Day 2 - 17.20
"Taiga !" teriak Rina memasuki rumah pemuda itu.
Ruang tamu luas yang kosong dengan dua pintu di bagian depan, dua pintu lagi di kanan, dan ruang tengah terdapat di seberang kamar. Sangat berbeda dengan rumah Rina.
"Taiga kau di mana!?" teriak Rina lagi.
"Aku di sini!" jawab Taiga tak kalah keras.
Rina membuka salah satu pintu yang berdekatan.
"Hei, kau tidak sopan, main masuk ke rumah orang sembarangan, sekarang kau membuka pintu kamar kecilku!" Taiga sedang duduk di closed, melotot marah pada Rina.
"Kau tidak mengunci pintu!" jawab Rina keras.
"Keluar kau!" teriak Taiga lagi.
"Baiklah, aku tunggu di luar," jawab Rina menutup pintu itu.
Rina masuk ke ruang tengah, membuka kulkas berwarna merah, mengambil sesuatu dari dalamnya.
Rina duduk di meja makan berwarna merah, dan menikmati green tea yang ia ambil dari dalam kulkas tadi.
Rina memperhatikan dapur yang dominan warna merah, di sebelahnya terdapat sofa set berwarna abu tua, sepertinya ruang tengah berfungsi sebagai ruang tamu juga sekaligus sebagai ruang santai.
Rumah Taiga lebih sederhana di banding rumah Rina, tak memiliki lantai dua, tak ada tivi juga.
"Sekarang kau mengambil minuman ku," kata Taiga yang masuk dengan pakaian kasual nya.
"Kau terlalu rumit, satu minuman kecil saja kau ribut," kata Rina
"Kau tidak pulang ke rumah mu?" tanya Taiga melihat Rina yang masih berpakaian seragam sekolah.
"Nanti saja," jawab Rina meneguk teh hijau yang masih tinggal setengah.
Taiga menuju kitchen set menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri. Omelette rice terhidang dan ia mulai menyantap makanannya.
"Kau sangat kelaparan," kata Rina menatap malas pada Taiga yang menyantap makanannya dengan lahap.
"Sekolah jam delapan pagi, istirahat jam dua belas tiga puluh, terus lanjut belajar hingga jam tiga, ada olahraganya juga, jam tiga hingga jam lima ekskul, kau pikir itu tidak membuat mu lapar?" tanya Taiga dengan masih mengunyah makanannya.
"Kenapa tidak makan jam istirahat tadi?" tanya Rina lagi.
"Setengah jam itu hanya bisa makan satu rice ball atau sandwich saja, dan sebotol coffee, kau pikir itu bisa menahan lapar hingga sore?, oh ya, sepertinya kau tidak ke sekolah juga hari ini," kata Taiga menatap menyelidik.
"Aku datang, langsung ke lantai tiga," jawab Rina.
"Kau cari mati," Taiga menatap Rina tak percaya.
"Aku harus menemui tunangan ku," jawab Rina mempermainkan gelas yang sudah kosong.
"Lalu?" tanya Taiga merapikan bekas makanannya yang sudah kosong.
"Dia menolak ku, dan menghinaku, dia mengatakan tempat tinggal ku di komplek kumuh, dan uang sakuku hanya lima ribu yen, dan juga tidak punya akses kemana pun, sadisnya lagi, dia mengataiku idiot," kata Rina mengingat setiap kata yang di ucapkan oleh tunangan nya pagi tadi.
"Tidak usah menemuinya lagi, harusnya kau duduk diam di kelasmu, tunggu hingga dia yang mencari mu, bukan sebaliknya," kata Taiga kembali duduk di hadapan Rina.
"Sudahlah, kau mau ikut dengan ku?" tanya Rina bangkit dari duduknya.
Taiga menatap tak percaya dan melirik langit di luar yang sudah mulai gelap.
"Ini sudah mau malam, kau mau pergi ke mana?" tanya Taiga tak bergerak dari duduknya.
Rina melangkah meninggalkan Taiga, menuju ruang depan dan langsung ke halaman.
"Jangan menyentuh mobilku lagi, kemarin kau meninggalkannya begitu saja di depan rumah mu," kata Taiga menarik tangan Rina yang sudah terulur pada sedan biru itu.
"Lalu, kita pakai apa?, motor mu?" tanya Rina menunjuk motor besar warna biru metalik yang terparkir di sebelah sedan biru.
"Tidak, pakai mobilmu saja, dan aku yang bawa," Taiga melangkah besar ke arah rumah Rina, dan masuk ke dalam sedan berwarna pink.
Rina mengikuti langkah Taiga dari belakang, dan ikut masuk ke dalam mobilnya yang lebih besar dari sedan Taiga. Mobil Rina bisa memuat empat penumpang, sedangkan sedan Taiga hanya dua penumpang saja.
"Kau mau kemana?" tanya Taiga mulai menyalakan mobil itu.
"Ke sana," tunjuk Rina ke arah sekolah mereka.
Mobil mungil warna pink meluncur mulus dengan kecepatan sedang, tetapi, baru saja hendak berbelok ke arah perempatan jalan, seseorang menghentikan mobil itu.
"Taiga, kau mau kemana?" tanya gadis berambut sebahu.
"Entahlah, gadis ini mengajakku pergi entah kemana," jawab Taiga menunjuk Rina dengan dagunya.
"Siapa dia," tanya gadis rambut sebahu itu menatap Rina.
"Naiklah, kalian bisa kenalan sambil jalan," kata Taiga lagi.
"Ok," gadis itu naik di bangku belakang.
"Hai, aku Rina Tamaki, panggil Rina saja," kata Rina menoleh ke gadis yang duduk di bangku belakang.
"Aku Hatsuki Maetani, panggil Hatsuki saja," kata gadis itu memperkenalkan diri.
Di perempatan jalan, Taiga menghentikan laju mobil karena lampu merah.
"Ke arah mana Rina?" tanya Taiga melirik gadis baju kuning yang masih saja mengitari perempatan jalan itu.
"Lurus, sebelum apartemen itu belok kiri," jawab Rina mengarahkan.
"Itu ke arah perumahan mewah," kata Taiga melajukan mobil setelah lampu hijau menyala.
"Kita mau kemana?" tanya Hatsuki bersemangat.
"Lihat saja nanti," jawab Rina tersenyum menatap Hatsuki yang tampak senang.
"Ini kemana lagi?" tanya Taiga yang sudah melajukan mobilnya memasuki area komplek mewah yang selama ini belum pernah ia lewati.
"Terus saja ke ujung sana", tunjuk Rina ke arah depan jalan yang tampak kosong.
Di ujung jalan, ada lapangan parkir, dengan cahaya bulat besar yang terang. Meraka turun dan melangkah mendekati cahaya itu.
"Aku tidak pernah tahu, saat malam tempat ini sangat indah," Hatsuki tersenyum takjub dengan pemandangan malam hari.
"Kau seperti kurang piknik," kata Rina tertawa.
Taiga hanya menatap datar ke arah dua gadis di depannya, orang seperti mereka yang hanya menjadi peran pembantu, mana bisa menikmati hidup yang glamor, bisa bertahan dari hari ke hari saja sudah sangat beruntung, begitu pikir pemuda itu.
Rina memasuki cahaya besar yang terang memantul ke langit. Tak berapa lama cahaya itu berubah dan di depan mereka sekarang berdiri dengan megahnya sebuah bangunan yang besar dan mewah.
SAKURA MUSIC CLUB
Taiga dan Hatsuki melonjak kaget, dan menatap tak percaya pada apa yang ada di hadapan mereka sekarang. Tulisan besar itu tampak bersinar dan sedikit menyilaukan mata.
Rina berlari kembali ke arah mobil, menaiki tangga yang banyak dan sekarang mereka berada di depan pintu sebuah bangunan pendamping mungil berwarna gelap.
Pintu terbuka dan Rina masuk diikuti oleh dua temannya. Ruangan yang cukup luas dengan meja bar serta tivi besar di kedua sisi dinding.
Gadis berambut coklat gold itu melangkah menuju ujung ruangan dekat pintu entah menuju kemana, ia mulai memilih kostum yang tersusun rapi di sana, sebuah kostum pesta berwana merah menyala ia kenakan, dan sangat pas membalut tubuhnya yang ramping.
Taiga dan Hatsuki mengikuti Rina memilih pakaian yang mereka suka.
"Sangat hebat," celetuk Hatsuki tanpa menyembunyikan rasa takjubnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Bilqies
semangat terus Thor menulisnya...
2024-04-28
0
Anita Jenius
3 like mendarat buatmu thor. semangat
2024-04-12
0
Amelia
❤️❤️❤️❤️😊😊😊👍
2024-03-24
0