Menghabiskan malam bersama Taiga dan Hatsuki

Rina membuka pintu dan melangkah maju yang langsung menuju panggung yang penuh kemeriahan.

Lampu sorot gemerlap menyambut Rina yang langsung mengambil posisi di depan mic stand 1, di sambut meriah oleh penonton yang hadir. Taiga mengambil posisi di bagian electrik guitar, dan Hatsuki di bagian DJ set.

Suara merdu Rina menggema dan penonton kembali menyambut dengan histeris, berjoget melompat dan club' semakin membara.

Hatsuki dengan gaun pesta warna merah menyala bagai kembaran Rina, menyihir sebagian penonton pria, dan Taiga dengan kostum prince putih dengan sayap merah menjadikannya bagai pangeran malam itu, menjadi sorotan para gadis glamor.

Beberapa lagu pesta yang bergelora mereka bawakan dengan sukses, tangan Rina terangkat tinggi ke atas mengakhiri aksi mereka malam itu. Tamu yang hadir memberikan tepuk tangan yang meriah, dan menyiratkan pandangan penuh damba.

Rina sempat beradu pandangan dengan seseorang yang tadi pagi ia datangi, lelaki yang telah menolak dan mengusirnya secara kasar. Hanya beberapa detik, dan Rina memutus secara kejam. Ia kembali melangkah ke ruangan khusus, diikuti oleh kedua temannya.

"Wah, kau benar-benar keren," kata Hatsuki tertawa menatap Rina.

"Kalian suka?" tanya Rina dengan senyum indahnya.

"Lumayan juga," jawab Taiga mengambil tempat duduk di salah satu kursi bar.

"Aku lihat banyak senior tadi, sepertinya kita bakal dapat masalah," kata Hatsuki meneguk minuman yang tersedia di atas meja bar.

"Rina, kok bisa kamu masuk ke sini, ini club' yang hanya bisa di masuki oleh kalangan tertentu saja," kata Taiga.

"Kenapa?, buktinya kita bisa masuk?" kata Rina tertawa.

"Rina kita mau kemana lagi?" tanya Hatsuki.

"Kamu mau kemana?" Rina balik bertanya.

"Aku lapar," kata Hatsuki.

"Sushi bar mungkin?" tanya Rina.

"Ini sudah jam sepuluh lewat, sushi bar sudah tutup," kata Taiga santai.

"Cafe atau Shrine?" tanya Rina membuat dua pilihan.

"Shrine saja, aku belum pernah ke sana, sudah sering dengar tetapi belum ada yang mengajak ke sana," kata Hatsuki penuh harap.

"Yuk berangkat," ajak Rina melangkah ke pintu keluar.

Taiga dan Hatsuki mengikuti langkah Rina dari belakang, dan menatap ke arah mobil pink yang di kunjungi oleh beberapa pemuda.

"Rina, kemana saja kau?" Mitsuru Mugita dan beberapa temannya berdiri menatap Rina dan rombongan.

"Wah, akhirnya kita bertemu di sini," kata Rina riang menghampiri pemuda yang sudah menghinanya tadi pagi.

"Mereka siapa?" tanya Mitsuru angkuh menatap kedua teman Rina.

"Oh mereka tetangga ku, Taiga dan Hatsuki," jawab Rina memperkenalkan kedua temannya.

"Mau kemana lagi, biar aku antar," kata Mitsuru menatap Rina dan mengabaikan kedua teman Rina.

"Kami mau cari makan," jawab Rina membuka pintu mobil pink-nya bagian belakang.

"Ikut kami saja," Mitsuru menutup pintu mobil itu dan menunjuk mobil mewahnya yang parkir tak jauh dari sana.

"Tidak, mungkin lain kali, ini sudah malam, aku mau langsung pulang," tolak Rina tak terbantahkan, ia masuk ke dalam mobil yang mesinnya sudah menyala.

Taiga melajukan mobilnya meninggalkan Mitsuru dan teman-temannya yang tampak kesal.

"Kau kenal senior Mitsuru, tampan sekali dia," kata Hatsuki menatap kearah Mitsuru yang tertinggal di parkiran.

"Dia tunangan Rina," jawab Taiga melirik Hatsuki yang tampak kaget.

"Apa?, tunangan?, kau sangat beruntung, dia tampan, populer, kaya raya dan...," Hatsuki menggantung kata-katanya.

"Dan apa?" tanya Rina tersenyum pada Hatsuki.

"Playboy, tetapi siapa yang perduli, bahkan banyak gadis yang bersedia dia kencani," kata Hatsuki lagi penuh semangat.

"Kau juga ngantri untuk itu?" tanya Taiga datar.

"Hei Taiga, aku gadis normal, tentu saja aku menyukainya, tetapi sekarang tidak lagi, setelah tahu kalau Rina adalah tunangannya," jawab Hatsuki tersenyum menatap Rina.

"Sudahlah, dia tidak akan melirik mu," kata Taiga memarkirkan mobilnya.

Taiga melangkah ke luar diikuti oleh dua gadis cantik yang masih berpakaian pesta berwarna merah menyala.

Hatsuki tampak sangat senang, melangkah cepat mendaki tangga yang penuh hiasan festival yang bernuansa merah dan putih.

Dua obor menyala sangat terang, dan banyak lampion dan lampu taman menambah semaraknya malam. Beberapa bangunan kayu tampak tertutup rapat, di sebelahnya terdapat tangga menuju lokasi jajanan yang berjejer di sepanjang jalan.

Taiga mengiringi langkah kedua gadis yang ceria memilih makanan apa yang ingin mereka cicipi terlebih dahulu. Pengunjung tidak terlalu ramai, karena waktu sudah semakin malam.

Hatsuki menggigit pisang coklat dan menikmatinya sambil tersenyum.

"Ini sangat enak," kata Hatsuki tersenyum.

"Gigimu menjadi coklat," kata Rina tertawa.

"Mitsuru sepertinya mulai mengikuti mu," kata Taiga menatap Rina yang tengah mengunyah manisan apel.

"Kenapa?, besok dia akan memujaku sepenuhnya, matanya akan buta pada perempuan lain," kata Rina tertawa.

"Kau punya ilmu pelet?, bagi aku dong Rina," ujar Hatsuki yang sekarang makan jagung bakar.

"Tidak perlu pakai pelet," Rina tersenyum menatap Hatsuki yang semakin bersemangat menatap deretan makanan yang masih banyak.

"Taiga, kau tidak makan?" tanya Rina pada Taiga.

"Tidak, ini jajanan anak-anak, aku tidak suka," jawab Taiga datar.

"Kau makan ini saja, biar kenyang," Hatsuki memberikan mie goreng ke tangan Taiga.

Rina menatap pemandangan di belakang para pedagang. Lautan luas membentang, deburan ombak terdengar pelan, dan hembusan angin laut menyegarkan.

"Mau ke sana?" tunjuk Rina ke arah pantai.

"Jangan, banyak jebakan di sana," kata Taiga mengunyah mie gorengnya.

"Kau tahu sangat banyak," kata Rina menatap Taiga.

"Kota ini ada di buku, cari saja di perpustakaan, tetapi, aku dan Hatsuki hanya akan bisa membacanya di buku saja, untuk datang ke sana, kami tidak akan bisa," kata Taiga lagi.

"Kecuali, kamu mengajak kami," Hatsuki menambahkan dan tertawa riang.

"Boleh, katakan saja kalian mau kemana, kalau bisa, aku akan membawa kalian ke sana," jawab Rina tersenyum manis menatap pantai yang gelap.

"Kau hebat, banyak tempat yang ingin aku datangi, kau sudah berjanji, dan kau harus menepatinya," kata Hatsuki lagi.

"Apa kau seorang mata-mata?" tanya Taiga menyelidik.

"Tidak, aku seorang pelajar seperti mu, dan aku sudah punya tunangan, sebentar lagi kami menikah, punya anak dan hidup bahagia," Rina tertawa lucu dengan ucapannya sendiri.

"Sempurna, aku juga ingin seperti itu," Hatsuki ikut tertawa menatap Rina.

"Kalian ini, benar-benar tidak punya masa depan yang lebih cerah, otak kalian hanya di penuhi oleh laki-laki saja," Taiga memukul kepala Rina dan Hatsuki dengan gulungan permen kapas yang besar, yang baru saja ia beli.

"Makanya aku mencari senior yang kaya raya, jadi masa depanku terjamin, tidak pria kere seperti mu," cibir Hatsuki dan berlari menjauh dari Taiga.

Rina tertawa menatap dua temannya yang berseteru seperti kucing dan tikus, malam semakin larut, tetapi ia seakan enggan untuk kembali pulang.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

aku mampir lagi Thor, ku kasih 🌹 untukmu...
semangat terus

2024-04-30

0

Amelia

Amelia

❤️❤️❤️❤️👍👍

2024-04-08

0

Alizeee

Alizeee

Taiga ni kek nama hutan, kalo nggak salah?/Facepalm//Facepalm/

2024-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!