Episode 2

Mira yang memasuki ruangan bersama dengan Nina, melihat keadaan itu hanya tersenyum datar dan meninggalkan Erina bersama dengan Gusti di ruangan tersebut.

"Apa kau butuh sesuatu?" Tanya Erina dengan lembut.

Gusti hanya terdiam dan mengabaikan apa yang Erina katakan. Tidak berselang lama asisten rumah tangga membawa sebuah nampan berisi minuman yang hangat dan dingin. Erina dengan lembut membantu meraih gelas berisi minuman tersebut dan menyimpannya tepat di hadapan Gusti dengan lembut.

Gusti sedikit melirik dan segera meraih gelas tersebut dan meneguknya. Gusti kemudian melangkah untuk meninggalkan ruangan tersebut. Erina yang melihat itupun segera ikut melangkah mengikuti Gusti.

"Apa yang kau lakukan, kamarmu berada di ruangan itu"Ucap Gusti.

Erina tercengang mendengar hal tersebut. Bagaimana bisa mereka tidur terpisah sedangkan dia telah resmi menjadi suami-istri. Erina memberanikan diri untuk menyela ucapan Gusti yang menurutnya sangat aneh.

"Kau hanya perlu menuruti ucapanku, aku cape. Sudahlah aku mau tidur" Ucap Gusti.

Erina kembali ingin memberi pertanyaan tapi Gusti mengabaikan Erina dan segera memasuki kamarnya. Erina yang kebingungan berjalan ke arah kamar yang Gusti tujukan, dia masuk ke dalam kamar tersebut dengan wajah yang bingung.

Tidak ada pilihan lain, dia memasuki ruangan tersebut dengan memperhatikan setiap detail ruangan tersebut. Hanya ada sebuah lemari sederhana, meja rias dan tempat tidur yang hanya bisa dihuni oleh Erina seorang.

"Apa maksud semua ini," gumam Erina.

Masih dengan gaun yang menjuntai, dia merebahkan tubuhnya yang lelah karena selama ini hanya Erina sendiri yang menyiapkan segala keperluan pernikahannya dan juga acara pada malam tersebut yang sangat padat.

Erina menatap langit-langit kamar, pikirannya menerawang di masa depan. Harusnya malam itu dia akan menikmati malam pertama yang indah, bersama lelaki yang dicintainya tapi semua itu tidak sesuai yang Erina harapkan.

Tepatnya malam pernikahan Erina, suram.

"Aku berharap pernikahanku bisa memberikan kebahagiaan, aku benar-benar lelah" gumam Erina dengan air mata yang mengalir dari sudut matanya, hingga dia tertidur dengan nyenyak dalam balutan gaun pengantin yang indah.

...----------------...

Esok hari, suara teriakan terdengar keras dari depan pintu kamarnya dan suara ketukan yang cukup keras. Erina dengan panik berlari membuka pintu dan melihat ada Mira disana dengan wajah yang terlihat kesal.

"Mama?" Ucap Erina.

"Menantu mana yang mertuanya bangun terlebih dulu sebelum menantunya. Cepat buat sarapan!!"Ucap Mira dengan wajah geram.

"Tapi Ma, aku tidak memiliki baju ganti, aku belum.....".

"Kopermu ada di teras, cepat buatkan kami sarapan" Ucap Mira lagi dengan wajah yang kesal kemudian meninggalkan tempat tersebut.

Kaki Erina terasa lemah, dia masih bingung dengan keadaan tersebut. Mira, ibu mertuanya yang dia kenal sebelum pernikahan sangat baik dan penuh kasih sayang, lemah lembut. Tapi, saat ini dia terlihat berbeda.

Erina berjalan dengan lemah menuju teras rumah, dia melihat sebuah koper lusuh disana. Dengan nafas yang berat Erina membawa koper lusuh itu memasuki kamarnya, dia terduduk dan memikirkan hidupnya sendiri selama ini.

"Apakah papa dan mama begitu ingin aku meninggalkan rumah mereka?" Gumam Erina mengingat kedua orang tuanya.

"Erinaaaaa...".

Suara teriakan kembali menggema, dia segera mengganti gaunnya dengan baju rumahan. Setelah itu dia berlari ke dapur. Tidak berselang lama, Mira kembali datang dan memeriksa pekerjaan Erina.

Mira terlihat sangat marah karena saat itu Erina hanya diam mematung dan kebingungan. Mira belum melihat satupun sajian makanan untuk mereka santap pagi itu.

"Apa yang kau lakukan, kenapa lama sekali? apakah kau tidak pandai memasak?" Teriak Mira dengan geram.

"Bukan begitu ma, aku bingung letak peralatan dapur. Aku mencari beberapa alat untuk memasak tapi tidak menemukannya dan juga asisten rumah tangga tidak ada untuk membantu" Jelas Erina.

Dengan amarah Mira kembali menjelaskan jika mulai saat itu Erina yang akan menggantikan pekerjaan asisten rumah tangga di rumah mereka karena tugas sebagai seorang menantu dalah berbakti, dengan menyiapkan makan pagi, siang dan malam untuk suami dan keluarganya.

"Apakah kau masih ingin membantah?" Ucap Mira.

Erina mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia baru saja bermimpi akan memiliki keluarga yang bahagia tapi sepertinya dia akan kembali memasuki dunia yang sama,'penderitaan'.

Setelah sajian makanan tersusun rapi di atas meja Erina segera berlari ke depan pintu kamar Gusti untuk membangunkannya.

"Gusti".

"Gusti, bangun..." Ucap Erina dengan lembut mengetuk pintu kamar Gusti.

Tidak ada sahutan dari dalam ruangan tersebut, akhirnya Erina memutuskan untuk masuk ke dalam kamar tersebut tapi Mira mencegatnya. Dia menjelaskan bahwa Gusti telah meninggalkan rumah pagi tadi, dia telah menuju kantornya.

"Tapi ma, kenapa dia tidak memberitahuku dan...".

"Sudahlah, kau tahu sendiri dia seorang manager di perusahaan besar, dia sangat sibuk," timpal Mira.

Erina berjalan menuju ruang makan dengan niat ingin sarapan bersama Mira dan Nina, tapi mereka terlihat tidak senang bahkan ucapan mereka berusaha membuat Erina untuk tidak ikut bergabung untuk sarapan dengan mereka.

"Kau yakin ingin sarapan? Apakah semua isi kopermu sudah kau rapikan? Lebih baik kau rapikan terlebih dulu," jelas Mira.

"Hmm aku sebenarnya malas makan satu meja dengan wanita tidak jelas seperti dirinya," timpal Nina.

"Sayang, sudahlah. Ayo sarapan yang banyak," ucap Mira lembut.

Erina dengan sedih meninggalkan tempat tersebut, dia berjalan dan memasuki kembali ruangannya untuk merapikan isi koper dan meletakkan beberapa pakaian di lemari miliknya.

Air mata Erina mengalir, bagaimana tidak. Seumur hidupnya, dia juga telah mendapatkan penderitaan dari kedua orang tuanya.

Dia adalah anak pertama dari keluarga terhormat, ayahnya salah seorang pemilik perusahaan sedangkan ibunya seorang desainer.

Erina juga memiliki seorang adik bernama Sindi. Adik yang menjadi kebanggan keluarga dan kesayangan ibunya, bukan karena tanpa alasan tapi karena Erina adalah anak angkat yang diadopsi dari panti asuhan.

Kakek Handoko yang membawa Erina memasuki rumah besar itu, awalnya terlihat biasa saja, Erina yang masih polos sangat bahagia di usianya yang ke enam tahun dia akhirnya memiliki keluarga dan rumah yang besar, Erina menganggap hidupnya akan bahagia memiliki kelurga yang baru ditambah dia memiliki seorang adik perempuan yang lebih muda dua tahun darinya.

"Erina..."

"Erina...." teriak Widya.

Erina berlari dengan riang setiap kali Widya menyebut namanya, dia sangat bahagia walau itu termasuk perintah yang bisa membuat Erina kelelahan. Dia menganggap semua hal bentuk kasih sayang Widya kepadanya.

"Buatkan mama jus".

"Baik ma," timpal Erina.

"Erina, bersihkan rumput taman bunga mama dan halaman depan, mama tidak ingin melihat ada rumput yang berserakan disana, tukang kebun sedang sakit jadi mama harap kau bisa membantunya" Ucap Widya.

"Baik ma".

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!