Saat Erina dan Sindi sedang bermain, tanpa sengaja Sindi melukai dirinya, membuat Widya murka dan akhirnya menghukum Erina. Memukul, menampar bahkan menjemur Erina sepanjang hari di halaman rumah tanpa memberi makan dan minum sebagai bentuk hukuman jika melakukan sedikit saja kesalahan.
Erina pun sering diminta mengerjakan pekerjaan dapur dan membersihkan rumah. Erina di beri tempat, sebuah kamar dengan ruangan yang sangat kecil, bahkan kamar asisten rumah tangga di kediaman tersebut jauh lebih luas dengan fasilitas yang lebih baik dibandingkan kamar milik Erina.
Suatu ketika, Erina merasa lebih baik berada di panti, dia memutuskan untuk meninggalkan rumah dan keluarga tersebut tapi karena permintaan kakek Handoko yang menginginkan dia tetap berada di rumah membuat Erina sangat berat.
Erina sangat menyayangi kakek Handoko, karena itu selama ini dia berbohong kepada Kakeknya bahwa Widya dan Nugroho ayahnya memperlakukannya dengan baik.
"Erina apakah kau baik-baik saja?".
"Iya kek, Erina baik-baik saja dan akan selalu seperti itu" Timpal Erina.
"Katakan pada kakek jika kau memiliki masalah dan...".
"Papa, kami menyayangi Erina seperti anak sendiri, anda jangan khawatir, harusnya papa menjaga kesehatan papa saja itu lebih penting" Jelas Widya dengan suara yang lembut.
Erina pun berusaha tampil dengan wajah biasa-biasa saja, agar kakeknya tidak merasa aneh kepada Erina, hingga Handoko di vonis demensia (gejala penurunan daya ingat), dia akan di rawat penuh dan di bawah pengawasan dokter, hingga akhirnya Erina tidak pernah bertemu lagi dengannya.
Flashoff.
...----------------...
Erina menyeka air matanya yang saat itu mengalir deras karena mengingat semua kejadian dimasa lalu dan juga selama enam bulan pernikahannya, Gusti tidak pernah menyentuhnya sama sekali, bahkan Gusti tidak menjadi suami yang sesuai Erina harapkan.
Erina hanya menjadi babu untuk mertua dan adik iparnya yang juga sebagai lintah darat kepada Erina. Tabungan Erina yang dia dapatkan dari kakek Handoko habis karena ulah Mira dan Nina yang sering kali menindasnya.
Hanya kakek Handoko yang menyayanginya tapi sudah sejak lama, Handoko sakit. Dia divonis demensia dan akhirnya mendapat perawatan di sebuah rumah sakit, membuat Erina tidak bisa bertemu dengannya lagi.
Sebelum Handoko sakit, dia memita asisten pribadinya secara diam-diam mengirim uang ke tabungan Erina setiap bulannya, membuat Erina seikit terbantu selama ini. Dia tidak mendapatkan nafkah dari Gusti selama ini.
Drrrrrtttttt
Drrrtttttttt
Erina menatap layar ponselnya, disana ada nama Mira yang tertera. Dia menghembuskan nafasnya berat kemudian meraih ponsel tersebut dan menerima panggilan Mira.
"Cepat siapkan makanan yang enak karena teman-teman mama akan datang berkunjung ke rumah" Ucap Mira kemudian mematikan ponselnya.
Erina diam sejenak dan sudah membayangkan jika rumah akan kembali berantakan setelah hampir seluruh waktunya digunakan untuk membersihkan kediaman tersebut, dengan berat hati Erina segera bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan, tiba-tiba ponselnya kembali berdering.
Sebuah panggilan oleh asisten kepercayaan Handoko bahwa hari itu ibunya akan mengadakan Fashion show dengan karya terbaru.
Mata Erina berbinar mendengar informasi tersebut.
"Tapi, mama tidak mengundangku" Jelas Erina.
"Benarkah? saya tidak menahu tentang itu" Timpal asisten tersebut.
Panggilan berakhir, Erina pun terdiam. Dia berpikir tentang apa yang dia dengar, apakah dia akan menghadiri acara tersebut atau tidak. Erina kembali melanjutkan untuk menyiapkan makanan menyambut Mira bersama dengan para teman sosialitanya.
"Awwww" Erina meringis.
Darah segar mengalir terkena pisau yang tanpa sengaja menggores jemarinya.
"Tidak, aku tidak bisa tinggal diam disini, aku harus menunjukan gaun buatanku kepada mama supaya dia mengakui kemampuanku" Gumam Erina.
Dia akhirnya berlari ke kamarnya dan membuka koper yang dia simpan dengan aman di dalam lemari. Sebuah gaun indah buatan Erina dan juga sebuah buku yang penuh dengan rancangan gaun impian Erina. Dia mengganti pakaiannya dan bergegas meninggalkan rumah.
Erina kemudian berlari menuju pintu dan akhirnya, brrraaaaaakkkkkk!
"Awww, apa yang kau lakukan?" Ucap Mira dengan geram.
"Maaf ma, saya terburu-buru".
Seperti biasa, dia akan marah dan mencemooh Erina di depan teman-temannya, tidak ada yang bisa menghentikan Mira kecuali uang. Erina yang sudah tahu menangani Mira saat marah, segera mengeluarkan ATM card (Anjungan Tunai Mandiri).
"Ini untuk mama, maafkan Erina yang tidak menyelesaikan masakan yang mama inginkan, Erina janji akan masak untuk makan malam, mama bisa memesan makanan untuk saat ini, gunakan uang yang ada dalam ATM ini" Jelas Erina dengan wajah yang gusar.
Mira tersenyum mendengar ucapan Erina, dengan senang hati dia menerima ATM tersebut dan meminta para sahabatnya masuk ke dalam rumah dan melakukan apa saja yang mereka inginkan, termasuk menghamburkan beberapa perabot untuk menyenangkan mereka memasak sesuai keinginan, karaoke dan juga menari.
Terkadang mereka pun akan bermain kartu untuk menghabiskan waktu luang mereka.
...----------------...
Di sepanjang jalan, Erina masih menggunakan mobil buntut pemberian kakek Handoko, dia sesekali menelpon Gusti untuk memberitahukan kemana dia saat itu. Dia tetap berusaha menjadi istri yang baik.
"Halo..".
"Maaf nyonya, tuan sedang sibuk, dia sedang rapat"Ucap asisten Gusti yang menerima panggilan Erina.
"Baiklah, katakan apdanya aku menelpon dan ingin memberitahukan sesuatu yang penting" Gumam Erina dengan mematikan ponselnya.
Asisten tersebut membalasnya dengan singkat, walau sebenarnya dia takut jika kebohongannya terungkap. Erina pun berharap jika Gusti sekali saja peduli dengannya dan menanyakan kemana dia akan pergi, bahkan dia akan bersama siapa.
Itu hanya angan belaka, sekali lagi itu harapan Erina yang selama ini bersikap menjadi istri yang baik dan taat kepada Gusti.
Erina dengan hati yang berdebar membawa rancangannya, dia membayangkan ketika tiba di tempat tersebut Erina akan mendapatkan tepuk tangan dari mamanya, Widya.
...****************...
Erina akhirnya tiba dengan memarkir mobil buntutnya tepat di samping mobil para karyawan perusahaan, bahkan mobil mereka jauh lebih berkelas dibanding mobil miliknya yang semua orang tahu, Erina adalah putri tertua keluarga Nugroho.
Sedangkan di tempat lain, di sebuah ruangan ada seorang pria dengan membawa paper bag dan sebuket bunga yang indah dan cukup besar. Dia tersenyum manis ke arah Sindi yang tengah mendapatkan pelayanan yang luar biasa oleh para asisten fashion di ruangan itu.
"Selamat Sin, kau berhasil membuat seluruh orang bangga padamu".
Sindi dengan angkuh hanya tersenyum manis kepada pria tersebut dan kembali menatap dirinya dalam pantulan cermin, dia sangat mengagumi tubuh dan wajahnya. Sejak kecil Sindi tidak pernah mendapatkan cela sedikitpun, ia selalu penuh dengan pujian.
Hingga dewasa kebiasaan tersebut telah melekat dalam dirinya bahwa dia adalah seorang wanita yang sempurna.
"Sin, bunga ini untukmu" Ucap pria tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Rey
semangat terus berkarya nya ya kak 🤗
ayo kak saling mendukung, saling membaca, saling berbalas like komen di setiap part'nya 😍
2024-02-02
2