Cyra masih tampak bingung hendak dibawa kemana dirinya saat ini, sebab Maudy terus melangkah tanpa henti dan belum mau menjawab pertanyaannya sedari tadi. Sontak Cyra merasa heran dan juga cemas, ia takut kalau Maudy justru ingin melakukan sesuatu yang buruk padanya yang entah apa itu.
Tapi semua dugaannya itu salah dan ia langsung menepisnya seketika, ya karena kini Maudy menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah pintu kamar yang besar dan terlihat cukup mewah. Aroma bunga yang indah tercium di hidungnya, membuat Cyra sangat penasaran dengan isi di dalam sana.
"Nah Cyra, kita sudah sampai. Tapi sebelum kamu masuk ke dalam, kamu harus bisa janji sama aku untuk merahasiakan semua ini dari siapapun!" ucap Maudy.
"Kenapa? Emangnya kita mau apa di dalam nanti?" Cyra bertanya-tanya pada wanita itu.
"Melakukan hal yang seharusnya kamu lakukan untuk bisa menggaet sugar daddy pilihan kamu," ucap Maudy.
Cyra pun mengangguk paham, ia mengerti dengan maksud dari Maudy barusan. Lalu, Cyra juga berjanji pada wanita itu kalau ia akan merahasiakan semua ini dari siapapun. Lagipula, menurutnya tak ada yang perlu mengetahui bahwa saat ini ia sedang berusaha mencari sosok sugar daddy.
"Iya, aku janji kalo gitu. Aku gak akan kasih tahu siapa-siapa tentang ini," ucap Cyra.
"Good girl." Maudy memujinya, kemudian mulai membuka kunci pintu tersebut. "Ayo kita masuk!" sambungnya.
Disaat Maudy membuka pintu, hal pertama yang Cyra lihat adalah sebuah kamar yang luas dan sangat wangi. Ruangan itu tampak begitu mengagumkan, bahkan seluruh sudutnya tampak sangat cantik dan indah. Cyra tentu tak menyangka kalau ia bisa berada dan menginjakkan kakinya disana.
"Waw ini luar biasa, aku ngerasa seperti kita lagi ada di surga. Kok bisa ya mami Yeyen punya kamar yang indah kayak gini? Aku sih gak akan mau kemana-mana kalau begini," ucap Cyra terpesona.
"Benar itu Cyra, kamu emang harus disini terus sampai kamu bisa buktikan kalau kamu mampu!" ucap Maudy.
"Okay." Cyra manggut-manggut antusias.
Maudy pun segera menutup pintu dan menguncinya dari dalam tanpa sepengetahuan Cyra, ya karena Cyra terlalu fokus pada keindahan di dalam kamar tersebut. Setelahnya, Maudy segera kembali mendekati gadis itu dan merangkulnya disertai senyuman lebar.
"Cyra, ayo kita mulai pelajarannya sekarang! Aku yakin kamu pasti suka," ucap Maudy seraya mencolek dagu Cyra.
Ya Cyra yang tidak tahu apa-apa hanya mengangguk mengikuti ucapan Maudy, karena menurutnya semua ini adalah bagian dimana ia bisa memiliki seorang sugar daddy. Apalagi, Cyra mengetahui bahwa Maudy adalah orang kepercayaan Yeyen dan tidak mungkin Maudy berbuat bohong.
Tanpa berlama-lama lagi, Maudy langsung membawa tubuh Cyra ke dekat ranjang king size yang ada di dekat sana. Perlahan Maudy membelai lembut wajah gadis cantik itu, lalu mendorongnya sampai terbaring di atas ranjang. Maudy memasang wajah bergairah, seolah-olah ingin memangsa gadis itu.
Cyra sama sekali tak curiga, ia malah terus melebarkan senyumnya dan menatap wajah Maudy yang berdiri di dekatnya. Ia juga tampak menikmati semua pemandangan yang ada di sekitarnya, karena baru kali ini ia melihat sebuah kamar yang luas dan juga memiliki wangi yang khas seperti itu.
"Sebentar lagi kamu akan merasakan surga dunia, Cyra." Maudy tersenyum dan ikut berbaring di atas tubuh gadis itu.
•
•
Di lain tempat, Askha baru kembali ke rumah setelah puas bermain bersama temannya. Pria yang sudah semakin beranjak dewasa itu, memasukkan motornya ke dalam garasi secara perlahan agar tidak membangunkan orang rumah. Askha tentu tak mau jika sampai orangtuanya mendengar, atau bahkan melihat bahwa ia baru pulang selarut ini.
Kini Askha berjalan melalui pintu samping rumahnya, tepat ada di dekat garasi itu. Askha sengaja mengambil jalan tersebut, supaya tidak diketahui oleh orang rumahnya. Apalagi, suasana sudah sepi dan bisa saja kehadiran Askha akan membuat kedua orangtuanya terbangun nanti.
"Huh selamat!" Askha menghela nafas lega seraya mengusap dadanya, tepat setelah ia berhasil menutup pintu tersebut.
Akan tetapi, saat ia hendak berbalik badan justru Galen sudah berdiri tepat disana dan menatap tajam ke arahnya dengan rahang mengeras. Sontak Askha terkejut, lalu tampak bingung harus menjelaskan bagaimana pada papanya itu kalau ia habis bermain di luar bersama teman-temannya.
"Darimana aja kamu, kenapa jam segini baru pulang? Kamu tahu kan Askha, papa paling gak suka loh kalau kamu tidak disiplin seperti ini!" sentak Galen.
Askha menundukkan wajahnya sambil memperlihatkan ekspresi sedih dan menyesal, ia tahu kalau perbuatannya itu salah dan tak seharusnya ia sampai pulang selarut ini. Hanya saja, Askha merasa juga bahwa ia sudah bisa hidup lebih bebas tanpa perlu khawatir pada apapun.
"Maaf pa, tapi papa gak perlu cemas begitu sama aku! Aku ini kan udah besar, jadi aku pasti bisa jaga diri kok," ucap Askha.
"Kamu benar, papa juga percaya kamu pasti bisa jaga diri kamu. Tapi bukan itu yang papa khawatirkan, melainkan mama kamu. Pasti kamu tahu kan mama kamu itu seperti apa khawatirnya sana kamu?" ucap Galen.
"Umm....tahu pa, aku ingat kok. Ya tapi papa kan bisa gak kasih tahu ke mama kalau aku pulang larut begini," ucap Askha.
"Emang benar begitu, kamu beruntung karena sekarang mama kamu udah tidur di kamar. Kalau enggak, mungkin aja mama kamu bisa syok mengetahui semua ini," ucap Galen.
"Sekali lagi aku minta maaf, pa. Lain kali aku gak akan pulang selarut ini," ucap Askha.
Galen mengangguk singkat dan menaruh tangan di pundak putranya, ia usap secara perlahan sembari tersenyum menatapnya. Askha pun merasa sedikit lega, setidaknya ia bisa bebas dari amarah sang ayah. Meski begitu, Askha masih tetap cemas dan sedikit takut jika mamanya terbangun nanti.
"Pa, aku boleh kan ke kamar Zaskia sebentar? Aku mau tengokin adik aku, udah lama juga aku gak lihat dia. Gapapa kan pa?" ucap Askha meminta izin.
"Boleh aja, tapi besok ya? Kamu tahu kan ini sudah malam, adik kamu itu sudah tidur. Kalau kamu kesana sekarang, yang ada bisa ganggu tidur dia. Mending kamu ke kamar, bersih-bersih terus tidur!" ucap Galen.
"Ah iya pa, yaudah aku gak jadi deh ketemu sama Zaskia," ucap Askha.
Setelahnya, Galen memberi jalan bagi Askha untuk lewat dan pergi ke kamarnya. Tentu saja Askha tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan cepat dia melangkah melewati tubuh papanya dan menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Sedangkan Galen tetap berada disana, tersenyum tipis seraya memandangi punggung putranya.
"Saya gak nyangka, Askha masih bisa menghargai saya sebagai papanya. Walau saya dulu sudah menyakiti hati mamanya dan sempat bercerai, tapi sepertinya Askha sama sekali tidak membenci saya," gumamnya lirih.
"Mas!" tiba-tiba saja, suara wanita terdengar di telinganya dan membuatnya terkejut.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments