Bagian 2 - BATAL MENIKAH

Isak tangis Dara bergema di telinga Arzan, membuat ia merasa bersalah. Walaupun ia belum tahap mencintai tetapi ia sudah menyukai perempuan ini. Sejak ia menerima pengejaran sepihaknya tanpa henti, Arzan merasakan harga dirinya membubung tinggi. Mereka sudah tujuh tahun bersama, tak di pungkiri ia juga memiliki kasih sayang padanya.

Arzan ingin memeluk Dara untuk menenangkannya tapi langsung di tepis oleh Dara.

"Tidak usah bersikap baik padaku. Kebaikanmu membuat hatiku sakit." teriak Dara sedih.

"Maaf Dara." ujar Arzan tulus.

"Maaf.. maaf... Yang kamu ucapkan hanyalah kata maaf. Kata maaf tidak bisa memperbaiki hatiku yang rusak. Kamu mengkhianatiku dengan teman masa kecilmu. Wanita itu selalu berada di dekatmu dan selalu menggodamu, tapi kamu membiarkannya saja. Apakah kalian sudah menjalin hubungan di belakangku? Sudah berapa lama kalian bersama?" kata Dara emosi.

"Jangan salah paham, Dara! Aku tidak punya hubungan apapun dengannya. Aku mabuk hari itu dan tidak sengaja tidur dengannya. Akulah yang bersalah. Buktinya ia juga korban disini. Jangan salahkan dia lagi!"

"Bagaimana kamu bisa menjadi seperti ini? Mentang-mentang dia teman masa kecilmu, kamu percaya semua yang dia katakan. Sudah kubilang dia roh rubah, kenapa kamu tidak percaya?"

"Jangan salahkan Kia lagi Dara!" bentak Arzan jengkel. "Akulah yang harusnya kamu salahkan." ujar Arzan lagi.

"Kamu membentak ku." ujar Dara tertegun.

"Ya, kamu juga salah disini. Kamu tidak bisa mengendalikan bagian bawahmu dan membuat seseorang hamil. Teratai putih dan laki-laki tak tahu malu, ck..sama-sama cocok." ujar Dara sinis.

"Jaga ucapanmu!" peringat Arzan dingin.

"Apa?" ujar Dara sambil menantang Arzan.

"Apakah aku salah? Kamu tidak bisa mengendalikan hawa nafsumu dan dia selalu menggodamu dan terus berlagak menjadi adik yang penuh kasih sayang. Sepasang kekasih yang saling mencintai, akhirnya kalian bisa bersama sekarang. Aku mengucapkan selamat kepada kalian. Semoga hubungan kalian langgeng dan punya anak yang sangat banyak." kata ara sinis.

"Daraaa.." geram Arzan. "Minta maaf padaku!" ujarnya dingin.

"Atas dasar apa aku meminta maaf. Aku hanya berbicara fakta." ujar Dara tak mau kalah.

"Aku tidak menyangka kamu akan menjadi seperti ini." ujar Arzan dingin.

"Apakah kamu kecewa? Ya. Ini adalah aku yang sebenarnya. Aku tidak bisa menjadi lemah lembut seperti teratai putih disampingmu. Terus berpura-pura lemah untuk mendapat perhatian orang lain membuatku merasa jijik."

"Kia dalam kesehatan buruk sejak kecil, wajar saja dia lemah." bantah Arzan tak terima.

"Kesehatan buruk? Dia hanya menderita asma. Itu tidak sampai ketika aku meninggikan suara dia jatuh pingsan karena terkejut." ujar Dara. Teratai putih itu selalu berakting lemah setiap hari membuat ia merasa mual. Ingin sekali rasanya ia merobek topeng munafik itu dan memperlihatkan wajah aslinya.

Pernah sekali ia melihat Kia jatuh pingsan, karena panik ia buru-buru membawanya ke rumah. Dokter mengatakan ia hanya mengidap asma dan tidak sampai ke penyakit jantung yang harus menjaga suasana hati pasien setiap hari.

"Dara, jangan memfitnahnya lagi. Aku tau kamu merasa sakit hati karena aku mengkhianatimu. Akulah yang bersalah padamu. Jangan melibatkan orang yang tidak bersalah lagi." ujar Arzan sedih.

"Relakan hubungan kita dan berusahalah menerima takdir ini. Walaupun kita tidak bisa bersama, aku akan menganggapmu sebagai adikku."

Dara tertegun. Siapa yang mau menjadi adiknya. Laki-laki ini benar-benar tidak tahu malu. Masih bagus ia hanya menamparnya saja. Seharusnya ia mengekspos pasangan tak tahu malu ini ke publik, biar publik tahu laki-laki yang kerap dipuji sebagai orang yang pendiam dan anggun ini ternyata bajingan. Seorang teratai putih yang lemah lembut dan bajingan yang pendiam dan anggun, mereka sangat cocok jika dipasangkan bersama. Dia pasti buta karena sangat menyukai laki-laki ini dahulu.

"Arzan..." panggil Dara serius.

"Hmm.." ujarnya sambil menganggukkan kepalanya tak kalah serius.

"Kepalaku pasti penuh genangan air ketika aku menyukaimu." teriak Dara dengan nada tinggi.

"Daraaa..." ujar Arzan marah. Urat nadi di pelipisnya sampai menonjol karena menahan amarah.

"Puffft.." tidak tau siapa yang tertawa. Dara dan Arzan mendengar gelak tawa tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Maaf, aku tidak bisa menahannya." kata Danish tertawa terbahak-bahak. "Ini terlalu lucu." ujarnya lagi sambil memegangi perutnya.

"Zayn, bukankah ini sangat lucu?" ujar Danish kepada pemuda di sampingnya. Dia tidak menjawab, tapi Danish bisa melihat ada lengkungan di sudut bibirnya.

Wajah Arzan merah padam. Tapi karena harga dirinya ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

"Nanti kita bicarakan lagi. Mari bertemu di kafe Blues sore nanti!" ujar Arzan datar lalu dengan cepat ia membuang muka pergi meninggalkan Dara.

"Aku tidak mau. Siapa yang ingin bertemu denganmu lagi. Melihat wajahmu saja membuat aku merasa jijik." teriak Dara dengan keras. Entah Arzan mendengarkannya atau tidak, yang penting ia sudah mengatakannya.

Mata Dara terpaku terhadap kepergian Arzan. Tidak ada yang menyangka hubungan ia dan Arzan akan menjadi seperti ini. Ia bahkan berfantasi ketika ia sudah sah menjadi istrinya, ia akan resign dari perkerjaannya, lalu fokus merawat anak-anak mereka dengan baik. Ia akan melimpahkannya dengan penuh kasih sayang sambil menebus masa kecilnya yang kurang bahagia.

Ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan membuat ia merasa kehilangan. Karena itulah ia berniat menjadi ibu rumah tangga saja nanti dan fokus merawat suami dan anak-anaknya.

Karena kurangnya kasih sayang dengan keluarga, ia sangat berharap mempunyai keluarga sendiri. Rumah yang nyaman, keluarga yang hangat, anak-anak yang lucu, itulah keinginannya. Bahkan takdir pun tidak bisa mengabulkan keinginan sederhana itu.

Jika orang menganggap itu sangat biasa, tapi baginya itu adalah yang paling mewah. Ia sangat kesepian. Tidak ada kerabat yang berada disampingnya. Bahkan sekarang orang yang akan dia anggap sebagai keluarganya pun telah menghilang dari kehidupannya.

Tak terasa air matanya kembali menetes. Pertama kali seukuran biji jagung lama kelamaan seperti keran bocor yang tidak ada habisnya.

Isak tangis Dara pecah. Ia menangis tergugu sambil memeluk lututnya sendiri. Meratapi kemalangan yang menimpa dirinya. Hari sangat panas secerah matahari yang bersinar di atas kepalanya, tapi itu sangat menyengat membakar hatinya yang sedang sakit.

Orang yang berlalu lalang kerap bertanya apa yang terjadi tapi ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menangis. Banyak yang menunjuk dan penasaran tentang dirinya, tapi ia tidak peduli. Ia tidak membutuhkan simpati siapapun. Simpati mereka hanya membuat ia merasa terhina dan rendah diri.

Menangis di jalanan ibukota sangat menarik perhatian khalayak ramai, karena itu adalah tempat kawasan industri. Orang kerap berlalu lalang dan melakukan aktivitas di tempat itu.

"Ehm, Zayn. Perempuan itu menangis. Apakah kamu punya sapu tangan?" ujar Danish pelan. "Aku tidak membawanya sekarang." ujarnya sambil meraba-raba saku celananya.

Dalam hatinya ia sangat berharap, bahwa kali ini Zayn berbaik hati kepada wanita sekali. Karena Danish tau betul, sahabatnya itu tidak pernah mempedulikan wanita kecuali wanita yang sekarang berada di rumahnya itu.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Dara lg patah hati pernikahannya gagal total

2024-02-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!