Gadis Malam Tuan Mafia

Gadis Malam Tuan Mafia

Bab 1. Sugar daddy

Di sebuah club malam yang ternama, Cyra kini berada dan terduduk sembari menikmati minuman di gelasnya. Gadis berusia 18 tahun itu tampak asyik menikmati minuman miliknya dengan diiringi musik yang bergelora, meski ini baru pertama kalinya Cyra menginjakkan kaki di dalam tempat itu.

Tentu Cyra tidak sendirian, ia datang bersama Daiva yang memang piawai dalam urusan itu. Cyra sengaja meminta Daiva menemaninya saat ini, sebab ia merasa kalau hanya Daiva lah yang bisa membantunya. Apalagi, Cyra masih sangat sakit hati dengan pernikahan antara mamanya dan lelaki baru itu.

"Cyra, sebenarnya ada apa sih sama kamu? Kok kamu tiba-tiba minta aku buat ajak kamu kesini? Kamu lagi ada masalah ya?" Daiva coba bertanya pada Cyra kali ini.

Gadis cantik itu terlihat santai sambil menghabiskan minuman di gelas miliknya, ia meletakkan gelas itu ke meja dan beralih menatap Daiva seraya tersenyum tipis. Ia bingung harus mulai menjelaskan semua darimana, karena ia khawatir Daiva justru lebih membela mamanya nanti.

"Aku kesel aja sama mama aku, kak. Aku gak nyangka mama ternyata bisa lupain cinta papa secepat ini, padahal papa baru aja pergi ninggalin kita semua. Tapi, mama malah memilih menikah sama laki-laki lain yang gak jelas siapa itu," ucap Cyra menjelaskan.

"Eee...." Daiva amat syok, ia coba mencari cara untuk berbicara dengan Cyra tanpa menyakiti hati gadis itu.

"Berarti kamu gak setuju gitu ya sama pernikahan tante Ciara dan om Chris?" tanya Daiva, yang kemudian dijawab dengan anggukan singkat oleh Cyra.

Ya Daiva kini telah mengerti semua permasalahan yang dialami Cyra, sehingga ia berusaha menenangkan gadis itu dengan cara mengusap punggungnya secara perlahan dan terus tersenyum. Sebagai seorang saudara, Daiva tentu tak ingin adiknya terus bersedih seperti ini.

"It's okay, Cyra. Kamu gak perlu terlalu sedih mikirin itu, kamu bawa enjoy aja ya sekarang! Kita senang-senang disini, nikmati semuanya tanpa beban pikiran!" bujuk Daiva.

Cyra mengangguk kecil, "Iya kak, aku boleh kan nambah minumnya lagi?"

Daiva tersenyum dan mengiyakan ucapan gadis itu, tanpa berlama-lama ia segera memesankan satu botol minuman itu dan menuangkannya ke dalam gelas milik Cyra. Tak lupa mereka melakukan cheers sebelum menenggak habis minuman itu, keduanya tampak begitu gembira malam ini dan berniat melepaskan semua beban pikiran mereka.

"Aku suka banget disini kak, belum pernah aku temuin tempat seasyik ini. Gak nyesel deh aku minta kak Daiva buat bawa aku ke tempat ini," ujar Cyra.

"Haha, iya dong Cyra. Mana pernah aku bikin kamu kecewa coba?" Daiva terlihat bangga dan terus mengajak Cyra minum.

Tak lama kemudian, seorang lelaki berpakaian rapih datang mendekati mereka. Lelaki itu tampak menyapa Daiva, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Sontak Daiva terkejut, ia menoleh dan malah tersenyum lebar. Lelaki itu pun menyentuh pundak terbukanya, lalu mengecup pipinya tepat di hadapan Cyra.

Cup

"Halo sayang! Malam ini kamu cantik sekali, maaf ya kalau saya bikin kamu lama nunggu!" ucap lelaki itu dengan suara paraunya.

Daiva pun membalas perlakuan pria itu dan memberikan ekspresi menggodanya, ia memang sudah cukup terampil dalam hal menggoda pria.

"Enggak kok om, eh ya kenalin om ini saudara aku namanya Cyra!" ujar Daiva.

Lelaki yang dipanggil dengan sebutan 'om' itu pun melirik ke arah Cyra, matanya berbinar dan takjub saat melihat gadis cantik itu. Rasa gairah yang terpendam kini mulai muncul, apalagi penampilan Cyra malam ini memang terlihat sangat menarik.

"Nah Cyra, kamu kenalin ya ini namanya om Harvey!" lanjut Daiva.

Lelaki itu langsung menyodorkan tangannya ke arah Cyra, "Harvey." ya ia mengenalkan diri di depan Cyra sambil tersenyum manis.

"Cyra."

Mereka bersalaman secara singkat, namun entah kenapa Harvey seperti tak bisa berhenti menatap wajah cantik gadis itu. Jika saja ia bisa memilikinya, mungkin saat ini ia sudah membawa gadis itu ke dalam kamar.

"Ah ya Daiva, saya tunggu kamu disana ya? Kalau urusan kamu dengan Cyra sudah beres, datangi saya!" Harvey berbisik pada Daiva.

"Siap om!" Daiva tentu menyetujuinya.

Sebelum pergi, Harvey menyempatkan diri mengecup kening wanitanya. Barulah setelah itu, ia melambai ke arah Daiva dan juga Cyra disertai senyuman lebarnya. Harvey pun melangkah dari sana menuju sofa yang tersedia, ia memilih menunggu Daiva disana sambil menikmati beberapa minuman.

"Kak, cowok itu siapa sih? Kok kelihatannya dia akrab banget sama kakak?" Cyra langsung menanyakan perihal Harvey kepada Daiva.

"Umm....iya, jadi om Harvey itu sugar daddy aku. Dia itu walau udah 44 tahun, tapi mukanya masih tetap kelihatan muda kan? Ganteng banget lagi," jawab Daiva.

"Hah? Sugar daddy itu apa sih, kak?" tanya Cyra dengan wajah polosnya.

Pertanyaan Cyra itu mengundang gelak tawa bagi Daiva, ya Daiva pun tertawa saat itu juga karena kepolosan adiknya. Sedangkan Cyra sendiri hanya terdiam bingung, ia tak mengerti apanya yang salah dengan pertanyaannya tadi.

"Loh kenapa, kak? Emangnya ada yang salah ya sama pertanyaan aku?" heran Cyra.

"Hahaha, enggak kok enggak. Aku lucu aja gitu lihat kamu yang polos kayak gini, duh Cyra kamu itu harusnya emang gak ada di tempat ini loh sayang," ujar Daiva.

"Kenapa? Emang apa sih sugar daddy itu?" tanya Cyra kebingungan.

Daiva merangkul adiknya dan coba berhenti tertawa, ia mengambil nafas lebih dulu sebelum menjelaskan semua pada Cyra. Pasalnya, kepolosan Cyra tadi memang membuatnya sulit untuk bisa menahan tawa.

"Iya Cyra, jadi sugar daddy itu orang yang mau kasih uang ke kita setiap bulannya. Bahkan bisa lebih sering loh," ucap Daiva.

"Oh ya? Waw pantes aja sekarang kakak jadi kaya raya gini ya? Pasti semua uang kakak itu dari si om Harvey tadi kan?" ucap Cyra yang perlahan mulai mengerti.

Daiva mengangguk kecil, "Bener kamu, enak kan kalau punya sugar daddy? Apapun yang kita mau, tinggal minta ke dia," ujarnya.

"Ih enak banget dong ya? Aku jadi mau deh punya sugar daddy juga kayak kakak, apa bisa?" celetuk Cyra.

Deg

Daiva terkejut, matanya langsung membulat dan tampak tak percaya pada apa yang diucapkan adiknya barusan. Daiva sontak kebingungan, ia tak mengerti apakah yang harus ia lakukan saat ini untuk menjawab pertanyaan Cyra itu.

"Kamu mau punya sugar daddy juga, beneran nih Cyra?" Daiva coba memastikannya.

Cyra mengangguk antusias, "Iya bener kak, ajarin aku dong supaya bisa dapat sugar daddy yang kaya raya kayak om Harvey itu!" ucapnya penuh semangat.

"Ahaha, iya deh iya. Kita bahas itu nanti ya? Kamu habisin aja nih minumnya, abis itu aku mau kesana dulu temuin om Harvey? Gapapa kan aku tinggal?" ucap Daiva.

"Gapapa kok, kak."

Mereka kembali meminum minuman itu sampai habis, Daiva juga tampak berpikir cara apa yang akan ia gunakan nanti untuk bisa memanfaatkan kepolosan Cyra demi keuntungan dirinya.

"Hmm...apa aku bawa aja ya Cyra ke tempat mami?" batin Daiva.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

Hanisah Nisa

Hanisah Nisa

lanjut

2024-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!