Paksa berujung Suka

Keesokan harinya setelah perdebatan kecil itu, aku turun untuk sarapan.

Aku melihat umi sedang memanggang roti untuk ku tapi aku tidak melihat abah.

"Assalamualaikum umi".

"Waalaikumsalam. Ini umi buatkan roti kesukaanmu,tunggu sebentar ya umi beri selai kacang dulu".

Aku memeluk umi dari belakang.

"Maafkan alya tentang semalam ya umi".

Umi mengusap pipiku dengan lembut.

"Umi sudah memaafkan kamu al."

"Alya sayang sekali sama umi".

"Umi juga menyayangimu".

"Oh ya abah mana umi? Kok nggak ikut sarapan?".

"Abahmu kurang enak badan al, tadi umi sudah buatkan bubur dan memberi obat, abah sedang istirahat dikamar".

"Apa?".

Aku segera berlari ke kamar abah.

" Eh mau kemana al? Ini roti kamu".

" Nanti saja umi".

Teriak ku sambil terus berlari.

Tok tok tok

"Assalamualaikum abah".

Sambil terengah engah aku mengucap salam dengan lembut karna takut abah sedang tidur. Tapi tidak lama

"Waalaikumsalam. Masuk nduk".

Kulihat abah berbaring dengan lemas. Bibirnya yang pucat membuatku semakin khawatir.

"Abah kenapa? kata umi abah sakit?".

"Abah ndak papa kok nduk. Abah hanya kelelahan saja".

"Alya antar kedokter saja ya bah".

"Ndak usah nduk. Tadi umi sudah memberikan abah obat, nanti abah juga baik sendiri".

Aku memeluk tubuh abah.

" Maafkan alya ya bah. Pasti ini gara gara abah nggak tidur semalam. Maaf karna membuat abah marah, maaf alya salah?"

tuturku sambil menangis. Saat itu juga tangan abah menyeka air mataku.

" Jangan menangis to nduk. Ini bukan salah kamu. Abah hanya kecapean saja. Sudah ya abah sudah memaafkanmu. Dan abah minta maaf juga kalau perkataan abah ada yang menyakiti hati kamu".

"Enggak bah. Abah nggak salah.Alya yang salah.Maafkan alya ya bah".

abah mengangguk

"Kamu mau kemana?".

"Mau pamitan sama bu mega bah dosen pembimbing alya. Kebetulan pas acara wisuda bu mega nggak bisa datang. Jadi alya dan teman teman berencana mau kerumahnya sekalian mau mengucapkan terimakasih. Tapi kayanya alya nggak jadi ikut".

"Kenapa nduk?".

"Alya mau menemani abah saja".

Tidak ku pungkiri aku takut sekali melihat abah atau umi ketika sedang sakit. Karena selain usia abah dan umi yang sudah cukup berumur aku juga tidak memiliki siapa siapa lagi selain mereka,maka dari itu aku sangat takut kehilangan mereka.

" Kamu pergi saja,abah ndak apa apa kok, percaya sama abah".

"Beneran abah nggak apa apa alya tinggal?".

"Iya nduk".

"Ya sudah alya pamit dulu ya bah. Kalau nanti alya pulang abah belum enakan juga kita harus kedokter. Ya?".

"Iya nduk".

"Janji?".

"Janji".

Akupun berpamitan pergi pada abah.

"Gimana al? Sudah baikan abahmu?".

" Sudah mi mendingan katanya".

"Jadi kerumahnya bu mega?".

"Jadi umi. Alya pamit dulu ya".

"Pulangnya?".

"Nggak malem kok. Umi tenang saja".

"Ya sudah. Hati hati ya".

Aku mengangguk dan pergi.

Setelah aku selesai dengan urusanku,aku segera pulang untuk memastikan kondisi abah. Pada saat itu teman teman memintaku untuk ikut ke acara makan makan terakhir sebelum kami berpisah. Tapi karna memang sedari awal pikiranku sudah tertuju ke abah aku menolak permintaan mereka dengan berat hati.

Sesampainya dirumah ketika aku memberi salam tidak ada satupun sahutan dari umi atau abah. Kulihat kegarasi,mobil abah pun tidak ada disana. Aku berusaha menelpon ke nomor umi dan abah,tapi tidak ada jawaban satupun dari keduanya yang membuat aku semakin was was.

Setelah satu jam lebih aku menunggu, aku mendengar suara mobil,aku berlari menuju keluar rumah.

Ternyata benar itu abah dan umi.

Umi menuntun abah menuju kedalam rumah aku segera membantu umi.

"Abah. Umi abah kenapa?".

"Didalam saja ya bicaranya".

Setelah itu kami membawa abah ke kamar.

"Al. Kamu kok sudah pulang". Tanya umi

"Iya alya langsung pulang tadi khawatir sama kondisi abah. Abah kenapa umi".

"Lihat bah putri kita, terlihat jelas lebih menyayangi abahnya daripada uminya"

"Umi kan alya nanya serius."

"Abah dari dokter nduk".

"Kondisi abah makin parah? Kok nggak dirawat inap saja bah".

"Endak al abahmu ndak papa. Umi saja yang memaksa abah untuk kedokter takut abah semakin parah".

"Abah beruntung ya memiliki 2 bidadari cantik yang sangat menyayangi abah".

"Abah" umi melirik abah dengan tersenyum.

"Oh ya, abah ndak boleh kecapean lo ingat kata dokter".

"Iya umi. Tapi bagaimana dengan pondok pesantren kita? Abah sehari ndak kesana saja rasanya sudah rindu sekali. Terlebih sekarang sedang ada pembangunan untuk ruang baca santri. Abah harus memantau keadaan disana".

"Memangnya nggak bisa ya abah serahkan semantara sama ustad zain. Bukannya ustad zain orang kepercayaannya abah?".

"Ya ndak bisa to al. Memang benar ustad zain dan ustazah kia dipercaya abah untuk membantu mengelola pondok,tapi mereka kan disana hanya sebatas mengajar dan menjaga pondok".

"Iya nduk abah ndak bisa berpangku tangan seperti itu. Lagipula kalau ada apa apa nanti pasti butuh persetujuan abah. Kan ya ndak enak merepotkan ustad zain dan ustazah kia terus."

"Yang penting untuk sekarang abah fokus dulu sama kesembuhan abah ya, Urusan pondok nanti kita pikirkan lagi".

"Iya bah benar kata umi".

Keesokan paginya.

Aku melihat abah dan umi sedang berada ditaman samping rumah.

"Wah sudah mendingan ya bah?".

"Iya nduk sudah jauh lebih baik".

"Sini al, umi sama abah mau bicara". Sambil menepuk kursi umi memintaku duduk disampingnya.

"Bicara soal apa umi?".

"Al, abah dan umi punya rencana untuk tinggal di pondok kita".

"Apa? Tinggal dipondok? Yah umi terus bagaimana dengan alya? Masa alya ditinggal sendiri disini? Tega banget deh umi".

"Eh, umi kan belum selesai bicara. Kamu dengerin dulu dong. Gini lo, umi dan abah juga akan membawamu kepondok. Ya hitung hitung juga menambah wawasan kamu dan mengenalkanmu pada lingkungan pondok. Karena kamulah satu satunya yang akan menjadi penerus abah dan umi untuk mengelola pondok kita al, mau ya?"

"Tunggu tunggu mi. Kok jadi gini ya? Kok harus tiba tiba pindah sih? Alya kan mau cari kerja disini. Lagipula bagaimana dengan rumah kita?"

"Ya kita kan pindahnya juga nggak sekarang al. Bulan depan kita pindah dan rumah kita akan disewa oleh anak dari sahabat abah. Kata abah anak dari sahabatnya itu mau kerja di sekitar sini jadi butuh rumah untuk tempat tinggal dan pas sekali tadi malam abah dan umi kepikiran hal ini".

"Iya nduk. Dengan kondisi dan usia abah ini, abah ndak mungkin untuk datang pergi kepondok dan rumah terus menerus. Memang terkesan mendadak tapi abah pikir ini yang terbaik untuk kita. Kamu ndak usah berpikir tentang pekerjaan. Kamu bantu bantu abah dipondok saja ya?"

Dengan berat hati aku mengiyakan permintaan abah dan umi.

"Al nanti kamu ikut umi kajian ya? Nanti umi kenalkan kamu ke teman teman umi."

"Iya mi". Nadaku sedikit malas dan beranjak pergi meninggalkan abah dan umi.

Ketika dikamar aku berpikir sejenak.

Mengapa hidup mulai merubahku. Hanya karena kejadian pesta itu mengapa umi dan abah mulai memaksa dan mengatur aku?

Mengikuti kajian lah, Tidak boleh bekerja lah,Menjadi pengurus pondok lah, dan bahkan harus tinggal di pondok itu.

Rasanya semua ini tidak pernah terpikir olehku. Aku berusaha menuruti permintaan abah dan umi meski dihatiku rasanya sangat ingin memberontak.

"Al ayo berangkat".

"Abah nggak papa mi ditinggal sendiri?".

"Ndak papa. Wong nanti juga ada sahabat abahmu yang mau lihat rumah kita,itu lo al yang umi ceritain kemarin. Yang mau menyewa rumah kita".

"Oh.."

"Ya sudah yuk berangkat takut terlambat nanti".

"Alya pamit dulu sebentar sama abah".

"Iya umi tunggu dimobil ya".

Sampailah kami disebuah rumah.

"Ini rumah siapa umi?".

"Rumah umi binti. Kajian kita memang berada disini".

"Oh alya kira digedung".

"Kalau dirumah lebih enak al, lebih leluasa juga kalau mau bertanya tanya. Yang datang disini juga hanya sahabat sahabatnya umi binti kok ndak semua orang. Yuk masuk"

Ketika masuk rumah,kami disambut oleh ibu ibu dan ada beberapa anak perempuan yang seusia atau bahkan lebih tua dariku. Mungkin ini anak dari ibu ibu yang ikut kajian. Umi memperkenalkanku.

"Wah umi anaknya cantik sekali masyaallah" .

"Iya bu alhamdulillah".

"Iya nih umi cantik sekali dek alya ini mirip dengan umi nya".

"Bisa saja umi binti ini. Oh ya maaf anak saya baru sempat mengikuti kajian karena baru selesai menyelesaikan kuliahnya".

"Wah nggak papa dong umi. Yang penting sekarang kan dek alya bisa ikut kajian. Ya kan dek?".

"Iya" Sambil tersenyum aku mengangguk.

"Ngomong ngomong ustad ammar belum sampai?".

"Sebentar lagi umi. Tadi saya telfon katanya sedang terjebak macet."

Tak lama kemudian ada suara salam laki laki.

Apakah ini ustad ammar? Ustad yang dibicarakan tadi? Masyaallah tampan sekali gumamku. Aku tidak berkedip melihatnya. Sosok yang benar benar mengagumkan dan terlihat sekali wibawanya.

Benar benar tidak menyesal aku mengikuti kajian dengam umi. Hehe

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Alya mulai naksir ustad nih 😊

2024-02-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!