BUKAN ISTRI PILIHAN
BAB 1 Desakan orang tua
“Sudah Ayah bilang, jangan berhubungan dengan cowok itu ayah tidak suka!”, kata ayah dengan suara tinggi , membuat aku yang sedang menerima telpon kaget. Sambungan telpon langsung aku matikan dan ku masukan ponselku ke kantong baju tidur yang aku pakai.
“Yah apa alasan nya kenapa ayah tidak merestui hubungan kami dengan Dimas, dia pemuda baik baik ayah?” tanyaku dengan wajah memelas, berharap ayahku akan luluh dan merestui kami.
“Pokoknya sampai kapanpun ayah tidak akan merestui hubungan kalian titik”, Ayah melengos dan meningkalkan aku sambil menutup pintu kamar keras keras.
Blaaaam
Aku terlonjak kaget melihat sikap ayah, rasanya hatiku sakit.. breees air mataku langsung menetes tak berhenti.Kepada siapa lagi aku mengadu. Lelah aku menangis sampai tertidur, bangun ketika mendengar pintu diketuk.
Tok..tok…tok
“Vina, boleh ibu masuk?” Suara ibuku terdengar dari balik pintu. Aku gegas mengusap air mataku yang masih tersisa kemudian membukakan pintu.
Ketika ibu muncul didepan pintu aku langsung memeluknya dan menangis dalam dekapan.
“Kamu yang sabar yah, tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anak. Semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak anaknya, demikian juga bapakmu.”, kata ibu sambil mengelus punggungku.
“Tapi aku tidak mengenal laki laki yang dijodohkan itu, apalagi keluarganya”.
“Kami tidak menuntutmu untuk menikah saat ini juga, kamu bisa mengenalnya dulu.Jika kamu setuju dia akan melamarmu dan kau bisa lebih dekat mengenalnya”, ibu ikut menbujuk agar aku mau. Aku masih ragu, hatiku masih belum bisa menerima kenyataan.
“Kalau aku tahu mau dijodohkan mendingan aku ngga usah pulang, sekalian aja hidup di Batam”, gumanku lirih. Ibu hanya tersenyum mendengar omonganku.
“Dah sekarang mandi, biar terlihat lebih segar”, pinta ibu sambil mengelus rambutku.
Baru sebulan aku pulang dari Batam setelah bekerja disalah satu persahaan elektronik disana. Disana pekerjaanku cukup menjanjikan dengan gaji yang menggiurkan. Aku bekerja sebagai traineer yang bertugas untuk mentraining karyawan baru. Dan saat itu jabatanku traineer 3 yang sedang dipromosikan menjadi karyawan tetap. Jika sudah menjadi karyawan tetap, perusahaan memberika berbagai fasilitas diantaranya, biaya transportasi dan juga biaya perumahan. Juga diperbolehkan berkeluarga. Harapanku sudah melambung tinggi saat atasanku memintaku untuk mengumpulkan persyaratan pengajuan sebagai karyawan tetap.
Namun aku dikejutkan dengan kabar yang kuterima dari kampung katanya ibu sakit dan mengharapkan aku untuk balik ke kampung. Demi rasa baktiku pada orang tua tanpa pikir panjang aku mengajukan resign pada atasanku.
“Kamu yakin mau resign, sayang lo karir kamu bagus apa yang kau perjuangkan selama ini akan sia sia”, ujar atasanku memberi nasehat.
“Aku juga mikir begitu pak, untuk mendapatkan posisi seperti sekarang ini ngga gampang, aku harus berjuang keras . Tapi bagaimana lagi ibuku sakit dan dia berharap aku merawatnya”, jawabku dengan rasa bimbang dan ragu.
“Aku takut kalau ibuku kenapa napa”, gumanku dengan suara bergetar menahan tangis. Aku tidak tahu keadaan ibu yang sebenarnya, sehingga aku percaya saja kalau ibuku sakit dan memang beliau berharap aku yang merawatnya. Tapi aku merasa curiga saat aku ditelpon ayah waktu itu, karena ayah tidak menunjukkan keberadaan ibu yang sedang sakit, dan benar saja ternyata itu hanya jebakan agar aku mau pulang.
“Lho disuruh mandi kok malah bengong,” aku hanya tersenyum kecut menanggapi omongan ibu. Aku kecewa dengan sikap orang tuaku, entah apa yang menjadi alasan sehingga beliau memaksaku untuk menerima perjodohan itu.
Aku selesai mandi dan bersiap siap untuk pergi, Setelah aku berganti baju dan memakai make up flawless,bergegas aku mengambil tas dan memakai flat shoes agar lebih nyaman. Kemudian menyambar gunci motorku yang tergeletak di meja.
“Bu Vina pergi dulu”, pamitku pada ibu kemudian menstater motor. Didepan gerbang aku berpapasan dengan om om yang sudah tersenyum padaku.
“Iiissh apa an sih senyum senyum, kenal aja kagak”, gumanku sambil memalingkan muka.
Aku melajukan motorku menuju suatu tempat yang sering menjadi tempat pertemuan aku dengan Dimas. Sampai disana kulihat dia sudah datang dan duduk dibawah pohon yang rindang ditepi sungai.
“Sudah lama?” tanyaku pada Dimas.
“Ngga baru saja”, Aku duduk disampingnya sambil kakiku bermain air.
“Ada apa tumben ngajak ketemu, kangen yah”. Tanya Dimas sambil menatapku lekat.
Aku menunduk kemudian menarik nafas dalam dalam.
Rasa kangen itu sebentar lagi akan menjadi rindu yang terlarang,” kataku sambil meremas ujung bajuku.
“Kenapa?, ada masalah?” tanya Dimas penuh perhatian dan itu semakin membuat hatiku perih.
“Yah, aku terpaksa menerima perjodohan itu”.
“Secepat itu?”. Tanya Dimas tidak percaya. Kemudian membingkai wajahku dan menatapnya tajam. Mataku yang masih sembab karena lama menangis tidak bisa ditutupi dengan make up.
“Ayahku tidak merestui hubungan kita, jadi untuk apa dipertahankan”.
“Tapi aku sedang berjuang untuk mencari masa depan yang lebih baik lagi, untuk masa depan kita”. Dimas meyakinkan aku.
“Aku juga tidak tahu kenapa orang tuaku bersikeras menjodohkan aku dengan orang yang tidak aku kenal, aku tidak mau Dim aku takut”, aku terisak. Dimas memelukku dan mengelus punggungku lembut.
Dimas tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun hatinya hancur, harapan musnah.tapi dia bisa apa. Rasanya dia ingin membawa kabur anak gadis orang tapi dia masih menjaga kewarasan.
“Vina jika kamu mau bersabar satu atau dua tahun lagi, aku yakin aku siap datang melamarmu. Aku tidak mau membuatmu menderita nantinya, aku sayang kamu aku ingin menjaga dan melindungi kamu”, Vina semakin terisak dipelukan Dimas.
Setelah Vina bisa mengendalikan perasaannya, dia melepaskan pelukannya dan menatap wajah cowok didepannya dan ternyata Dimas meneteskan air mata walaupun sudah berusaha ditahannya.
Dimas kembali memeluk gadis impiannya dan membelai rambutnya.
“Only you in my heart”, bisiknya ditelingaku membuat aku tersenyum bahagia. Dimas adalah sosok cowok yang romantis dan pandai merayu,banyak cewek yang dibuat baper oleh rayuannya sehingga menduga kalau sikap dan kata katanya serius.Dan parahnya lagi jika si cewek sudah minta kepastian padanya dia selalu mengelak. Akupun tidak berani berharap banyak.namun yang membuat aku merasa nyaman bersamanya, dia mau mendengar semua keluh kesahku dan tanpa diminta dia akan memberikan solusi dari permasalahan yang aku hadapi. Dia selalu berkata lembut.
“Pulang yuk sudah sore nanti ayahmu mencari”, ucap Dimas menggenggam tanganku dan menciumnya. Aku diantar pulang , didepan gerbang kembali bertemu dengan om om yang tadi
Orang iu tersenyum kepadaku, tapi mendelik saat melihat Dimas berpamitan dan mencium keningku.Tiba tiba dia mendekati kami dan mendorong tubuh Dimas membuat tubuh kekar itu limbung.
“Kurang ajar, maksud kamu apa orang tua?” tanya Dimas menarik krah bajunya.
“Justru aku yang seharusnya tanya, maksud kamu apa mencium calon istriku?”, mendengar ucapan om om itu Dimas tertawa ngakak.
“Jangan mimpi,masa kekasihku yang cantik mau kawin sama aki aki”, ledek Dimas memuat laki laki itu naik pitam. Dia berusaha untuk memukul Dimas namun tangannya berhasil dipelintir.
“Laki laki cemen dan letoy kaya kamu mau merebut kekasihku?, sebaiknya kamu ngaca dulu sebelum datang kesini”,mendengar ribut ribut ayah keluar.
“Ada apa ini, haaah ternyata kamu biang onar, mau apa kau kesini pergi…”Usir ayah pada Dimas. Dimas yang tidak mau orang tua Vina semakin memandang jelek ke padanya bergegas pergi namun sebelum pergi dia melintir tangan laki laki itu sampai meringis kesakitan.
“Urusan kita belum selesai”,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments