Two

...Bismillahirrohmanirrohim....

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد....

...        🍒Selamat membaca semua🍒...

Bola mata bulat itu terus mengulurkan air mata padahal dia belum tahu apa yang terjadi di rumah mereka, ramai orang berlalu lalang tapi tidak membuat Arsya beranjak dari tempatnya berdiri.

"Siapa Ar?" tanyanya dengan suara paruh.

Arsyi tidak segera menjawab pertanyaan yang dilontarkan kembaranya itu, dia kembali memeluk Arsya. Kedua saudara kembar sudah 3 tahun tidak bertemu itu kembali berpelukan menumpahkan kesedihan yang mereka rasakan.

"Oma-" Arsyi rasanya tidak kuasa melanjutkan perkataannya.

Deg!

Pelukan mereka Arsya lepas dengan kasar lalu menatap tajam saudara kembarnya. Ada kecewa dihati Arsya karena dirinya tidak langsung diberi kabar atas kepergian oma mereka untuk selama-lamanya.

"Kenapa tidak memberitahuku sejak tadi! Kamu jahat Ar."

"Maaf Arsya, aku tidak sanggup untuk memberitahumu. Aku tak kuasa mbak."

Lagi dan lagi air mata kembali membasahi wajah cantik kedua gadis kembar bak pinang dibelah dua itu. Keributan yang terjadi diantara keduanya membuat Alvan dan Syahira menghampiri putri mereka.

"Sayang..." panggil Syahira.

Kini bukan hanya Arsyi yang merasa bersalah pada Arsya, Syahira dan Alvan pun merasa bersalah karena tidak langsung memberitahu Arsya. Tapi semua ini begitu mendadak, ketika Arsya pulang tiba-tiba saja Ulya yang sudah sejak lama sakit mengalami kritis hingga akhirnya Allah memanggil untuk kembali.

Syok itu yang Arsya rasakan ketika di depan rumah melihat berdera kuning terpajang dengan jelas. Dia tak menyangka kepulangannya dari inggris malah mendapatkan kabar duka.

Tak kuasa melihat putri sulungnya bersedih Alvan langsung memeluk Arsya. Dipelukan Alvan akhirnya Arsya menangis sejadi-jadinya. Arsyi dan Syahira ikut berpelukan, tak pernah Syahira melihat putri sulung mereka serapuh ini.

"Oma...Oma...ayah! Oma...kenapa....pergi secepat...ini...Bahkan...Arsya...belum bertemu...oma," suara Asrya sudah terdengar paruh.

"Maafkan ayah dan yang lain sayang tidak segera memberimu kabar, hanya saja kepergian oma tepat ketika kamu masih berada diperjalanan pulang."

"Oma pergi karena Allah lebih menyayangi oma, sehingga Allah memanggil oma lebih dulu. Mungkin opa juga sudah menunggu kedatangan oma sayang."

4 tahun lalu Hans telah berpulang ke Rahmatullah, bukan karena sakit atau kecelakaan tapi mungkin memang sudah waktunya Hans pergi meninggalkan istri, anak-anak dan cucu-cucunya. Hingga hari ini tepat pada 2 Februari sang istri menyusul kepergian sang suami.

"Tapi aku belum bicara dengan oma untuk terakhir kalinya!" emosi Arsya mulai tidak terkontrol membuat Syahira memeluk erat putrinya.

"Bunda, Arsya jahat ya dengan oma?" Syahira menggeleng kuat.

"Sekarang ayo kita temui oma sayang tidak boleh seperti ini."

Syahira membawa Arsya masuk ke dalam diikuti Alvan dan Arsyi di belakang mereka. Untuk sekarang Alvan tidak boleh terlihat lemah karena banyak orang yang harus dia kuatkan atas kepergian sang mama tercinta.

Mungkin memang benar daddy sudah menunggu kedatangan mommy. Terimakasih daddy, sekarang biar daddy yang menjaga mommy disana. Disini kami akan terus mendoakan kalian, tapi maaf untuk saat ini kami masih sangat merasa kehilangan.

Tatapan Arsya tak lepas dari sebuah kain yang menutupi wajah seorang sangat dia kenali. Ketiga adik Arsya memeluk kakak mereka untuk memberikan kekuatan.

Perlahan tapi pasti Arsya sedikit demi sedikit membuka kain penutup wajah itu, sejujurnya dia tak sanggup tapi Arsya harus tetap melakukan semua ini.

Deg!

Hal yang pertama kali Arsya lihat kala kain sudah terbuka dengan sempurna, wajah pucat seorang yang selalu dia panggil oma. Arsya menggeleng kuat.

"Inalilahiwainalilahirojiu'n, oma Arsya minta maaf oma. Arsya tidak bisa bertemu dengan oma untuk yang terakhir kalinya."

Dia peluk tubuh yang sudah terbujur kaku itu sekuat tenang Arsya menahan tangisnya, apa yang dilakukan Arsya sekarang persis sama dengan apa yang tadi pagi Arsyi lakukan.

Ternyata mimip bukurku selama satu minggu di Inggris sebelum pulang ke Indonesia adalah sebuah pertanda. Jika aku peka mungkin aku sudah pulang lebih awal.

Arsya menyesali keputusannya yang tidak pulang lebih awal satu minggu lalu. Namun, apa boleh buat waktu yang sudah terlewati tidak akan bisa terulang lagi.

"Sayang sudah ya sebentar lagi oma akan dikebumikan," ucap Syahira hati-hati.

Untunglah Arsya menurut, dia segera menjauhkan diri dari tubuh omanya. Tatapan Arsya menerawang kosong sedang mengingat masa-masa bersama oma dan opa mereka dulu.

Hari ini semua keluarga besar Kasa berkumpul untuk mengantar oma mereka diperistirahatan terakhir.

"Memang sangat menyakitkan kehilangan orang yang kita sayangin. Tapi apa boleh buat manusia tidak ada kendali atas hidup dan mati. Kita harus bersyukur Allah dengan senang hati tanpa imbalan apapun memberikan kita nyawa yang tidak dapat dilalukan oleh siapapun. Kita semua akan merasakan hal yang sama seperti opa dan oma suatu saat nanti."

Semua keluarga Kasa menatap orang yang baru saja bicara termasuk Arsya. Dia tatap lekat-lekat wajah laki-laki tampan berdiri tepat di hadapanya itu. Wajahnya begitu mirip dengan ayah mereka, sekarang dia dapat mengingat siapa pria tampan itu.

"Kau, Kau Fatah adikku? Kau benar Fatahrian Hambal?" Arsya sungguh tidak percaya.

Kata-kata adiknya bahkan lebih bijak dari apa yang dilakukan sekarang sebagai kakak dari keempat adiknya.

"Kau Fatahrian Hambal bocah tengik yang begitu nakal ketika masih bayi." Fatahrian hanya mengganguk sebagai jawaban.

"Dan kamu Hira betul?"

"Iya mbak ini aku, Hira, mas Fatah dan Abiyan," sahut Hira memberitahu.

Sudah 3 tahun tidak bertemu memang banyak perubahan dari keluarga mereka, walaupun Arsya sering melakukan panggilan video tapi tetap saja tidak bisa melihat semua orang yang dia rindukan sejelas ini.

Ada senyum tipis yang terbit disudut bibir mereka setidaknya bisa sedikit menghilangkan rasa sedih mereka.

"Aku tak menyangka adikku yang pecicilan menjadi sebijak dan setampan ini. Lalu-" Arsya mengernyitkan dahi heran menatap satu adik laki-lakinya.

"Abiyan?"

"Apa sih mbak."

"Astagfirullah bocah kalem waktu kecil dulu kok jadi urakan begini," gumam Arsya pelan.

Abiyan mendengus kesal karena masih bisa mendengar apa yang mbaknya itu ucapkan tentang dirinya.

Setelah berbincang sebentar para laki-laki segera menyolati lalu mengantar Ulya ketempat terakhir yang dikebumikan tepat disebelah makam suaminya.

"Kehidupan ini memang tidak akan ada yang pernah tahu apa selajutnya yang akan terjadi, karena usuran manusia hanya beribadah pada Sang penciptanya serta mengelola bumi ini agar terjaga oleh setiap generasinya," gumam Arsyi menggenggam erat tangan Arsya.

Kedua gadis cantik itu kembali meneteskan air mata. Para perempuan kembali berpelukan untuk saling menguatkan satu sama lain.

"Adik mbak cantik sekali." Arsya menatap Hira dengan senyum tulus.

Terpopuler

Comments

Ikhsan Fajar N

Ikhsan Fajar N

firasat Arsya ternyata bener, waktu udah besar pasti si bungsu tengil, padahal dari lahir sampe umur 5 tahunan dia paling kalem🤣

2024-12-29

0

Ikhsan Fajar N

Ikhsan Fajar N

Ulya thor? seriusan? ngikut banget dari cerita Ulya jadi ikut sedih😭

2024-12-29

0

Ikhsan Fajar N

Ikhsan Fajar N

Hans juga thor? Ya Allah 😢

2024-12-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!