BAB 2 Tak ku sangka

“Urusan kita belum selesai”, kata Dimas sambil mengepalkan tangan kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Setelah kedua cowok itu pergi ayah menarikku masuk ke dalam.

“Duduk!” perintah ayah dengan wajah emosi. Aku hanya menuruti perintahnya tanpa berani memandang wajah tua itu.

“Sudah ayah bilang jangan berhubungan dengan dia lagi, dia bukan cowok baik”, Ayah menurunkan nada bicaranya melihat ku hanya menunduk saja.

“Emang dia siapa?, sampai ayah segitunya belain dia. Apa dia karyawan ayah atau orang kepercayaan ayah?” tanyaku sambil mendongakkan wajah meminta kepastian dari jawaban ayah.

Ayah hanya tersenyum masam mendengar pertanyaanku. Tiba tiba ibu datang dan duduk disampingku kemudian membisikkan sesuatu ditelingaku.

“Dia itu calon suamimu”. Bagai disambar petir disiang bolong, aku kaget dan tidak percaya.

“Dia calon suamiku?, ngga … ngga mungkin pasti ayah sama ibu bohong”, rancauku sambil menangis memeluk wanita yang sudah melahirkanku. Aku sungguh tidak percaya kalau ayah menjodohkan aku dengan om om yang tampangnya aja jauh dari kriteria. Aku marah dan tidak terima dengan keputusan yang diambil oleh orang tuaku. Aku melepas pelukan ibu dan mengusap air mataku dengan kasar. Wajahku merah padam menahan amarah dan badanku pun bergetar hebat.

“Yah, apa istimewanya laki laki itu sehingga ayah bersikeras untuk menjodohkan aku dengan nya. Aku ingin tahu apa alasan Ayah”, teriakku lantang. Ayah terkesiap dan menatap tajam tapi aku balas menatapnya. Selama ini aku selalu mengalah dan menuruti kehendak orang tua, tapi tidak untuk memilih pendamping hidup yang aku tidak tahu sama sekali latar belakangnya.

“Nak pelankan suaramu dia ayahmu”, kata ibu lirih sambil mengelus rambutku. Atas perlakuan ibu emosiku sedikit mereda.

“Bukankah ayah sendiri yang bilang kalau memilih pasangan hidup itu harus mengutamakan bibit bebet bobotnya agar tidak menyesal dikemudian hari. Tapi sekarang apa… apa yang ayah lakukan kepada Vina, Ayah tahu bagaimana dia diluaran sana?, Dia sudah menikah dan anak istrinya diterlantarkan bahkan yang lebih parah lagi dia menghamili janda yang baru ditinggal mati suaminya.Apa seperti itu menantu yang ayah inginkan”. Mendengar ucapanku ayah diam dan menunduk, demikian juga dengan ibu.

“Tapi keluarganya baik sama kita?”jawab Ayah lirih. Aku tertawa sinis mendengar jawaban ayah. Aku heran dengan cara pikir orang tuaku. Ngga biasa biasanya bertindak ngawur.

“Ya iyalah mereka baik karena ada maunya, Ayah selama ini vina selalu meminta petunjuk sama Allah agar dan mungkin ini petunjuk yang awah berikan pada kita, sebelum dia jadi suamiku semua kebusukannya sudah terbongkar. Seorang lelaki itu Iman dalam rumah tangga, dia juga nahkoda yang mengendalikan bahtera rumah tangganya kelak, lah terus kalau Imam dan Nahkodanya begitu, apa yang akan terjadi hancur yah… hancur. Bahkan dipastikan anakmu ini bakal menyandang gelar janda. Apa ayah mau?” aku memberikan gambaran yang sedikit menyudutkan orang tuaku atas keputusan yang diambil. Mereka hanya diam dan tertunduk, ada gurat penyesalan yang tergambar jelas di wajahnya. Aku merasa capek , dan juga lelah pikiranku, sehingga aku bangkit dari duduk dan bergegas masuk kamar.

Blaaaamm

Pintu kamar ku banting keras, agar mereka tahu aku marah dan kecewa dengan sikap dan keputusannya.

Sudah sebulan sejak kejadian itu, laki laki itu tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya dirumahku membuat hatiku lega. Dan untuk mengisi waktu luang aku membuat desain pakaian muslimah. Kemudian aku berniat untuk membeli bahan nya di Tegal gubug Cirebon. Setelah bertanya pada orang orang yang pernah ke sana, pagi itu aku berniat ke tempat itu untuk membeli bahan dan segala keperluan usahaku nanti. Aku nebeng ikut rombongan pedagang yang akan berjualan baju ke sana, sampai disana aku kagum sekaligus kaget dengan sistem penjualan disana. Tidak semua pedagang punya toko, banyak yang menempati lapak lapak yang luasnya hanya tiga kali dua meter. Itupun mereka membeli dengan bergabung dengan yang lain . ada yang satu lapak dibeli dirombong dua orang ada juga yang tiga orang , alasan mereka karena harganya cukup mahal dan mereka hanya bisa menggunakan seminggu dua kali. Malah yang lebih unik ada penjual yang mengejar kejar pembeli hanya untuk menawarkan dagangannya. Setelah puas berkeliling dan membeli keperluan untuk usahaku aku menunggu bis yang lewat di depan pasar itu. Jam Enam pagi aku baru sampai rumah.karena capek dan penat pulang langsung tidur.

Sudah tiga bulan aku mulai mengeluti bisnis konveksi. Aku senang dan bersemangat karena sudah terlihat hasilnya. Selain baju baju muslim yang aku kirim ke Batam aku juga menyediakan baju anak laki dan perempuan segala umur, bahkan tetangga sekitar banyak yang berdatangan untuk membeli keperluannya.

“Nduk, bagaimana kalau buka toko pakaian aja”, usul ibu saat itu. Aku hanya tersenyum menanggapinya.

“Sebenarnya Vina juga pengin bu tapi kita jalani aja apa yang ada sekarang”.jawabku jujur.

Aku jadi teringat saat masih dekat dengan teman kerjaku Deni, asal dari Margahayu Jaya Bekasi Timur. Orangnya lucu dan penuh semangat.Walaupun dikenal ceweknya banyak alias play group eh.. salah pembaca,bukan play group tapi play boy he..he..he.. guyon dikit biar pembaca ngga tegang, tapi dia royal sama teman.

Kalau dilihat tampangnya sih sangar kaya preman pasar tapi ternyata dia anak mami yang berhati hello kitty. Banyak kenangan manis bersamanya tapi semua itu tinggal kenangan karena sekarang dia sudah bersanding dengan cewek cantik asal Jawa Timur. Dan karena kesibukan masing masing kami tidak lagi bisa menjalin komunikasi.Dulu kami pernah bercita cita untuk mendirikan butik bersama. Yah itulah kenangan masa lalu masih segar dalam ingatan.

“Vin.. vina kerja kok nyambi ngelamun, tuh bajunya gosong”, mendengar teriakan ibu aku langsung tersentak kaget dan ternyata benar baju yang sedang ku setrika gosong.

“Nglamun aja mikirin apa sih?” kata Utami karyawan kepercayaanku sambil menyenggol lenganku. Aku hanya terkekeh menanggapinya. Entahlah akhir akhir ini aku sering teringat dengan orang orang yang sudah berkontribusi di masa lalu. Ada kerinduan tenteng mereka tapi apalah daya aku sekarang tidak lagi bekerja di sana. Enam tahun waktu yang cukup lama bersama sama mereka sehingga kenangan itu tidak bisa begitu saja terlupakan.

Sejak aku sibuk merintis usaha dibidang konveksi, ayah tidak pernah lagi menyinggung lagi tentang perjodohan, aku juga ingin mengulik sedikit, apa motivasi ayah menjodohkan aku .

“Bu, gimana sih awalnya ibu kenal sama keluarganya si om tuir itu?” tanyaku pada ibu.

“Om Tuir, maksud kamu apa sih vun ibu ngga ngerti”, aku garuk garuk kepala yang tidak gatal melihat tanggapan ibu.

“Itu lho bu ,si Anton laki laki yang akan dijodohkan dengan Vina?”tanyaku penuh semangat.

“Oh itu, orang tuanya yang datang ke sini meminta kamu untuk menjadi menantunya.

“Haah, kok begitu bu”tanyaku kaget.

“Bahkan kemarin ada lagi yang meminta kamu, berjodoh dengan adiknya”. Kata ibu tersenyum masam.

“Apppaaa?”…

Terpopuler

Comments

minsook123

minsook123

Top markotop deh cerita ini, recommend banget!

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!