BAB 3 Siapa lagi?

BAB 3 Siapa lagi?

“Apaaa?” aku memekik karena kaget dan syok dengan ucapan ibu.

“Dia adik lelaki dari Rohyati. Itu lho anaknya bu Aminah, masa kamu ngga tahu?” ibu balik nanya. Aku mengerdikkan bahu dengan sikap ibu. Boro boro mikirin cowok yang tidak aku kenal, apalagi anaknya bu Aminah, wong saya sendiri ngga kenal bu Aminah itu siapa.

“Yang aku tahu itu hmmm… siapa yah?” aku ngeledek ibu sehingga membuat ibu mencebik.

“Jangan kamu ngomong kalau kamu hanya kenal si Dimas itu, nanti ayahmu sewot”. Vina hanya tertawa tawa melihat ibu mulai terpancing emosinya.

“Ha..ha..ha.. bu anakmu ini cantik, banyak cowok cakep yang cukup berpotensi yang mau sama aku lo bu”, jawabku membanggakan diri.

“Ya..ya.. Anak ibu memang gemoy dan Istimewa”.Aku tertawa ngakak mendengar jawaban ibu membuat wanita yang sudah melahirkan ku itu mengernyitkan dahinya.

“Lho dipuji malah ketawa, siapa yang akan ngalem anak sendiri kalau bukan ibu bapaknya hayo”, ibu ikut ikutan tertawa sumringah. Membuat suasana yang tadinya tegang menjadi cair.

“Bukan itu, tapi ibu kaya juru kampanye dalam pemilu yang lagi viral itu, eh bu namanya siapa bu dan orangnya kaya apa, kerjanya apa?” tanyaku menodong ibu dengan berbagai pertanyaan.

“Kamu itu kalau nanya satu satu, penasaran ya?” goda ibu sambil menjawil hidungku.

Aku tidak langsung menjawab tapi masuk ke kamar karena mendengar dering telepon. Aku kembali duduk dihadapan ibu sambil membuka pesan yang masuk dari ponselku. Ternyata dari teman satu kerjaan yang bernama Winda.

(Vin, kamu pulang ngga pamitan sama Deny ya, dia nyariin lho, katanya sepi ngga ada kamu yang suka dangdutan kalau shif malam) membaca pesan dari Winda aku senyum senyum sendiri.

Kemudian aku mengetik jawaban dan dikirimkan pada Winda.

( Iya lupa,.. salam kangen aja buat dia mudah mudahan kita bisa ketemu lagi dan bisa konser bareng lagi tak lupa aku tambahin emoticon tertwa) setelah pesan terkirim aku kembali menatap ibu untuk meminta jawaban.

“Namanya Firman, dia anaknya baik, rajin sholat juga ngga jelek jelek amat. Bu Aminah itu dulu kakak kelas ibu waktu sekolah dulu, jadi ibu sedikit tahu tentang bu Aminah, kalau kamu setuju nanti ibu perkenalkan dengannya”. Aku cuek tidak menanggapi ucapan ibu. Jujur saja aku tidak mengiyakan juga tidak menolak tapi sebelum aku mengambil kebutusan aku ingin mencari tahu dulu siapa dia, bagaimana orangnya dan juga keluarganya. Aku ngga mau kejadian kemarin terulang lagi.

“Gimana, mau menerimanya, nanti ibu perkenalkan sama dia”, tanya ibu lagi.

“Aku ngga minat bu, aku masih pengin merintis karir. Udah lupakan aja lah” jawabku kemudian hendak beranjak pergi namum tanganku ditarik kembali oleh ibu.

“Vin kamu sudah besar, sudah dewasa umurmu sudah dua puluh enam tahun.bahkan kalau dikampung kita umur seorang gadis segitu dibilang perawan tua. Ayah dan ibu malu jadi omongan tetangga, apalagi bapakmu dibilang ngga bisa ngatur anak, kami malu vin… malu. Apalagi adikmu sudah besar dan sudah punya pacar, kamu jangan menghalangi masa depan adikmu”, kata ibu dengan nada tinggi. Vina yang masih asyik dengan ponselnya mendongak mendengar perkataan ibunya.

“ Siapa yang menghalangi masa depan Vani?, silahkan saja kalau ayah dan ibu mau menikahkan Vani duluan, aku is’t Ok.”jawab Vina kesal. Mendengar ribut ribut ayah keluar dan ikut duduk disamping ibu.

“Ada apa ini, ribut ribut?” tanya Ayah. Semua menunduk tidak ada yang berani menjawab.

“Ada masalah apa bu?” tanya Ayah dengan nada suara tinggi. Entah kenapa akhir akhir ini ayah gampang emosi, apalagi kalau mendengar nama Dimas disebut sebut.

“Ini yah, kemarin anaknya bu Aminah, Rohyati ke sini dan ngomong sama ibu kalau dia ingin ber besan. Meminta Vina mau dijodohkan dengan adiknya itu. Tapi vina menolak.”, tutur ibu.

Ayah tidak langsung menanggapi ucapan ibu, kemudian beralih memandang anaknya .

“Benar apa yang ibumu katakan Vina?” tanya Ayah dengan suara lantang membuat ibu dan vina tersentak kaget.

“Benar ayah,katanya ibu malu karena vina disebut sebut sebagai perawan tua”, jawabku lirih.

“Nah itu kamu tahu, sampai kapan kamu akan menunggu si Dimas itu, laki laki yang tidak punya masa depan. Kamu harus move on, ingat umurmu, kamu perempuan jika kamu menikah diusia tua, kehamilanmu akan berbahaya dan nantinya disaat usiamu sudah tua anakmu masih kecil kecil. Menikahlah nak, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini demikian juga dengan kedua orang tuamu ini. Kenali dulu pribadinya jangan lupa kamu minta petunjuk sama Allah, jika dia bukan yang terbaik untukmu Allah akan menjauhkan dia dengan jalan Allah yang tidak kau sangka. Manusia itu hanya bisa ikhtiar dan berdoa selebihnya serahkan semua pada yang maha kuasa. Jodoh rejeki dan kematian itu rahasia Allah kita tidak bisa memprediksinya.” Ayah memberikan nasehat dan wejangannya panjang lebar.

“Iya yah, tapi beri waktu Vina untuk berpikir.” Jawab ku sambil beranjak dari sana dan masuk kamar. Aku ingin menyelidiki dulu siapa dan bagaimana orang yang di jodohkan denganku itu sambil meminta petunjuk lewat sholat istikharah.

“Siapa yah, orang yang bisa ku tanyai tentang si Firman itu”, gumam ku lirih sambil berfikir.

‘Hmmm kenapa aku ngga nanya Tati aja, dia past tahu siapa si Firman, apalagi kemarin kemarin dia bercerita tentang saudaranya yang ingin berkenalan denganku,oh…bukankah dia kerja di rumah ibu Rohyati, atau jangan jangan dia dalang dari semua ini, awas aja kalau ini benar bener terjadi, ku sumpah i dia gila”, gerutu ku kesal sambil mengepalkan tangan kuat kuat. kemudian aku bergegas untuk membersihkan wajah karena terasa lengket dan berganti baju. Setelah make up sedikit, aku menyambar kunci dan dompetku kemudian menjalankan motor menuju rumah Tati. Tati adalah gadis desa yang lugu, selama hidupnya dia jarang pergi ke mana mana apalagi merantau bekerja. Setiap hari dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari hari bersama kedua orang tuanya. Sebenarnya orang tuanya masih punya sawah yang sedang ditanami, tapi karena kondisi bapaknya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di sawah, sawah tersebut dilimpahkan pada kakak laki lakinya. Miris sekali kehidupan yang di jalani Tati,dia bisa bertahan dalam keadaan yang serba kekurangan dan itu yang membuat aku masih bertahan berteman dengan nya. Walau ada beberapa watak Tati yang tidak aku sukai.

“tok..tok..tok.

“Assalamu'alaikum Setelah beberapa kali mengucapkan salam baru pintu dibuka. Muncul seraut wajah seorang gadis seusiaku yang sangat sederhana. Raut wajah yang kusam dengan rambut sebahu yang diikat asal. Membuat penampilannya tambah mengenaskan.

“Hai.. Vina kapan pulang?” tanya Tati memelukku erat kemudian mempersilahkan aku duduk.

“Udah lama sih, tapi baru sempat main ke sini”. Jawabku datar.

“Mentang mentang sekarang sudah sukses kamu lupa sama aku,dasar cewek kota”, Tati menepuk bahuku pelan kemudian memandangku dari atas sampai bawah .

“Apaan lo ngelihat aku gitu amat,” aku mendorong sedikit tubuhnya menjauh dari ku.

“Kamu cantik, cantik sekali pantas jadi orang kota. Pasti uangmu banyak,kerja enam tahun di Batam”. Tanya Tati asal membuat aku tertawa.

“Kamu itu aneh, aku sekarang masih nganggur, mau merantau lagi ngga boleh sama ayah juga ibuku, mana ada pengangguran uangnya banyak”. Jawabku terkekeh . Aku tahu persis sifat temanku itu. Seandainya aku bercerita apa adanya, aku tidak mau dia punya rasa iri dan juga dengki atas kerja kerasku selama ini.

“Terus gimana kabarnya Dimas?” tanya Tati penasaran. Aku hanya menarik nafas dalam dalam.

“Aku tidak direstui jalin hubungan sama Dimas dan mau dijodohkan sama… siapa gitu aku lupa, katanya sih anak dari teman lama ibu”, kataku Lirih.

“Alhamdulillah” teriaknya membuat aku kaget dan menatap heran kepadanya.

“Kok kamu malah seneng gitu”, Aku kesal melihat sikap sahabatku itu. Kecurigaanku semakin kuat. Mendengar pertanyaanku dia terkekeh, aku dibuat tambah kesal.

“Aku tidak setuju kalau kamu jadi menikah sama Dimas, bukan apa apa tapi aku belum siap melihat kamu bahagia dengan dia, sedangkan aku masih seperti ini, Tidak ada teman buat ngobrol dan juga pergi pergi”. Jawabnya santai.

“Sialan lho, dasar teman tak berakhlak”, aku memukul baru Tati namun anak itu tidak marah melainkan tertawa ngakak. Setelah tawanya reda, dia menarik ku ke kamarnya.

“Mau ngga kamu kenalan sama saudara aku, syukur syukur kalau kalian berjodoh “, bisiknya lirih di telingaku.

“Udah ngga usah bisik bisik ngomong aja langsung siapa?..

Bersambung

Terpopuler

Comments

sandianto paranggai

sandianto paranggai

Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!

2024-02-06

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!