Aku dan ustad ammar hanya saling mengenal 1 bulan lewat taaruf. Dan pernikahan kamipun terjadi.
Acara berlangsung meriah namun hikmat.
Tiba saat pengucapan akad umi meneteskan air mata.
"Umi?"
"Umi bahagia sekaligus sedih al. Bahagia karena kamu mendapat laki laki yang bisa membimbing kamu. Sedih karena harus melepaskan anak satu satunya umi yang dari kecil tidak pernah umi lepas genggamannya"
Aku membelai tangan umi sambil menahan tangisku.
"Umi. Umi tenang saja ya. Alya janji, alya akan sering datang kepondok. Dan alya juga akan sesekali menginap dipondok"
Umi mengangguk dan membawaku menuju ke kursi pelaminan.
Ketika aku duduk disamping ustad ammar aku baru sadar bahwa sekarang aku sudah sah menjadi istrinya. Aku mencium tangannya dan dia menyentuh kepalaku.
"Bimbing aku ya mas?" ucapku.
"Pasti" mas ammar tersenyum padaku dan mencium keningku.
Bahagia rasanya entah dengan cara apa aku mengungkapkan rasa saat itu.
Selesai acara aku berpamitan dengan abah dan umi untuk tinggal dengan mas ammar
Suasana tampak haru dan penuh tangisan, tapi juga terlihat raut bahagia di wajah kedua orang tuaku.
Setibanya dirumah mas ammar. Mas ammar memintaku untuk masuk terlebih dahulu karna ia akan menurunkan koper koper milikku.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, selamat datang neng alya"
"Bibi pasti bi ijah ya"
"Wah sudah kenal rupanya. Den ammar sering menceritakan bi ijah ya neng?"
"Iya bi. Bibi sedang masak ya? baunya kok harum sekali"
"Iya neng. Untuk menyambut pengantin baru, bibi masak spesial kusus neng alya dan den ammar"
"Alya bantu ya bi"
"Tidak usah neng. Neng alya pasti capek habis acara seharian. Neng alya istirahat saja"
"Tidak bi alya nggak capek kok"
" Benar kata bibi al, Kamu istirahat saja nanti kita makan sama sama"
" Iya neng alya naik ke kamar saja ya"
"Ya sudah alya ke kamar dulu ya bi"
Sesampainya dikamar aku langsung tertuju pada satu foto keluarga yang begitu besar.
"Mas ini foto abi dan uminya mas ammar?"
"Iya al ini foto mereka"
"Terus yang ini siapa mas?"
"Dia kakakku al. Namanya Mas roni"
"Loh aku baru tahu mas punya kakak"
"Memang tidak banyak yang tahu al. Karena mas roni sudah lama tidak kembali kerumah"
"Memangnya mas roni kemana mas?"
"Mas roni itu seorang fotografer al. Dan pekerjaan itu mengharuskan mas roni pindah ke satu tempat ke tempat yang lain. Sebenarnya pekerjaan mas roni itu ditentang oleh abiku terlebih usia mas roni masih belia. Mas roni tidak begitu tertarik tentang belajar apalagi soal agama. Abi sangat marah saat itu dan akhirnya mengusir mas roni. Sejak saat itu mas roni pergi dari rumah."
"Tidak pernah kembali kesini mas?"
"Terakhir saat kepergian umi. Saat abi wafat terlebih dahulu aku meminta mas roni untuk datang tapi dia menghiraukan pesanku. Tapi saat umi yang wafat tak berselang lama mas roni datang ke pemakaman sambil menangis. Aku tidak bisa menyalahkan mas roni karna aku tidak mengerti apa yang ia alami saat itu"
"Lalu kenapa mas roni tidak datang kepernikahan kita mas?"
"Katanya masih ada kontrak pekerjaan yang tidak bisa dia tinggal."
"Maaf ya mas kalau aku terkesan ingin tahu sekali tentang keluarga mas ammar"
"Tidak papa,kamu juga harus tahu kan kamu sudah menjadi bagian dari keluargaku"
Rasanya damai sekali mendengar mas ammar bicara seperti itu
Kami segera berganti pakaian dan turun untuk makan malam bersama. Setelah itu azan isya berkumandang dan mas ammar mengajakku untuk sholat berjamaah.
Aku masih setengah tidak percaya, laki laki yang dulu hanya bisa ku pandangi dari jauh sekarang ada dihadapanku dan berdiri menjadi imamku.
Setelah selesai melaksanakan sholat mas ammar memintaku untuk tidur duluan karna dia bilang dia mau ke ruang baca sebentar.
"Loh belum tidur al?"
"Belum mas. Belum terbiasa mungkin"
"Al mas mau bicara sesuatu denganmu"
"Bicara apa mas?"
"Mas minta maaf karna mas belum bisa sepenuhnya memberikan hak mas sebagai suami untuk kamu"
"Maksud mas ammar?"
"Mas yakin kamu tahu mas masih sangat mencintai almarhumah istri pertama mas, tapi bukan berarti suatu saat nanti mas tidak bisa mencintaimu. Mohon untuk beri mas waktu agar mas bisa benar benar membuka hati untukmu"
Kata kata itu membuatku hancur, aku berusaha menahan air mataku. Aku memang tidak memungkiri besarnya cinta mas ammar untuk teh nisa. Tapi kupikir, setelah menikahiku mas ammar akan mulai mencintaiku saat itu juga. Aku tidak berharap bisa menggantikan posisi teh nisa dihati mas ammar. Aku hanya menginginkan mas ammar bisa mencintaiku selayaknya suami istri.
Harapanku padanya seketika berubah. Aku mulai putus asa pada kata katanya. Aku mulai ragu kalau mas ammar bisa menerimaku sebagai istrinya.
"Apa mas merasa terpaksa menikahi alya?"
"Tidak al. Mas bukan terpaksa. Abah adalah guru mas. Saat abah meminta mas untuk menemani proses belajarmu sebagai imam itu bukan menjadi suatu paksaan untuk mas. Abah seorang guru pasti tahu yang terbaik untuk muridnya dan mas yakin itu. Hanya saja mas tidak bisa membuka hati begitu saja, karena teh nisa yang hidup dihati mas telah bertahun tahun singgah disana. Sedangkan kita baru beberapa bulan mengenal. Mas minta kita saling mengerti ya? Ini hanya masalah waktu".
Yakinkah mas ammar ini hanya masalah waktu?
Aku pasrah ya allah akan takdirmu, mungkin ini ujian untukku.
Pernikahan yang kukira adalah sebuah suka menjadi duka saat mendengar kata kata mas ammar. Tapi aku hanya bisa pasrah. Aku hanya bisa berdoa.
"Iya mas alya paham"
Jawabku sedikit bergetar dan tidur membelakangi mas ammar. Air mataku tiba tiba sudah membasahi bantal, tapi tak ku hiraukan begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yuuko Ichihara
Ceritanya seru banget, semangat terus thor!
2024-02-05
2