Inayah terpaksa memilih duduk di bangku yang jauh dari pelaminan. Ingin rasanya ia pergi saja dari tempat yang telah mengusik ketenangannya dan membuat luka hatinya semakin perih ketika menyaksikan yang terkasih sedang bersanding di pelaminan dengan dosen mereka sendiri.
Di tengah meriahnya pesta, tidak banyak yang menyadari jika ada hati yang tersakiti oleh pernikahan Nada dan Gilang Prasetya.
Inayah kasih Ramadhan, gadis yang telah menjadi yatim piatu itu tak kuasa membendung tangisnya. Di raihnya kaca mata hitam yang memang selalu ia bawa kemana-mana saat ia akan berlibur atau sekedar refreshing untuk menenangkan hati dan pikirannya ditempat-tempat wisata pada umumnya.
Desas-desus tamu undangan yang duduk bersebelahan dengan Inayah, membuat gadis cantik itu menajamkan telinga mendengar apa yang terjadi sebenarnya hingga pria yang dicintainya menjadi mempelai pria saat ini.
"Astaghfirullah, jadi kak Galang Saputra kabur bersama mantan pacarnya? Mengapa semua ini bisa terjadi ya Allah? Kak Gilang kena imbasnya. Aku tidak akan membiarkan hubungan Bu Nada dan Kak Gilang bertahan lama. Mereka harus bercerai! Bu Nada dan Kak Gilang tidak saling mencintai. Hanya aku saja wanita satu-satunya yang ada di hati Kak Galang! Pernikahan ini tidak benar adanya. Bu Nada dan Kak Gilang memiliki rentang usia yang berbeda, aku tidak ridho jika laki-laki yang ku cintai kini bersanding dengan wanita lain!"
Inayah yang semula terlihat tegar dan mencoba untuk ikhlas dengan keadaan tetiba saja terbesit rasa ego yang tinggi lantaran tidak ingin kehilangan laki-laki yang dicintainya.
"Hai Inayah, bagaimana rasanya melihat pria idaman mu bersanding dengan wanita lain yang ternyata berstatus sebagai dosen kita!" cetus Kyara bersama tiga orang Genk Ulat Bulunya.
"Ini bukan urusan mu, Kya. Semua ini terjadi tanpa bisa di cegah. Aku yakin kau pun menaruh rasa cemburu pada Bu Dosen, bukankah kau pun sudah sejak lama memendam rasa pada Kak Gilang?" cetus Inayah yang tidak ingin diinjak-injak harga dirinya oleh Genk Kyara.
"Dasar anak yatim piatu, menempuh jenjang pendidikan saja mengandalkan biaya siswa! masih saja belagu," cetus Kyara sambil mencibir Inayah yang sedang dirundung nestapa itu.
"Aku menempuh jalur biaya siswa karena prestasi yang ku miliki Kyara Amanda Putri! Berbeda dengan mu yang menghalalkan segala cara demi memenuhi keinginan burukmu," cecar Inayah yang sama sekali tidak gentar mendengar makian ke empat sekawan pembuat onar itu.
"Ih, sok kecakepan. Sudah miskin, yatim piatu pula!" desis Kyara sambil memainkan kuku-kukunya yang terpoles cantik dan menawan, namun tidak semenawan hatinya yang selalu iri dengki.
''Aku memang cantik dan menawan, kau saja yang baru lihat!" sahut Inayah sambil membenarkan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.
"Berani-beraninya kau!" Kyara hendak menarik ujung kerudung milik Inayah akan tetapi hal itu tidak membuahkan hasil yang maksimal, sebab Inayah bisa menangkisnya dengan cepat. Hingga membuat Kyara mengerang marah.
Semua mata tertuju pada segerombolan anak muda yang hendak menyerang Inayah dengan satu orang lawan empat. Hingga membuat Genk Kyara yang terkenal dengan nama Genk Ulat Bulu itu mengurung niatnya karena malu dengan tatapan semua orang.
Inayah yang merasakan kepanasan dihatinya oleh sebab rasa kecewanya setelah melihat Gilang menikah tanpa sepengetahuannya pun beranjak pergi ditengah meriahnya pesta. Ia tidak ingin menambah masalah yang ada. Inayah masih punya hati nurani untuk tidak berbuat kerusuhan di sana. Ia tidak ingin terus meladeni Genk Kyara yang terus merudungnya tanpa henti.
Gadis itu pun segera angkat kaki setelah berpamitan pada tuan rumah. Dari pelaminan Gilang terus memperhatikan punggung wanita yang dicintainya menjauh pergi dari pandangannya. Ia benar-benar merasa bersalah pada Inayah Kasih.
"Maafkan aku Inayah, jika saja Genk Kyara tetap nekad merudung mu dengan hal yang tidak wajar. Aku akan menjadi orang pertama yang membela mu, tapi kau adalah wanita yang tegar. Aku yakin kau adalah wanita yang tangguh dan bisa menyelesaikan masalahmu sendiri tanpa campur tangan ku! Maafkan aku yang tak lagi bisa terus disampingmu!" lirih Gilang dengan manik mata yang berkaca-kaca melepaskan kepergian Inayah.
Gilang merasakan perih di relung hatinya ketika menyaksikan wanita yang dicintainya tak bisa lagi ia rengkuh.
"Ya Allah, maafkan hamba atas perasaan yang tak wajar bertumbuh dihati ini!" Gilang melirik ke arah Nada Rindu yang kini telah berstatus menjadi istrinya.
Sementara, Nada terlihat tenang ketika melihat reaksi Gilang yang begitu kentara memperhatikan Inayah Kasih. Tak ada rasa cemburu dihatinya terhadap Gilang. Kecuali, rasa kecewa terhadap takdir karena laki-laki yang menjadi mempelainya bukanlah pemuda yang dicintainya.
"Ya Allah, mengapa harus serumit ini! Gilang sudah memiliki wanita yang dicintainya dan mereka sama-sama saling mencintai. Aku merasa sangat berdosa dengan Inayah. Apalagi ia adalah seorang anak yatim, siapa yang akan menenangkannya setelah ini?" lirih Nada yang mulai gamang kemana ia harus membawa pernikahannya dengan Gilang.
"Ya Allah, haruskah kami bercerai setelah ini atau menandatangani kontrak pernikahan? Sedangkan pernikahan bukanlah ajang untuk permainan?" Segala hal yang buruk berkecamuk di pikiran Nada Rindu saat ini.
Raga Nada ada di pelaminan, akan tetapi pikirannya menerawang kemana-mana.
Pernikahan Nada dan Gilang yang terjadi tanpa rencana itu kini menjadi trending topik disemua rekan sesama dosen kampusnya juga para mahasiswa dan mahasiswinya yang turut hadir di undangan pernikahan mereka.
Nama mempelai pria yang tercetak di kartu undangan adalah Galang Saputra Dermawan namun yang hadir sebagai mempelai prianya justru Gilang Prasetya Dermawan adik kandung Galang sendiri. Hingga pernikahan beda usia itu menjadi buah bibir bagi semua yang hadir di pesta itu.
Setelah melewati serangkaian acara demi acara, resepsi pernikahan itupun telah berakhir pada waktu yang ditentukan. Semua orang satu-persatu meninggalkan gedung tempat acara itu digelar. Para petugas dan panitia yang memiliki tanggung jawab disana dengan sigap membersihkan dan merapikan kembali gedung itu seperti semula.
Keluarga mempelai kedua belah pihak telah kembali beristirahat di kamar hotel masing-masing.
Sedangkan Nada Rindu Kinandita dan Gilang Prasetya berjalan menuju kamar pengantin yang memang telah didekorasi sedemikian indahnya di hotel bintang lima yang memang sudah dibooking oleh keluarga Galih Arshaka Dermawan dan keluarga Nadhim Rayyan Syakir.
Tak ada salam hangat atau kata-kata manis sebagai pengantar kebersamaan mereka. Sepasang pengantin itu bergelut pada pikirannya masing-masing. Hingga sebagai sosok laki-laki Gilang akhirnya membuka suara untuk mengatasi segala ketegangan yang ada.
"Apakah Bu Nada akan terus mengenakan gaun pengantin itu? Kau sudah terlihat gerah, sebaiknya bersihkan dulu dirimu dan kenakan pakaian ganti?" ucap Gilang dengan mencoba berkomunikasi dengan wanita yang memiliki rentang usia lima tahun lebih dewasa dari dirinya.
"Aku akan membersihkan diri, tapi ku harap kau keluar dulu! Aku tidak ingin kau melihat ku ketika sedang berganti pakaian!" sahut Nada tanpa sedikitpun menatap ke arah Gilang yang kini telah resmi menyandang sebagai status suaminya.
"Baiklah," angguk Gilang menyetujui permintaan Sang Istri.
Nada pun tanpa ragu melepas gaun pengantinnya setelah kepergian Gilang. Ia membenamkan tubuhnya di bathtub dengan sabun mandi beraroma wangi khas pengantin.
"Apa gunanya aku berendam di air yang wangi jika nantinya aku tidak bisa menikmati malam pengantinku?" Nada pun segera menyelesaikan ritual mandinya, sudut matanya mulai berair mengingat kepenghianatan Galang Saputra terhadapnya.
"Aku membenci mu Mas Galang, tapi aku tidak dapat membohongi perasaanku bahwa aku masih sangat mencintaimu! Mengapa kau pergi meninggalkan ku di hari bahagia kita dengan wanita lain?" Nada terisak dalam tangisnya. Ia pun menyudahi mandinya dengan dada yang penuh sesak meratapi nasib buruk yang menimpa dihari pernikahannya.
Ada hati yang tersakiti remuk redam disaat cinta yang diimpikan tidak berjalan mulus sesuai harapan.
Gilang yang sudah merasa gerah berada di luar segera kembali ke kamar pengantin mereka. Ia pun ingin membersihkan tubuhnya setelah seharian bersanding di pelaminan.
"Assalamu'alaikum, Bu Nada. Apakah sudah selesai ritual mandinya?" tanya Gilang dari balik pintu kamar.
"Wa'alaikumsalam warrahmatullah, sudah!" sahut Nada mencoba untuk bersikap setenang mungkin ketika berhadapan dengan mahasiswa yang sudah berstatus sebagai suaminya.
"Boleh aku masuk!" tanya Gilang yang masih menaruh hormat pada sosok dosen kampus yang sudah sah menjadi istrinya.
"Silahkan!" hanya sepatah kata penuh penegasan tanpa untaian kata romantis, begitulah jawaban dari Nada Rindu Kinandita yang sama sekali tidak menginginkan pernikahan dengan sosok mahasiswanya.
"Bu Nada menangis?" tanya Gilang ketika melihat Sang Istri bersimbah air mata.
"Bukan urusanmu, sebaiknya bersihkan dirimu dan jangan mencoba untuk bersikap manis apalagi sok peduli denganku!" cetus Nada yang tetiba saja bersikap seperti anak kecil yang sedang ngambek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Anita Jenius
Lanjut kak
2024-04-06
0
Ara Julyana
sedih ya...
2024-02-03
1