cafe yang lumayan ramai pengunjung. Sepertinya cafe itu baru saja buka.

"Mau makan apa biar aku yang pesen."

"Biasa mbak."

"Samain aja Ar." Arsya mengangguk, dia segera memesan apa yang mereka inginkan.

"Rame banget ini cafe."

"Iya mbak sih baru lihat baru kayaknya deket sama kampus mbak juga."

"Enak nih buat nongkrong," celetuk Abiyan.

Sontak saja dia langsung mendapatkan tatapan horor dari kedua mbaknya membuat Abiyan sedikit bingung dia merasa tidak ada yang salah dengan perkataannya barusan.

"Apa sih mbak ngelihatinnya kok gitu amat, emang ada yang salah. Maksud Abiyan juga nongkrong sama teman-teman jangan mikir yang aneh-aneh."

Pesana mereka akhirnya datang setelah Abiyan selesai mengoceh tapi tidak dihiraukan oleh kedua mbaknya.

"Selamat menikmati," ucap pramusaji dengan ramah.

"Terimakasih."

Ketika sedang asyik menikmati makanan mereka tiba-tiba saja anak laki-laki memilik wajah lucu, hidung mancung dan pipi tembam mulus datang menghampiri meja mereka sambil menarik-narik baju Arsya.

Merasa ada yang mengganggu membuat Arsya menundukkan kepalanya, dia dapat melihat seorang anak laki-laki yang imut.

Refleks Arsya tersenyum sambil mengelus pucuk kepala anak laki-laki itu dengan penuh Kasih sayang. Bola mata bocah itu menatap Arsya berbinar-binar.

"Mama,"

Perkataan anak kecil itu sampai membuat Arsyi tersedak makanan sendiri.

"Mama, Mama, mama."

Terpopuler

Comments

Yaris

Yaris

Rendra temen arsya waktu di taman bermai yg mau di ajak main Arsyaa tapi nggak mau jodoh arsya tp jangan ada rebutan sesama saudara Lo ya

2024-02-06

1

Yani

Yani

Pasti adiknya Rendra ! Rendra itu kayanya teman Arsya waktu kecil

2024-02-06

0

Nyoman Sumertini

Nyoman Sumertini

pasti adikx Rendra itu....

2024-02-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!