"Kita telah sah menjadi suami istri, apapun yang menjadi keluh kesah Bu Nada telah menjadi tanggung jawabku," sahut Gilang sambil tersenyum melihat tingkah Nada yang berubah ke kanak-kanakkan.
Nada ingin menyela ucapan suami berondongnya, akan tetapi Gilang sudah melenggang pergi ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Hanya butuh waktu sepuluh menit Gilang pun telah menyelesaikan ritual mandinya dan telah mengenakan piyama tidur yang memang telah ia bawa ke kamar mandi.
Gilang baru saja selesai menyisir rambutnya, ia ingin bicara dari hati kehati pada istrinya. Akan tetapi, Nada langsung menyambut dan merudungnya dengan ucapan yang pedas.
"Jangan bermimpi aku akan jatuh hati pada mu, kau hanya anak kecil yang tidak mengerti apa-apa tentang pahit manisnya kehidupan. Aku terpaksa menikah dengan mu lantaran tidak ingin membuat malu keluarga ku di hari pernikahan ku yang batal bersama kakak mu Galang Saputra Dermawan. Aku benci dengan keadaan ini! Aku benci!" pekik Nada ketika dirinya menyadari kini ia telah sah menjadi istri dari berondong manis yang usianya 5 tahun lebih muda darinya.
"Aku akan membuat mu jatuh hati padaku Nada Rindu Kinandita! aku yakin kau akan bisa melupakan saudara kandung ku Galang Saputra Dermawan yang telah mengkhianati mu!" sahut Gilang Prasetya Dermawan ketika dirinya berada di kamar pengantin bersama sosok wanita dewasa yang telah berumur darinya.
"Aku tidak ingin mempertahankan pernikahan ini, aku ingin secepatnya kita bercerai. Aku ingin mencari keberadaan Mas Galang mengapa ia sampai kabur dari pernikahan bersama wanita yang sudah menjadi mantan kekasihnya, ia memiliki hutang penjelasan padaku!" tukas Nada dengan berimbai air mata memikirkan nasib pernikahan yang tak diinginkannya.
"Tidak bisa Bu Nada, aku tidak bisa mempermainkan pernikahan kita, kau telah sah menjadi istriku di mata hukum dan agama. Aku tidak akan menceraikan mu!" Gilang Prasetya tetap kekeuh dengan pendiriannya.
"Terserah padamu! Tapi, aku akan tetap ingin bercerai!'' tutur Nada yang mulai menyulut api pertengkaran di malam pertama pernikahan mereka.
"Jika kau tetap kekeuh dengan pendirian mu, jangan salahkan aku jika malam ini aku mengambil hak ku sebagai suami mu!" ancam Gilang dengan kilatan amarah yang terpancar dari wajah tampannya. Ia benar-benar tidak menginginkan perceraian.
"Tutup mulutmu, kau tak sepantasnya berkata begitu padaku. Aku tidak akan melakukan malam pertama dengan mu. Aku tidak mungkin tidur dalam satu selimut bersama laki-laki yang lebih muda dariku! Aku masih memiliki kewarasan," ujar Nada tak kalah emosinya. Tanpa sadar tangan halus itu pun mendarat sempurna di pipi mulus Gilang Prasetya.
Plakkk! Gilang merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Nada barusan. Begitu pun dengan Nada, tubuhnya terasa bergetar ketika telapak tangannya refleks begitu saja menampar sosok mahasiswa yang kini telah berstatus suaminya.
Ada rasa bersalah dan berdosa terselip di sana, akan tetapi Nada merasa gengsi untuk mengakui kesalahannya di depan suami berondongnya.
"Astaghfirullah, ya Allah ... apa yang telah aku lakukan? semoga saja para malaikat tidak mengutuk ku dengan apa yang telah kulakukan barusan. Akan tetapi, aku benar-benar tidak siap bergelut dalam satu selimut dengannya. Aku sama sekali tidak mencintainya!" cetus Nada didalam hatinya.
Gilang meringis sambil memegang pipinya yang kebas akibat tamparan Nada Barusan. Ia tidak menyangka ucapannya barusan menyulut api amarah di wajah sang istri.
"Aku memang berstatus seorang mahasiswa di universitas Bu Nada mengajar, akan tetapi hari ini aku telah sah menyandang status sebagai suami mu. Jadi, kau tidak bisa menganggap ku seperti anak kecil. Aku pun memiliki hak atas dirimu. Baik atau buruk diriku, lemah atau kurangnya diriku, aku tetap suami mu. Kita telah mengucapkan janji suci pernikahan di depan saksi dan penghulu! meski di kampus status antara kita adalah dosen dan mahasiswa, namun status kita disini tetap suami istri!" Tegas Gilang Prasetya dengan lantangnya, seolah menunjukkan sisi lelakinya.
Nada terdiam, ia pun menyadari jika Gilang adalah mahasiswa di fakultas ekonomi syari'ah tempat ia mengajar sebagai seorang dosen saat ini. Tentunya, pernikahan mereka akan menjadi buah bibir bagi ruang lingkup kampus lantaran pernikahannya yang gagal dengan Galang Saputra. Sehingga digantikan oleh adik bungsu Galang sendiri yakni, Gilang Prasetya Dermawan.
Di tengah pertengkaran mereka yang semakin memanas, ponsel Gilang berdering berkali-kali dengan nada rindu yang mendayu-dayu. Sehingga membuat pasangan suami istri itu saling terdiam tanpa suara.
Nama Inayah Kasih Ramadhan tertera di ponsel Gilang, ia pun sigap mengangkat dering ponsel tersebut dan menempelkan benda pipih itu di telinganya. Ia pun menjauh dari Nada Rindu untuk mengangkat ponselnya.
"Assalamu'alaikum, Inaya Kasih!" sapa Gilang dengan nada lembut dan penuh kehati-hatian kala berbicara dengan teman istimewa yang sudah lama bersemayam dihatinya.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi, hiks ... hiks ... hiks!'' suara isak tangis terdengar begitu memilukan dari sosok gadis berusia 19 tahun itu. Ia merasakan kepedihan yang teramat dalam ketika kekasih hatinya telah menikah dengan dosen kampusnya sendiri.
"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk menyakiti apalagi mengkhianati mu dan janji kita untuk tetap bersama merajut hari-hari, Inayah Kasih! Aku terpaksa harus menikahi Bu Nada untuk menggantikan Kak Galang yang tiba-tiba kabur di hari pernikahannya. Aku tidak ingin membuat malu Ayah dan Ibu ku. Aku harus menyelamatkan harga diri mereka dihadapan banyak tamu undangan yang hadir." Gilang berusaha menenangkan wanita yang memang di cintainya, sebelum dirinya sah menjadi suami untuk Nada Rindu yang berstatus sebagai dosennya.
"Tapi, kau telah menyakiti hati ku dengan menikahi Bu Nada, Kak. Dengan alasan apapun Kak Gilang telah melukai perasaan ku," isak tangis Inayah Kasih dari seberang telfon.
"Aku benar-benar minta maaf, ini bukan inginku. Aku pun tak menyangka jika jalan takdir yang terukir nyata dalam cerita kisah kita harus menjadi seperti ini!" keluh Gilang sambil memijit kepalanya yang sakit akibat memikirkan kisah cintanya yang terenggut dan terabaikan oleh keadaan.
"Naya tidak ingin tahu apapun yang terjadi sebenarnya, apapun alasannya Kak Gilang harus menceraikan Bu Nada. Ingat, janji yang pernah kita ukir bersama di bawah ranting bambu bahwa Inayah dan Gilang akan tetap bersama dalam menempuhi suka dan duka. Naya akan menunggu Kak Gilang berpisah dari Bu Nada, kita akan sama-sama merintis karier dalam satu tim menjadi pengusaha sukses yang handal seperti janji kita, dimana Kak Gilang menjadi direkturnya sedangkan aku akan menjadi manajer untuk kakak, setelah itu baru kita menikah!" ujar Inayah yang masih berharap secercah harapan agar bisa menjalin bahtera hidup berumah tangga bersama laki-laki yang dicintainya, Gilang Prasetya Dermawan.
"Aku harap kau tenangkan diri mu Inayah, aku tidak ingin keluarga Bu Nada mengetahui jika hubungan kami sedang tidak baik-baik saja. Ku mohon pengertian mu!"
Gilang tidak ingin mengumbar janji pada Inayah setelah ia resmi mengucapkan ijab qobul di depan penghulu dengan berstatus sebagai suami Nada. Ia pun mengakhiri percakapannya dengan Inayah ketika dirinya merasa berdosa sebab telah bercakap-cakap dengan wanita lain setelah menyandang sebagai status suami untuk dosennya.
"Kau tidur di Sofa, tidak perlu merasa bersalah. Kau bebas bercengkrama atau berbagi rasa pada siapapun, begitu pun dengan ku! kita hanya pasangan suami istri di atas kertas, yang sewaktu-waktu bisa bercerai atau pun mengakhiri pernikahan kita!" tandas Nada Rindu sambil memberikan bantal dan guling pada suami berondongnya.
"Aku akan tidur bersama mu di ranjang pengantin! apa gunanya ranjang pengantin mewah dan bertabur bunga-bunga indah nan romantis jika tidak digunakan malam ini oleh sepasang pengantin baru seperti kita!" cetus Gilang sembari dengan santainya merebahkan tubuhnya di ranjang king size yang masih berhiaskan bunga-bunga pengantin itu.
Nada berusaha meredam emosinya ketika melihat tingkah Gilang yang semakin berani dan berbuat sesuka hatinya.
"Jika bisa memilih, aku lebih baik menjadi perawan tua daripada menikah dengan anak ingusan seperti mu!" cecar Nada Rindu Kinandita dengan beranjak menuju sofa. Ia lebih memilih mengalah daripada harus berdebat dan semakin menyulut api pertengkaran antara dirinya dan Gilang mahasiswanya yang kini telah berstatus menjadi suaminya.
"Ya Allah, dimanakah Mas Galang? Kenapa ia tega meninggalkan ku dihari sakral kami? Kemanakah dirimu menghilang, Mas? aku kecewa padamu! Mengapa kau yang memulai mengikat janji dengan ku namun akhirnya kau sendiri yang mengakhiri hubungan kita!" lirih Nada sambil berusaha memejamkan mata bersandar di sofa empuk sebagai alas tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ara Julyana
kemana galang? kenapa dia pergi
2024-02-06
2
fitri indrawati sutanto
ya elah Galang dan Gilang sama aja tdk beda jauh
2024-02-05
1