Gilang melirik ke arah Nada, ia tak sampai hati melihat istrinya kini berbaring di sofa. Ia melihat waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, ada kewajiban yang belum mereka tunaikan saat ini.
Gilang menghampiri Nada yang kini terbaring di Sofa, "Bu Nada, bangun! kita belum menunaikan kewajiban!" ucap Gilang hingga membuat Nada terperanjat dan membolakan matanya ketika mendengar ungkapan Gilang yang menyebutkan kata ''MENUNAIKAN KEWAJIBAN."
"Apaaa? Menunaikan kewajiban? Maaf, bukankah sudah kutegaskan aku tidak ingin menunaikan kewajiban bersamamu! Apa hal itu belum jelas?" sontak Nada meninggikan mode suaranya dan menjaga jarak pada sosok berondong manis yang tersenyum padanya.
"Iya, kita harus menunaikan kewajiban sholat sebagai umat muslim. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan, jangan tidur dulu!" ucap Gilang terdengar santai di telinga.
Wajah Nada terlihat merah menahan malu yang menyergapi hatinya. Ia telah salah mengira, ia berpikir Gilang hendak mengajaknya untuk melakukan kewajiban sebagai sepasang pengantin. Hal yang sama sekali tidak ingin Nada lakukan.
"Kau pergilah dahulu untuk membasuh wajah, kita sholat masing-masing! Aku akan menyusul setelah kau menunaikan kewajiban sholat mu!" cetus Nada sambil memalingkan wajahnya karena malu yang tak tertahankan.
Gilang terkekeh pelan melihat rona wajah sang istri yang sudah merah seperti kepiting rebus.
"Perihal menunaikan kewajiban yang itu juga tidak dilarang dan tidak berdosa Bu Nada, jika memang ibu sudah siap untuk itu semua. Gilang siap lahir batin!" Gilang sengaja menggoda istrinya yang sedang manyun.
"Jangan bermimpi Gilang Prasetya Dermawan, aku tidak ingin menunaikan kewajiban bersamamu mengenai hal itu!" Nada terlihat ketus mengeluarkan unek-uneknya ketika mendengar celotehan Gilang yang menyakiti gendang telinganya.
"Hati-hati Bu Nada, antara cinta dan benci itu bedanya tipis. Aku khawatir seiring berjalannya waktu Ibu jatuh hati padaku!" ujar Gilang yang memang sengaja membuat dosen muda itu naik pitam.
"Itu tidak akan pernah terjadi Gilang Prasetya Dermawan, pernikahan kita akan berjalan hanya seumur jagung. Setelah ini aku akan membuat surat perjanjian kontrak dengan mu, agar kau tahu dimana batasan mu!" Nada berbicara tegas dengan ekspresi wajah serius dan tidak main-main dengan apa yang diucapkannya.
"Terserah Bu Nada saja! Gilang mau menunaikan ibadah shalat Isya dulu, jika mau bermakmum denganku ayo! jika belum bisa menerimaku juga tak apa-apa, itu berarti hati ibu masih keras dan membatu karena belum bisa menerima niat baikku!" Gilang mulai sedikit meninggikan mode suaranya menghadapi sikap keras kepala Nada , Ia tidak ingin terkesan seperti pengemis di mata Nada Rindu Kinandita yang kini telah menjadi istrinya.
Sebagai seorang laki-laki yang baru mengenyam pendidikan 4 semester di universitas xx, Gilang juga bisa bersikap tegas dan menjaga harga dirinya sebagai seorang laki-laki muda. Kendati usianya baru 20 tahun dan Nada berusia 25 tahun setidaknya Gilang merasa dia adalah pemimpin dalam rumah tangganya yang semestinya dalam hal yang baik Nada wajib untuk menurutinya dan tidak terus mengeyel tentang ajakan baiknya.
"Silahkan tunaikan kewajibanmu sendiri! aku pun akan menunaikan kewajibanku sendiri!" cetus Nada tetap dengan wajah ketus tanpa ekspresi.
Nada Rindu benar-benar belum bisa menerima pernikahannya dan Gilang saat ini. Baru berapa jam saja menjabat sebagai nyonya Gilang Prasetya Dermawan hati Nada kerap kali tersulut emosi meski sebaik dan semanis apapun Gilang bersikap padanya.
"Baiklah, semoga Bu Nada dikaruniai hati yang lapang seluas samudra untuk menerima pernikahan kita ini meski kenyataannya kita sama-sama menikah tanpa cinta! sebagai seorang laki-laki aku tidak mungkin memaksa Bu Nada berdasarkan inginku. Bu Nada terlalu sempurna untuk disakiti!" sanjung Gilang dengan menatap lembut wajah sang istri yang masih terlihat seperti baby face.
Ada desiran kecil yang mulai menyelinap di hati keduanya ketika manik mata mereka tidak sengaja untuk bertemu pandang.
"Maa syaa Allah, keanggunannya sebelas dua belas dengan bidadari hatiku Inayah Kasih Ramadhan!" pikir Gilang yang mulai gamang dengan perasaannya sendiri.
"Mengapa masih berdiri di situ? bukankah kau ingin menunaikan kewajibanmu? kenapa masih berada di sampingku?" cetus Nada dengan wajah jutek, ia merasa tak nyaman terus diperhatikan oleh suami berondongnya.
"Iya, Bu Dosen!" angguk Gilang sambil tersenyum penuh arti menuju kamar mandi untuk melakukan ritual wudhunya sebelum menjalankan ibadah shalatnya.
"Astaghfirullah, aku tidak boleh terhipnotis dengan senyumannya. Ia memang tampan, tapi dirinya masih sangat muda untuk menjadi bagian dari hidupku. Bagaimanapun pernikahan beda usia ini harus segera ku akhiri jika nantinya aku menemukan alasan kepergian Galang Saputra dari hidupku. Dokter Galang tidak mungkin berlama-lama meninggalkan rumah sakit tempat ia bergelut dengan aktivitasnya. Ia adalah dokter ahli bedah tentu akan banyak yang membutuhkan tenaganya di rumah sakit. Ia pun memiliki klinik khusus yang tak bisa ditinggalkan sebagai dokter praktek umum, tidak mungkin ia membiarkan usaha yang telah ia rintis dari sejak mula terbengkalai begitu saja tanpa ada yang mengurusi!"
Nada terus bergelut dengan pikirannya. Ia benar-benar butuh penjelasan dari Galang atas apa yang terjadi sebenarnya hingga dokter tampan itu kabur dari pelaminan.
Nada terhenyak dalam keheningan, dia pun terpaku memandangi punggung suami berondongnya yang sedang melakukan ibadah shalat dengan lantunan ayat suci Al qur'an yang begitu merdu terdengar di telinga.
"Maa syaa Allah suaranya begitu sangat merdu dan sampai ke relung hati setiap kali aku mendengar lantunan ayat-ayatnya. Dan ini untuk yang kedua kalinya aku mendengarkan Gilang melantunkan ayat-ayat suci di dekatku! tak bisa dipungkiri dia memang terlihat tampan dan sempurna, tapi tetap saja ia adalah pria muda yang berstatus sebagai mahasiswa ku dan aku adalah dosennya. Aku tidak mungkin menjadikannya suami seutuhnya untukku! aku bisa gila jika terus terjebak seperti ini!" Nada memijit pelipisnya yang terasa pusing memikirkan kemelut hidupnya.
"Kenapa tidak dari sejak mula aku menolak pernikahan ini? Biarkan semuanya batal dan hancur berantakan, tapi aku tidak mungkin menyakiti Papa dan Mama jika sampai tidak menerima pernikahan dengan Gilang!" Nada terus mengoceh di dalam hati, hingga ia tidak menyadari Gilang telah menyelesaikan shalat, dzikir dan do'anya hingga berlanjut mendaras Qur'an yang memang menjadi kebiasaan Gilang ketika selesai menjalankan ibadah shalat lima waktu.
"Maa syaa Allah, aku tidak menyadari jika Gilang Prasetya Dermawan memiliki kebiasaan seperti ini? pantas saja ia mendapat gelar sebagai sosok pemuda idaman kaum hawa ketika di kampus. Ternyata pesonanya bukan kaleng-kalengan?" batin Nada yang tanpa sadar telah memuji kecerdasan dan ketampanan suaminya dalam diam.
"Bu Nada, anda belum wudhu? apa dari sejak tadi Ibu memperhatikanku seperti ini? Tapi tak apa memandang sesuatu yang halal itukan dapat pahala!" cetus Gilang membuyarkan lamunan Nada yang sedang menatap ke arah tempat sujudnya dengan tatapan yang tak biasa.
"Si-siapa yang memperhatikanmu? aku hanya menunggumu selesai menunaikan ibadah shalat. Ternyata kau cukup baik dalam menjalankan kewajibanmu sebagai seorang Muslim. Wajar saja kau menempuh pendidikan di universitas xx, sehingga kau sudah terbiasa melakukan hal seperti ini, bermodal ilmu yang kau dapatkan!" cetus Nada yang berusaha untuk mengelak jika dari sejak tadi ia memang memperhatikan setiap pergerakan suami berondongnya tanpa berkedip.
Perihal menunaikan kewajiban yang sempat disalah artikan oleh Nada, justru membuat dosen muda itu kelabakan sendiri dalam membela dirinya di hadapan mahasiswa yang telah menjadi suaminya.
"Terserah Bu Nada saja mau berkilah apa, tapi jujur aku akan sangat bahagia sekali jika Bu Nada sedikit memperhatikanku dengan tatapan yang penuh cinta!" bisik Gilang dengan hembusan nafas yang menerpa halus di wajah sang istri.
Sontak tingkah absurd Gilang mampu menembus ke dalam jantung hati Nada yang tiba-tiba merasakan desiran kecil dalam hatinya.
"Tidak, aku tidak boleh terpikat pesonanya!" bisikan hati Nada yang berusaha menolak dengan tegas jika desiran kecil itu mulai merambat di kedalaman jiwanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ara Julyana
hahaha ternyata, ya ampun mana udah salah sangka aku thor😁😁
2024-02-06
1
Ara Julyana
waduh, bisa-bisanya gilang ngomong gitu. tp nggak ada salahnya sih kan emang udah istrinya
2024-02-06
1