Di sebuah club malam yang ternama, Cyra kini berada dan terduduk sembari menikmati minuman di gelasnya. Gadis berusia 18 tahun itu tampak asyik menikmati minuman miliknya dengan diiringi musik yang bergelora, meski ini baru pertama kalinya Cyra menginjakkan kaki di dalam tempat itu.
Tentu Cyra tidak sendirian, ia datang bersama Daiva yang memang piawai dalam urusan itu. Cyra sengaja meminta Daiva menemaninya saat ini, sebab ia merasa kalau hanya Daiva lah yang bisa membantunya. Apalagi, Cyra masih sangat sakit hati dengan pernikahan antara mamanya dan lelaki baru itu.
"Cyra, sebenarnya ada apa sih sama kamu? Kok kamu tiba-tiba minta aku buat ajak kamu kesini? Kamu lagi ada masalah ya?" Daiva coba bertanya pada Cyra kali ini.
Gadis cantik itu terlihat santai sambil menghabiskan minuman di gelas miliknya, ia meletakkan gelas itu ke meja dan beralih menatap Daiva seraya tersenyum tipis. Ia bingung harus mulai menjelaskan semua darimana, karena ia khawatir Daiva justru lebih membela mamanya nanti.
"Aku kesel aja sama mama aku, kak. Aku gak nyangka mama ternyata bisa lupain cinta papa secepat ini, padahal papa baru aja pergi ninggalin kita semua. Tapi, mama malah memilih menikah sama laki-laki lain yang gak jelas siapa itu," ucap Cyra menjelaskan.
"Eee...." Daiva amat syok, ia coba mencari cara untuk berbicara dengan Cyra tanpa menyakiti hati gadis itu.
"Berarti kamu gak setuju gitu ya sama pernikahan tante Ciara dan om Chris?" tanya Daiva, yang kemudian dijawab dengan anggukan singkat oleh Cyra.
Ya Daiva kini telah mengerti semua permasalahan yang dialami Cyra, sehingga ia berusaha menenangkan gadis itu dengan cara mengusap punggungnya secara perlahan dan terus tersenyum. Sebagai seorang saudara, Daiva tentu tak ingin adiknya terus bersedih seperti ini.
"It's okay, Cyra. Kamu gak perlu terlalu sedih mikirin itu, kamu bawa enjoy aja ya sekarang! Kita senang-senang disini, nikmati semuanya tanpa beban pikiran!" bujuk Daiva.
Cyra mengangguk kecil, "Iya kak, aku boleh kan nambah minumnya lagi?"
Daiva tersenyum dan mengiyakan ucapan gadis itu, tanpa berlama-lama ia segera memesankan satu botol minuman itu dan menuangkannya ke dalam gelas milik Cyra. Tak lupa mereka melakukan cheers sebelum menenggak habis minuman itu, keduanya tampak begitu gembira malam ini dan berniat melepaskan semua beban pikiran mereka.
"Aku suka banget disini kak, belum pernah aku temuin tempat seasyik ini. Gak nyesel deh aku minta kak Daiva buat bawa aku ke tempat ini," ujar Cyra.
"Haha, iya dong Cyra. Mana pernah aku bikin kamu kecewa coba?" Daiva terlihat bangga dan terus mengajak Cyra minum.
Tak lama kemudian, seorang lelaki berpakaian rapih datang mendekati mereka. Lelaki itu tampak menyapa Daiva, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Sontak Daiva terkejut, ia menoleh dan malah tersenyum lebar. Lelaki itu pun menyentuh pundak terbukanya, lalu mengecup pipinya tepat di hadapan Cyra.
Cup
"Halo sayang! Malam ini kamu cantik sekali, maaf ya kalau saya bikin kamu lama nunggu!" ucap lelaki itu dengan suara paraunya.
Daiva pun membalas perlakuan pria itu dan memberikan ekspresi menggodanya, ia memang sudah cukup terampil dalam hal menggoda pria.
"Enggak kok om, eh ya kenalin om ini saudara aku namanya Cyra!" ujar Daiva.
Lelaki yang dipanggil dengan sebutan 'om' itu pun melirik ke arah Cyra, matanya berbinar dan takjub saat melihat gadis cantik itu. Rasa gairah yang terpendam kini mulai muncul, apalagi penampilan Cyra malam ini memang terlihat sangat menarik.
"Nah Cyra, kamu kenalin ya ini namanya om Harvey!" lanjut Daiva.
Lelaki itu langsung menyodorkan tangannya ke arah Cyra, "Harvey." ya ia mengenalkan diri di depan Cyra sambil tersenyum manis.
"Cyra."
Mereka bersalaman secara singkat, namun entah kenapa Harvey seperti tak bisa berhenti menatap wajah cantik gadis itu. Jika saja ia bisa memilikinya, mungkin saat ini ia sudah membawa gadis itu ke dalam kamar.
"Ah ya Daiva, saya tunggu kamu disana ya? Kalau urusan kamu dengan Cyra sudah beres, datangi saya!" Harvey berbisik pada Daiva.
"Siap om!" Daiva tentu menyetujuinya.
Sebelum pergi, Harvey menyempatkan diri mengecup kening wanitanya. Barulah setelah itu, ia melambai ke arah Daiva dan juga Cyra disertai senyuman lebarnya. Harvey pun melangkah dari sana menuju sofa yang tersedia, ia memilih menunggu Daiva disana sambil menikmati beberapa minuman.
"Kak, cowok itu siapa sih? Kok kelihatannya dia akrab banget sama kakak?" Cyra langsung menanyakan perihal Harvey kepada Daiva.
"Umm....iya, jadi om Harvey itu sugar daddy aku. Dia itu walau udah 44 tahun, tapi mukanya masih tetap kelihatan muda kan? Ganteng banget lagi," jawab Daiva.
"Hah? Sugar daddy itu apa sih, kak?" tanya Cyra dengan wajah polosnya.
Pertanyaan Cyra itu mengundang gelak tawa bagi Daiva, ya Daiva pun tertawa saat itu juga karena kepolosan adiknya. Sedangkan Cyra sendiri hanya terdiam bingung, ia tak mengerti apanya yang salah dengan pertanyaannya tadi.
"Loh kenapa, kak? Emangnya ada yang salah ya sama pertanyaan aku?" heran Cyra.
"Hahaha, enggak kok enggak. Aku lucu aja gitu lihat kamu yang polos kayak gini, duh Cyra kamu itu harusnya emang gak ada di tempat ini loh sayang," ujar Daiva.
"Kenapa? Emang apa sih sugar daddy itu?" tanya Cyra kebingungan.
Daiva merangkul adiknya dan coba berhenti tertawa, ia mengambil nafas lebih dulu sebelum menjelaskan semua pada Cyra. Pasalnya, kepolosan Cyra tadi memang membuatnya sulit untuk bisa menahan tawa.
"Iya Cyra, jadi sugar daddy itu orang yang mau kasih uang ke kita setiap bulannya. Bahkan bisa lebih sering loh," ucap Daiva.
"Oh ya? Waw pantes aja sekarang kakak jadi kaya raya gini ya? Pasti semua uang kakak itu dari si om Harvey tadi kan?" ucap Cyra yang perlahan mulai mengerti.
Daiva mengangguk kecil, "Bener kamu, enak kan kalau punya sugar daddy? Apapun yang kita mau, tinggal minta ke dia," ujarnya.
"Ih enak banget dong ya? Aku jadi mau deh punya sugar daddy juga kayak kakak, apa bisa?" celetuk Cyra.
Deg
Daiva terkejut, matanya langsung membulat dan tampak tak percaya pada apa yang diucapkan adiknya barusan. Daiva sontak kebingungan, ia tak mengerti apakah yang harus ia lakukan saat ini untuk menjawab pertanyaan Cyra itu.
"Kamu mau punya sugar daddy juga, beneran nih Cyra?" Daiva coba memastikannya.
Cyra mengangguk antusias, "Iya bener kak, ajarin aku dong supaya bisa dapat sugar daddy yang kaya raya kayak om Harvey itu!" ucapnya penuh semangat.
"Ahaha, iya deh iya. Kita bahas itu nanti ya? Kamu habisin aja nih minumnya, abis itu aku mau kesana dulu temuin om Harvey? Gapapa kan aku tinggal?" ucap Daiva.
"Gapapa kok, kak."
Mereka kembali meminum minuman itu sampai habis, Daiva juga tampak berpikir cara apa yang akan ia gunakan nanti untuk bisa memanfaatkan kepolosan Cyra demi keuntungan dirinya.
"Hmm...apa aku bawa aja ya Cyra ke tempat mami?" batin Daiva.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Hari sudah semakin larut, tepat di tengah malam ini Daiva mengajak Cyra pergi ke suatu tempat setelah ia menemani sang sugar daddy di club sebelum ini. Daiva sengaja melakukan ini, karena ia yakin kalau Cyra pasti sangat suka dengan tempat yang akan mereka tuju saat ini.
Mereka tiba di tempat tersebut dengan taksi yang mereka tumpangi, setelahnya Daiva pun mengajak Cyra turun dari taksi itu dan segera menuju ke dalam tempat yang telah ia rencanakan. Daiva terlihat menyunggingkan senyumnya, sehingga Cyra tampak bingung dan terus melirik ke sekitarnya dengan heran.
"Kak, ini kita dimana sih? Kenapa kakak bawa aku ke tempat kayak gini?" Cyra bertanya-tanya pada kakaknya itu.
Daiva tersenyum santai dan merangkul pundak sang adik, ia mengusapnya dengan lembut seraya menenangkan gadis itu agar tidak terlalu cemas. Pasalnya, sebentar lagi mereka akan tiba di sebuah tempat yang menyenangkan bagi mereka.
"Kamu tadi bilang mau punya sugar daddy juga kayak aku kan?" ucap Daiva.
Cyra manggut-manggut saja sebagai jawaban, gadis itu tampak begitu sumringah menyambut perkataan Daiva.
"Nah, kalo gitu tempat yang paling pas itu disini sayang," lanjut Daiva.
Sontak Cyra mengangguk paham, ia kini tahu apa alasan Daiva membawanya ke tempat yang sangat mengherankan itu. Namun, entah kenapa Cyra memiliki firasat yang tidak enak pada tempat tersebut. Suasana di sekitar yang sunyi dan sepi, membuatnya bingung dan sedikit ketakutan tentunya.
"Gimana Cyra sayang, kamu jadi gak mau punya sugar daddy?" tanya Daiva.
"Jadi dong kak, masa enggak jadi? Aku penasaran rasanya punya sugar daddy tuh kayak gimana, bolehin aku masuk ke dalam ya kak!" jawab Cyra tanpa ragu.
"Tentu sayang, pasti boleh. Nanti di dalam sana, kamu akan aku kenalin sama seseorang yang ahli menemukan sugar daddy untuk kita. Dari dia juga tuh aku bisa ketemu om Harvey," ucap Daiva.
"Ohh, iya iya kak aku ngerti." Cyra manggut-manggut paham disertai senyum lebarnya.
Sesaat kemudian, mereka tiba di dalam sana dan terlihat lah ruangan yang ramai dan dipenuhi beberapa wanita seksi serta lelaki hidung belang. Begitu memasuki tempat itu, Cyra memiliki perasaan yang tidak enak dan ia mengira kalau semua orang disana satu tujuan dengannya.
"Kak, kok banyak banget cewek-cewek seksi ya disini? Mereka juga gak malu lagi begituan di depan yang lain," bisik Cyra.
"Sssttt, jangan diganggu! Udah kamu ikut aku aja kesana yuk!" pinta Daiva.
Tentu saja Cyra mengangguk setuju dan memilih mengikuti kemana Daiva melangkah, namun tetap saja ia tidak bisa berhenti melirik ke arah orang-orang di sekitarnya yang sangat mengganggu pikirannya. Ia berpikir di dalam hati, apakah ia akan menjadi seperti mereka jika telah memiliki sugar daddy nanti.
"Nah, itu dia orangnya. Yuk kita samperin dia!" Daiva menunjuk ke arah seorang wanita dewasa berpakaian seksi di depan sana.
Cyra pun mengarahkan pandangannya ke tempat yang ditunjuk oleh Daiva, ya gadis itu melihat jelas sosok perempuan yang dikelilingi oleh dua orang pria disana. Dari penampilannya, Cyra dapat menebak bahwa wanita disana itu merupakan sosok yang dihormati di tempat tersebut.
"Permisi mami, ada orang baru yang mau ketemu sama mami," ucap Daiva.
Saat itu juga wanita yang dipanggil mami tersebut membuka matanya, ia menatap ke arah Daiva serta Cyra disana. Tatapannya begitu tajam, namun kemudian berubah menjadi keramahan. Ia bangkit dari tempat duduknya, lalu mendekati Daiva yang merupakan anak kesayangannya.
"Ah Daiva, anak kesayangan mami. Kamu ada apa kesini sayang? Bukannya kamu udah dikontrak sama mas Harvey? Kurang ya uang dari dia, hm?" ucapnya.
"Enggak kok mi, mami tenang aja. Aku kesini itu karena ada saudara aku yang mau ketemu sama mami," ucap Daiva. "Nah ini dia orangnya, kenalin mi namanya Cyra!" lanjutnya seraya mengenalkan Cyra.
"Oalah, saya Yeyen. Kamu bisa panggil saya mami Yeyen! Saya yang berkuasa disini," ucap wanita itu seraya mengulurkan tangannya.
"Umm a-aku Cyra...."
Dengan gugup Cyra meraih telapak tangan wanita bernama Yeyen itu, lalu bersalaman dengannya. Cyra amat sangat gemetar saat bersentuhan langsung dengan wanita itu, karena jujur ia belum pernah melihat sosok perempuan yang berpenampilan seperti itu sebelumnya.
"Apa tujuan kamu datang kesini sayang?" tanya Yeyen pada Cyra dengan ramah.
Cyra terlihat sangat gugup, ia melepaskan tangannya dari sentuhan Yeyen dan malah menatap ke arah Daiva. Jujur saja, Cyra tak tahu apa yang harus ia katakan kali ini kepada Yeyen. Pasalnya, bertatapan muka dengan wanita saja sudah membuat Cyra keringat dingin saat ini.
"Ini mami, Cyra ini mau ikut gabung sama kita. Dia bilang dia itu pengen punya sugar daddy juga kayak aku," akhirnya Daiva lah yang menjawab pertanyaan itu.
"Oh begitu, kamu mau punya sugar daddy sayang?" ucap Yeyen memastikan.
"I-i-iya bu..."
"Jangan bu dong sayang! Panggil aja saya mami, seperti Daiva ini!" tegur Yeyen.
"I-i-iya, ma-maksud saya mami.."
Cyra langsung merevisi kata-katanya dan terlihat semakin gugup, namun Yeyen mendekatinya lalu merangkulnya sambil tersenyum manis. Yeyen tampak berusaha menenangkan Cyra saat ini, sebab ia yakin kalau Cyra juga bisa menjadi aset yang berharga baginya nanti.
"Okay, kamu bisa dengan mudah kok dapetin itu sayang. Mami bisa carikan sugar daddy yang sesuai keinginan kamu," ucap Yeyen.
"Beneran, mih?" tanya Cyra dengan wajah yang mulai sumringah.
"Ya bener dong sayang, mana pernah mami bohong? Tapi sebelum kamu bisa punya sugar daddy seperti Daiva, kamu harus penuhi syarat dari mami dulu!" ucap Yeyen.
"A-apa itu mih?" Cyra terlihat penasaran.
Yeyen tersenyum dan membelai seluruh wajah sampai leher sang gadis, ia hidup aroma tubuh gadis itu dengan sangat intens. Dari situlah Yeyen dapat merasakan aura kesuksesan dari tubuh Cyra, tak lama lagi hidupnya akan semakin bergelimang harta dengan adanya sosok Cyra.
"Ikut sama mami yuk, sayang!" Yeyen mengajak Cyra untuk ikut bersamanya.
"Kemana, mih?" tanya Cyra kebingungan.
"Udah Cyra, kamu ikut aja sama mami Yeyen ya! Gak perlu takut, mami pasti cuma mau bantu kamu kok!" sela Daiva.
"I-i-iya deh kak.." Cyra pun menurut dan tidak banyak bertanya lagi.
Tanpa menunggu lama, Yeyen dan Cyra pergi dari sana untuk masuk ke dalam ruangan pribadi milik wanita itu. Sedangkan Daiva ditinggal disana, ya karena Yeyen tak mau Daiva ikut campur ke dalam rencana yang sedang ia lakukan bersama Cyra saat ini.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Ciara tampak begitu mencemaskan putrinya yang hingga kini belum kunjung juga pulang ke rumah, padahal hari sudah semakin larut dan suasana di luar juga sangat sepi. Ciara bolak-balik melihat jam di dinding, ia amat khawatir dengan kondisi Cyra yang entah sedang apa dan ada dimana saat ini.
Ciara pun menghampiri Adelia di kamarnya, terpaksa ia mengganggu momen istirahat putri kecilnya itu demi menanyakan perihal Cyra saat ini. Tentu Ciara tak memiliki pilihan lain, karena mungkin saja Cyra sempat memberitahu sesuatu pada Adelia sebelum dia pergi dari rumah siang tadi.
"Ada apa ma, mama kenapa masuk kamar aku tiba-tiba kayak gini?" tanya Lia yang rupanya belum tertidur itu.
Sontak Ciara merasa lega, setidaknya ia tak mengganggu tidur putrinya itu. Ciara bergerak mendekati Lia saat ini, lalu terduduk tepat di sebelah putri kecilnya itu. Ya Adelia memang sudah bukan anak kecil lagi, karena sekarang dia sudah duduk di bangku SMP kelas dua. Hanya saja, bagi Ciara putrinya itu tetap masih ia anggap seperti anak kecil.
"Gak ada sayang, mama cuma mau tanya aja sama kamu. Kira-kira kamu tau gak ya kakak kamu Cyra itu ada dimana sekarang? Soalnya, sampai sekarang Cyra masih belum pulang juga," ucap Ciara dengan lembut.
"Ohh, maaf mama kalau soal itu aku gak tau. Kak Cyra gak bilang apa-apa tuh sama aku tadi," jawab Lia sambil menggeleng.
"Yah beneran kamu gak tahu sayang? Memangnya Cyra gak ada bicara atau chat sesuatu gitu ke kamu, hm? Tolong jujur sama mama ya sayang!" ucap Ciara.
"Aku udah jujur kok ma, mana berani aku bohong sama mama? Kak Cyra emang gak bilang apa-apa sama aku," ucap Lia.
Deg
Ciara langsung kebingungan dan tak tahu lagi harus bertanya pada siapa perihal putrinya itu, tentu saja ia sangat cemas dan sebagai seorang ibu ia juga tidak ingin jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya. Apalagi, Cyra merupakan anak pertamanya bersama mantan suaminya dulu.
"Tapi sebelumnya kak Cyra pernah curhat sesuatu sih sama aku, ma. Dia bilang kalau dia itu gak suka sama pernikahan mama dan papa Chris," ucap Lia kembali.
"A-apa sayang? Benar Cyra bicara begitu ke kamu??" Ciara amat syok mendengarnya.
Lia manggut-manggut dan mengatakan 'ya' di hadapan mamanya, karena semua yang ia katakan tadi memang benar dan tidak ada satupun yang ia tambah atau kurangkan sama sekali. Lagi-lagi Ciara harus menerima kenyataan pahit, pernikahannya dengan Chris memang ditentang oleh putrinya itu.
"Aduh Cyra! Mama bingung harus cari kamu kemana nak," batin Ciara.
•
•
Disisi lain, Cyra tengah bersama Yeyen di dalam ruangan pribadi yang dimana hanya ada mereka berdua disana. Yeyen meminta Cyra duduk di kursi yang tersedia, karena mereka akan membicarakan hal penting saat ini. Tak lupa Yeyen meletakkan kedua tangannya di meja, lalu fokus menatap wajah Cyra yang begitu menarik perhatiannya.
"Eee Cyra, saya mau tanya sama kamu. Apa kamu benar-benar serius ingin mencari sugar daddy dan menjadi anak didik saya?" ucap Yeyen berusaha memastikan.
Cyra mengangguk perlahan, "I-i-iya mih, aku serius kok. Aku udah males tinggal sama mama aku, jadi lebih baik aku cari orang yang bisa ngertiin aku dan mau selalu kasih perhatian buat aku," jawabnya mantap.
"Baguslah, ini yang saya sukai. Kalau begitu, kamu cukup tandatangani surat kontrak ini ya sayang!" ucap Yeyen.
Yeyen menyodorkan sebuah berkas di tangannya kepada Cyra, ya berkas itu berisi sebuah kontrak yang harus ditandatangani dan dipatuhi oleh Cyra. Untuk bisa mendapatkan sosok sugar daddy yang dia inginkan, Cyra tentu harus melakukan itu semua tanpa terkecuali.
Tanpa berpikir panjang, Cyra segera menandatangi surat kontrak tersebut dan tak memperdulikan apapun. Yeyen yang melihat itu sontak merasa senang, karena akhirnya ia dapat menemukan satu lagi gadis muda yang bisa meningkatkan bisnisnya dan membuat hidupnya semakin bergelimang harta.
"Sudah mih, aku udah tandatangani semua surat ini. Berarti sekarang aku bisa kan dapat sugar daddy, mih?" ucap Cyra.
"Ahaha, sabar sayang sabar! Sebelum itu, kamu harus jalani pelatihan dulu. Kamu pasti masih perawan kan? Belum pernah ngelakuin itu kan sebelumnya?" ucap Yeyen.
"I-i-iya mih, aku emang masih perawan kok. Terus kenapa mami tanya itu?" ujar Cyra.
"Gapapa, sebentar ya biar mami panggilkan dulu seseorang yang bisa mengajarkan kamu," ucap Yeyen.
"Iya mih."
Cyra menurut saja kali ini, ia terduduk santai sembari menunggu Yeyen yang sedang menelpon seseorang itu. Cyra terlihat sangat tidak sabar, rasanya ia ingin segera menjalani kehidupan barunya bersama seorang sugar daddy seperti yang dirasakan Daiva.
TOK TOK TOK....
"Masuk!" Yeyen berteriak meminta seseorang di luar sana memasuki ruangannya.
Tak lama kemudian, pintu dibuka dan terlihat lah sosok perempuan cantik dan seksi yang melangkah ke dalam sana. Cyra terperangah melihatnya, ia tak menyangka bisa melihat wanita dengan penampilan seperti itu di depan matanya secara langsung. Karena selama ini, ia jarang sekali melihatnya.
"Permisi mami, ada apa mami panggil aku? Padahal, aku baru aja mau layani pelanggan pertama aku malam ini mih," ucap wanita itu.
"Maudy, kamu bawa wanita ini dan ajari dia cara mendapatkan pelanggan dengan baik! Kamu pasti bisa kan melakukan itu sayang?" titah Yeyen.
Perempuan bernama Maudy itu spontan menoleh ke arah Cyra, ia terlihat heran dan mengernyitkan dahinya. Pasalnya, baru kali ini Maudy melihat wanita seperti Cyra di dalam tempat tersebut. Namun, tanpa basa-basi ia mengenalkan diri dan menyodorkan tangan ke arah Cyra saat ini.
"Halo, aku Maudy! Nama kamu siapa?" ucap Maudy dengan ramah.
"Aku Cyra," balas Cyra singkat.
Keduanya saling bersalaman, tetapi hanya sebentar. Cyra pun tersenyum manis seolah senang sekali dapat berkenalan dengan Maudy, terlebih semenjak mamanya menikah lagi Cyra memang jarang bergaul dengan siapapun itu termasuk teman-teman sekolahnya.
"Nah karena kalian sudah saling kenal, mami titip Cyra ke kamu ya sayang! Latih dia supaya bisa menjadi wanita penghibur yang baik, paham kan?" ujar Yeyen.
"Paham mami," ucap Maudy.
Setelahnya, Maudy mengajak Cyra untuk segera pergi ke suatu tempat dimana ia bisa mengajari gadis itu banyak hal. Maudy memang memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam hal itu, meski karirnya tidak sebagus Daiva yang langsung berhasil menjadi anak kesayangan Yeyen.
"Ayo Cyra, aku akan bikin kamu piawai dalam menggoda lelaki dan kamu bisa dapetin apapun yang kamu mau!" ucap Maudy.
"Okay, aku mau." Cyra manggut-manggut saja dengan polosnya.
Pada akhirnya Maudy berhasil membujuk Cyra dan membawa gadis itu pergi, kepolosan Cyra memang membuatnya terjebak ke dalam dunia malam yang menggelapkan hati dan juga pikirannya itu.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!