...Bismillahirrohmanirrohim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...
... 🍒Selamat membaca semua🍒...
Laki-laki dengan tubuh tegap dan terlihat sangat berwibawa berjalan menuju sebuah gerbang pesantren, setelah 10 tahun tidak pernah menginjakkan kakinya di rumah kedua orang tuanya akhir dia kembali.
10 tahun bukanlah waktu yang sebentar, ditambah lagi dia jarang berkomunikasi dengan keluarga selama berada diluar negri. Hari ini dia kembali untuk membantu abinya meneruskan pesantren yang sudah dibangun sejak lama oleh kakeknya.
"Itu siapa, tampan sekali?"
"Betul baru kali ini aku melihatnya."
"Itu anak pertama pemilik pesantren kalau tidak salah."
"Namanya gus Rendra Faqih Magrib."
"Masyaallah tampan sekali, jangan lupa memuji Allah ketika hendak memuji seorang agar tidak terkena ain," tegur salah satu santri.
Rendra terus berjalan tanpa mempedulikan orang-orang itu, dia seakan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh para santri putri. Seharusnya Rendra sudah sampai dikediaman orang tuanya sejak 1 jam yang lalu, tapi dia malah sedikit tidak beruntung hari ini.
Sudah salah naik pesawat dan ketika turun malah dompetnya dicuri, lalu sedikit berurusan dengan perempuan yang tidak dikenal sedikit bar-bar.
"Assalamualaikum." Rendra mengucap salam ketika sudah berada di depan rumah.
"Wa'alaikumsalam," jawab seorang sambil membuka pintu.
"Rendra!"
"Umi."
Keduanya saling memeluk untuk melepas rindu satu sama lain, sudah 10 tahun Nafisa tidak bertemu dengan putra sulungnya.
"Siapa umi?" suara orang dari dalam membuat Nafisa mengajak Rendra masuk.
"Assalamualaikum, abi." Rendra menghampiri sang abi yang terlihat bahagia akan kedatangan Rendra.
"Alhamdulillah, kamu akhirnya pulang juga Ren."
"Iya abi."
"Umi adek nih nakal betu!"
Suara teriakan dari seorang laki-laki membuat ketiga orang sedang berbincang di ruang tamu itu menoleh pada sumber suara. Rendra dapat melihat dua anak laki-laki berbeda usia sedang berjalan kearah mereka.
Jika laki-laki berusia 17 tahun itu Rendra tahu dia adik laki-laki Rendra. Tapi siapa bocah 3 tahun yang bersamanya, sekarang pikiran Rendra sudah kemana-mana.
"Ratara sini ajak adikmu juga."
Deg!
Adik? Apakah Rendra tidak salah dengar, dia kembali memilik seorang adik. Tidak! Rendra yakin pasti uminya memang sedang salah bicara.
Ratara menurut, dia membawa adiknya mendekat pada mereka. Kedua bola mata anak laki-laki berumur 3 tahun itu berbinar-binar ketika melihat orang baru, Ratara sudah menyalami Rendra yang masih diam belum berkomentar apapun.
"Papa," celetuk bocah laki-laki itu membuat Rendra tercengang bukan main.
"Papa, Papa. Dia bukan papamu cil, dia kakak kita. Namanya mas Rendra."
Pengakuan Ratara semakin membuat Rendra tak bisa berpikir jernih, dia menatap kedua orang tuanya penuh tanda tanya.
"Papa, au gendong," dia menarik-narik baju Rendra.
Walaupun masih belum tahu apa-apa Rendra tetap membawa bocah 3 tahun itu ke dalam gendongannya.
"Siapa anak ini umi, abi?" akhirnya Rendra melontarkan pertanyaan juga.
"Dia adik bungsumu Ren."
"Apa! Yang benar saja abi, Rendra sudah hampir 27 tahun kembali memiliki seorang adik."
Baik Nafisa maupun Zega suaminya hanya mengaruk hidung mereka yang sama sekali tidak gatal sambil tersenyum canggung.
"Jangankan mas Rendra, aku aja yang awalnya dengar umi hamil lagi kaget. Apalagi aku udah umur 14 tahun waktu itu."
"Lah, kamu mending sekarang 17 tahun baru punya adik Rat, mas 27 tahun. Pantes dia panggil mas papa. Siapa namanya umi?"
"Zayn Maulana Magrib. Kamu tidak marahkan Ren?" Nafisa sedikit merasa bersalah tidak memberitahu anak sulungnya lebih awal.
"Kenapa harus marah umi, tadi Rendra hanya syok 27 tahun punya adik lagi."
"Namanya juga rezeki Ren," celetuk Zega.
"Betul sih bi, tapi lihat anak abi jaraknya jauh-jauh aku sama Ratara 10 tahun Ratara sama Zayn 15 tahun bisa begitu."
"Abi juga nggak tahu, sekarang kamu istirahat dulu gih." Zega mengangguk patuh.
"Papa!" ucap Zayn ketika Rendra menurunkan dari gendongan.
"Sini sama umi dulu ya nanti lagi main dengan mas Rendra-nya. Masnya mau istirahat dulu.
🍒🍒
Di kediaman Kasa suasana duka masih sangat terasa semua orang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Syahira menghampiri putri yang baru saja pulang dari luar negri beberapa jam lalu. Bahkan Arsya belum sempat masuk ke kamarnya sendiri. Untung barang-barang Arsya sudah dibawa masuk.
"Sayang istirahat dulu ya, kamu pasti capek. Bunda tahu kita semua sedang berduka tapi tidak boleh menyakiti diri sendiri juga."
Arsya menoleh langsung memeluk Syahira, dielus Syahira dengan lembut punggung putrinya untuk memberikan ketenangan disana, dalam pelukan Syahira, Arsya kembali menumpahkan air matanya. Syahira membiarkan Arsya menangis.
"Menangislah sayang jika itu membuatmu lega, tapi janji setelah itu tetap hidup dengan baik. Oma akan sedih jika melihat cucu-cucunya berlarut-larut dalam kesedihan."
Dalam pelukan Syahira Arsya mengangguk, menyakitkan sekali memang ditinggal pergi oleh orang-orang yang kita sayangi.
Entah berapa lama Arsya menangis dalam pelukan bundanya, sampai Syahira tidak lagi mendengar suara isak tangis dari putri sulungnya itu.
"Tidur rupanya, kamu ini capek Arsya ditambah ada hal yang tak terdung sampai membuatmu seperti ini."
"Fatah sini, Nak," panggil Syahira ketika melihat putranya lewat.
"Tolong bawa mbakmu ke kamarnya."
"Arsya kenapa bunda?" tanya Arsyi khawatir ketika melihat saudaranya lemas.
"Tidak apa sayang, Arsya hanya kelelahan dan butuh istirahat. Kalian juga tidak boleh sedih berlarut-larut kasihan almarhumah oma."
"Baik bunda."
Fatahrian segera membawa sang kakak ke dalam kamar beruntung tubun Fatah memang lebih tinggi dan besar daripada Arsya juga Arsyi. Pertumbuhan laki-laki yang beda dengan pertumbuhan perempuan.
Sampai di dalam kamar Arsya, Fatah meletakan mbaknya di atas kasur dengan sangat hati-hati dibantu oleh Arsyi.
"Mbak aku keluar dulu ya." Arsyi mengangguk.
Tanpa Arsyi sadari dia juga ikut tertidur di kuris sebelah kasur Arsya.
"Ayah, bunda kalian kamu kemana? Ayah, bunda tolong jangan pergi, jangan tinggalin Arsya dan adik-adik, Arsya mohon."
Air mata sudah mengalir deras ketika Arsya melihat kedua orang tuanya berjalan menjauh darinya. Arsya berusaha mengejar mereka tapi tidak bisa.
"Arsya mohon setelah opa dan oma pergi kenapa kalian juga ingin meninggalkan kami? Arsya belum menjadi anak yang baik. Tolong jangan pergi Arsya mohon, sampai hari ini bahkan Arsya belum menuruti permintaan ayah dan bunda untuk mengenakan hijab," sesalnya, Arsya merasa sesak sekali.
Kedua orang tuanya yang tadi terus menjauh kini kembali mendekat. Alvan dan Syahira secara bersama memeluk Arsya.
"Maaf ayah, bunda."
"Tak apa sayang, tapi kamu tahunkan apa yang harus kamu lakukan."
"Arsya tahu ayah tapi mungkin semua butuh proses. Sekali lagi maaf." Alvan dan Syahira hanya tersenyum menanggapi.
"Ayah, bunda!" teriak Arsya terbangun dari tidurnya.
Membuat Arsyi ikut terbangun mendengar suara Arsya. "Ar, kamu nggak papa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ikhsan Fajar N
Pasti yang di bandara Rendra ya thor? emang udah jodoh Arsya dari kecil sih kayanya😂
2024-12-29
0
Aiur Skies
lahirnya waktu Maghrib kali ya 🤭✌ #mampir Thor ⚡🔨🙏🏻
2024-03-13
0
Yani
Itu mendakan kamu hays hijrah Arsya
2024-02-06
1