Lantai tiga yang horor

Day 3 - 05.00

Rina menatap langit kelam dari atas atap rumahnya. Hatsuki dan Taiga sudah kembali pulang dari tadi, tinggal Rina yang duduk santai menatap langit yang sebentar lagi akan kembali terang.

Ini hari ke tiga ia di kota ini, otaknya masih buntu untuk memulai dari mana, kasus hilangnya kakak sepupunya Reiko Hagi, seperti mencari jarum di tumpukan jerami yang sangat tinggi.

Perlahan matanya tertutup, dan ia masuk ke alam mimpi.

***

Sinar menyilaukan membangunkan Rina dari tidurnya. Ia kepanasan, tubuhnya seakan terbakar.

"Hei aku masih di atas atap, panasnya," keluh Rina dan melompat turun ke teras.

Setelah mandi kilat dan memilih pakaian seragam sekolah yang bersih, gadis berambut gold itu mencari sesuatu di kulkas untuk sarapan.

'Ya ampun, ini makan siang, bukan sarapan lagi' pikirnya ketika melihat jam dinding.

Ting ...

Itu suara pesan wa masuk, sudah hari ke tiga baru ponsel itu berfungsi. Siapa juga yang akan mengiriminya pesan, kenal pun tidak dengan seseorang di kota ini, kecuali beberapa nama, dan mereka semua tak satupun yang meminta nomor ponselnya.

Pengurus OSIS

Temui kami pukul tiga sore, di ruang OSIS, lantai tiga.

"Kok mereka bisa tahu nomor ku, oh ya dari sekolah, mungkin," Rina bicara sendiri sambil menggigit apel merah yang ia temukan di dalam kulkas.

Satu jam lagi waktu sebelum ia bertemu dengan pihak OSIS, gadis itu melangkah meninggalkan rumahnya menuju sekolah.

Berjalan santai hingga bertemu dengan gadis baju kuning di perempatan.

"Hai Rina, apa kabarmu," tegur gadis itu melambaikan tangan pada Rina.

"Hai juga, hari ini sangat panas ya," kata Rina tersenyum.

"Ya, semoga harimu menyenangkan," ucap gadis baju kuning melanjutkan langkahnya mengitari perempatan jalan.

Rina melangkah lebar menuju pekarangan sekolah, yang terdapat pohon sakura di beberapa tempat.

Membungkuk hormat pada kepala sekolah yang masih saja berdiri di koridor. Sekolah tampak sepi, karena semua siswa berada di kelas, ada juga di lapangan, di gym, dan kolam renang, mungkin.

Lantai tiga menjadi tujuan utama Rina, dan kelas tiga-dua tujuan berikutnya.

Pelajaran bahasa jepang, Mitsuru tengah serius mengikuti pelajaran yang di sampaikan oleh bapak guru, saat Rina mengintip dari kaca jendela.

"Mitsuru, keluar lah, selesai kan urusan mu dengan siswi itu," tunjuk pak guru ke arah jendela.

Semua murid mendadak menatap ke arah jendela, dan menemukan senyum manis Rina di sana.

"Wah, tunangan Mitsuru datang lagi."

Celetuk seorang siswa dan di sambut tawa oleh semua murid.

Mitsuru bangkit dan minta permisi pada guru yang melanjutkan pelajarannya.

"Apa lagi?" tanya Mitsuru malas menatap Rina.

"Sayang, aku di panggil OSIS, antar ke ruangannya yuk," kata Rina manja.

Mitsuru bergeming, mencoba mencerna pada pendengarannya yang barusan.

"Kenapa kau tidak minta bantuan pada Taiga," ujar Mitsuru datar.

"Aku maunya sama kamu saja," kata Rina lagi.

"Nggak bisa, aku lagi belajar," Mitsuru beranjak melangkah menuju pintu dan masuk ke ruang kelas.

Rina mengikuti dari belakang, membuat semua murid tersenyum melihat kelakuannya yang menggelikan.

"Ada apa dengan kalian?" tanya guru menatap datar pada Rina dan Mitsuru.

"Dia tidak mau membantuku pak, dia cemburu, marah, dan nggak mau membantu," kata Rina menunjuk wajah Mitsuru tepat di hidungnya yang tinggi.

Mitsuru sangat malu, ia merasa di jebak, dan menarik tangan Rina kasar, kembali keluar.

"Kamu, jangan membuat aku kehilangan kesabaran!" Mitsuru menahan emosinya menatap Rina yang masih bisa tersenyum.

Rina menarik tangannya dan mengusap pergelangan yang memerah karena tarikan kasar dari Mitsuru.

"Emang, begini cara kamu memperlakukan perempuan?" tanya Rina tersenyum mengejek.

Mitsuru terdiam dan berbalik melangkah ke arah ujung koridor yang tampak sepi. Melewati kantin, kamar mandi, tangga, kelas music, kelas melukis, kelas menari yang di segel, ruang minum teh, terakhir ruangan OSIS.

"Ini ruang yang kamu cari," kata Mitsuru dan bergerak hendak pergi.

"Temani dulu, kan belum ada orangnya," kata Rina menahan tangan Mitsuru.

"Kamu takut?, aku pikir kamu seorang gadis yang pemberani," kata Mitsuru menatap tajam.

"Aku ini tunangan kamu, aku punya akses khusus untuk menghubungi papamu," Rina tersenyum manis menatap pemuda yang saat ini berdiri tak berdaya di hadapannya.

Mitsuru bersandar pada dinding, diam tak berkata apapun, hingga langkah kaki beberapa orang mendekat.

"Hai Mitsuru," tegur pemuda berkaca mata salah seorang teman sekelasnya.

"Hai Ken," balas Mitsuru acuh.

Satu siswa berkaca mata datang diikuti oleh siswi berambut di sasak tinggi, yang juga berkaca mata.

"Kau Rina Tamaki?" tanya siswi berkacamata menyelidik.

"Ya, itu namaku," jawab Rina masih dengan senyum.

"Ayo masuk," ajak gadis bersasak tinggi.

"Silahkan duduk," ucap gadis itu lagi menunjuk bangku yang berada di tengah, bagai bangku pesakitan.

Rina patuh duduk dengan tenang, menatap ke tiga siswa dan siswi yang saat ini seakan mengadilinya.

"Saya Maki Shiroyama sebagai ketua, Makoto Anekawa sebagai wakil, dan Ken Ishiwatari sebagai penasehat, kami memanggil mu karena sudah tiga hari tidak masuk kelas, untuk mengikuti pelajaran," Maki memperkenalkan dirinya dan kedua anggotanya, serta tujuannya memanggil Rina.

"Oh itu, aku datang dari daerah yang sangat jauh, jadi aku mengalami jet lag, gangguan waktu tidur, sedikit pusing juga, gangguan makan juga, oh ya hatiku juga masih sedikit bersedih harus berpisah dengan keluarga," jelas Rina tenang dan wajahnya yang masih dengan senyuman manisnya.

Ketiga anggota OSIS saling berpandangan, seolah mereka mencari kebenaran dari ucapan gadis yang saat ini berada di hadapan mereka.

"Sangat tidak cocok dengan senyuman mu yang manis itu," kata Ken tertawa kecil.

"Ah senior, aku tidak punya alasan lain, bisakah kau mencatat alasan itu saja, aku janji setelah semuanya kembali normal, aku akan masuk kelas," kata Rina menatap Ken penuh harap.

Ken tampak tersenyum dan melirik Mitsuru yang masih setia menunggu di luar.

Mitsuru menunggu dengan gelisah, sekolah sudah bubar dari jam tiga tadi. Beberapa kali menatap jam tangan, dan akhirnya ia mengetuk pintu dan menerobos masuk.

"Ken, Maki dan kau siapa namamu, bagaimana kalau kita lanjut minum teh di apartemen ku, tunangan ku masih belum terbiasa di kota ini," Mitsuru mengundang dengan memaksa, ia pikir bukan hal bagus meninggalkan Rina di lantai tiga itu.

Maki dan Ken langsung mengambil tas sekolah dan berdiri seolah setuju dengan undangan Mitsuru.

"Makoto Anekawa, itu namaku senior," Makoto memperkenalkan dirinya sebelum akhirnya ia ikut berdiri dan melangkahkan keluar ruangan.

Rina terdiam, mencerna apa yang terjadi, ia seolah di abaikan. Jadi apa hasil dari pertemuan sore itu?.

"Sayang, kau mau tinggal di sini?" tanya Mitsuru memperlihatkan kemesraannya di depan tiga anggota OSIS yang saat ini menatap menyelidik.

"Ikuuut .....," Rina berlari manja dan meraih tangan Mitsuru, bergandengan mesra di lantai tiga yang mulai terasa horor.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

semangat terus Thor

2024-04-30

0

Amelia

Amelia

❤️❤️❤️👍👍

2024-04-24

0

zin

zin

aku mampir uni 🥳 setor bunga dulu 🌹

2024-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!