Absurd
"Pengkhianat....."
Teriakan marah itu bergema di salah satu jalanan ibukota, menarik perhatian orang yang berlalu lalang. Sesekali orang akan menoleh dan berbisik-bisik, tetapi Dara tidak peduli. Ia hanya ingin memaki laki-laki tak tahu diri di depannya ini. Beraninya dia! Dara bisa merasakan darahnya mendidih di kepalanya.
Tak cukup dengan itu, Dara menarik kerah lelaki itu lalu menamparnya.
"Plakkk.." suara tamparan berbunyi meninggalkan bekas kemerahan di pipi pemuda berkemeja biru muda itu. Ia bahkan sampai menoleh ke kiri karena saking kuatnya tamparan itu.
Tangan Dara gemetar hebat entah karena kesedihan atau kemarahan atas pengkhianatannya. Mereka akan menikah tiga hari lagi dan ia juga sudah menyebar undangan di seluruh penjuru ibukota. Ia bisa membayangkan bahwa semua orang akan menertawakannya setelah kejadian ini terungkap.
Umurnya tak muda lagi dan itu udah mencapai usia dua puluh tujuh tahun. Teman-teman seusianya bahkan sudah ada yang menikah dan mempunyai anak.
Mereka sudah berpacaran semenjak kuliah dan hubungan mereka selalu harmonis. Walaupun terkadang di selingi pertengkaran kecil, ia masih bisa mengatasinya. Tidak ada yang menyangka laki-laki yang sudah bersamanya selama tujuh tahun ini ternyata mengkhianatinya. Sakit, marah, sedih, semuanya bercampur menjadi satu.
Ternyata semua pengorbanan dan kerja kerasnya selama ini sia-sia. Mereka berdua bahkan sudah membeli apartemen untuk pernikahan mereka.
Dara sudah menunggu selama tiga tahun supaya Arzan menikahinya. Bahkan ia sering memberi kode tapi Arzan selalu saja tak menanggapinya. Ia juga sering mengajukan pertanyaan beberapa kali seputar pernikahan, tapi Arzan hanya menjawab bahwa keuangannya belum cukup stabil dan ia juga belum naik jabatan.
Dara akhirnya menyerah dan ia tidak berani menyinggungnya lagi. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia masih berharap Arzan peka terhadap keinginannya.
Bukannya ia ingin memaksakan kehendaknya terhadap Arzan, tapi ia juga dipaksa dengan keadaan. Ia hanya ingin cepat-cepat pindah dari rumahnya sesegera mungkin.
Ia dan saudari tirinya selalu bertengkar dan mereka tidak cocok dari segi manapun. Walaupun terkadang ayahnya menengahi mereka, tapi Dara merasa ayahnya lebih condong terhadap saudara tirinya. Ia merasa tidak nyaman. Walaupun seringkali ia membuat alasan ingin pindah, ayahnya selalu tidak menyetujuinya.
Ia tak berani membantah karena ayahnya mempunyai riwayat penyakit jantung. Ia tidak ingin penyakit ayahnya kambuh hanya karena kekeraskepalaannya. Karena itulah, ia hanya bisa bertahan walaupun rasa jengkelnya sudah setinggi langit.
Tidak pernah sekalipun ia merasakan kehangatan di rumah itu, setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi dengan ibu tirinya. Semenjak itu sikap ayahnya suam-suam kuku dan membuat ia merasa sedih. Pernah terlintas di pikirannya untuk kabur dari rumah, tapi dari segi materi ternyata ia belum mencukupi. Bagaimanapun ia masih anak di bawah umur dan ayahnya masih wali sahnya sebelum ia menikah. Jika ia kabur dari rumah, mungkin ia harus hidup di jalanan.
Ibunya adalah seorang yatim piatu, karena itulah ia tidak mempunyai kakek nenek untuk tempat mengadu. Walaupun masih ada dari keluarga pamannya, tapi hubungan mereka tidak cukup dekat untuk membuat ia tidak tahu malu untuk tinggal bersamanya. Pamannya juga mempunyai keluarga sendiri dan ia juga merasa tidak enak merusak ketenangan keluarga mereka.
Sekarang ia sudah dewasa, tapi ayahnya masih tidak memperbolehkan untuk ia pindah dari rumah. Dara tidak mengetahui alasannya, tapi waktu itu ia bisa melihat kilatan kesedihan di mata ayahnya ketika ia menyebut untuk pergi meninggalkannya. Sikap ayahnya sangat aneh, terkadang ia penyayang padanya, terkadang ia juga acuh tak acuh yang membuat Dara tidak mengerti.
Satu bulan yang lalu, akhirnya Arzan melamarnya. Tidak salah lagi, ia sangat gembira. Ia merasa di atas awan. Selain ia akhirnya bisa pindah dari rumahnya, ia juga akan menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Bagaimanapun Arzan adalah laki-laki pertama yang memberinya kehangatan setelah ayahnya. Bisa dibilang ia adalah cinta pertama dan terakhirnya. Oh, tidak lagi cinta terakhirnya, karena hubungan mereka sudah berakhir.
"Maaf Ara.." ujar Arzan lirih. Kepalanya menunduk tidak berani melihat wanita yang pernah menjadi kekasihnya ini, karena ia juga merasa dirinya sangat pantas mendapat perlakuan ini darinya.
"Maaf?" ujar Dara tertawa kering. Bagitu mudahnya ia mengucapkan kata maaf sedangkan ia disini yang sangat menderita. Tahukah dia, ia akan menjadi bahan tertawaan di seluruh kota dan dia hanya duduk manis dengan selingkuhannya. Jika kata maaf bisa membalikkan keadaan dan menghapuskan kejadian hari ini, mungkin ia bisa memaafkannya.
"Tubuh Kia tidak bisa hamil lagi karena rahimnya yang tipis. Jika dia menggugurkannya mungkin dia tidak bisa lagi punya anak. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja jadi aku memutuskan untuk bertanggungjawab. Jadi, tolong batalkan saja pernikahan ini, oke!" ujar Arzan sambil memohon.
"Kamu bilang rahimnya tipis. Itu tidak mungkin. Aku pernah memeriksa kesehatan bersamanya di rumah sakit dan ia baik-baik saja." balas Dara aneh.
"Dia pasti memalsukannya untuk merusak pernikahan kita. " ujar Dara berapi-api.
"Jangan mengada-ngada Dara. Aku melihat sendiri kertas laporannya." ujar Arzan tidak terima.
"Kamu tidak percaya padaku?" ujar Dara syok. Laki-laki yang dia cintai malah mempercayai wanita perusak hubungan itu daripada dia. Tidak bisakah dia mengatakan untuk memeriksanya lagi dan menanyakannya lagi terhadap Kia. Apakah hubungan mereka selama tujuh tahun ini bahkan tidak cukup membuat mereka saling percaya.
"Bukan seperti itu." bantah Arzan. "Tapi memang itulah kebenarannya, jadi kamu jangan memfitnahnya lagi. " ujar Arzan sambil memperingatkan.
"Bagaimana bisa kamu mengatakan ini padaku seolah aku yang berbuat jahat padanya. Kalian berdualah yang menyakitiku dan kamu dengan mudahnya membatalkan pernikahan kita." ujar Dara marah. Matanya memerah sambil menahan air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
"Kita sudah pacaran selama tujuh tahun, apakah kamu tidak bisa melihat aku berbohong atau tidak?" tanya Dara sedih.
"........ " Arzan hanya diam membisu tidak menanggapi perkataan Dara.
"Hahahaha.." Dara tertawa sarkasme. "Kamu tidak pernah mencintaiku bukan? Buktinya aku yang selama ini selalu antusias terhadapmu. Sikapmu selalu panas dingin dan membuat aku merasa aneh. Semenjak kita pertama kali berpacaran pun, akulah yang tergila-gila padamu. Mengirimkan kamu makan siang setiap hari, selalu menanyakan kamu berada, dan terus menghiburmu setiap hari."
"Selama ini akulah yang selalu berkorban dalam hubungan ini. Aku pikir karena kepribadian kamu yang dingin jadi aku memahaminya. Ternyata tidak bukan? Kamu tidak pernah mencintaiku. Aku melihatnya sendiri dengan mata kepalaku, kamu makan siang bersama Kia di kafe dekat kantormu. Buktinya kamu bisa tertawa riang seperti itu dengannya. Sedangkan aku, kamu hanya tersenyum kepadaku sesekali." ujar Anna melampiaskan keluh kelahnya.
Ia tidak peduli lagi dengan penampilannya sekarang. Pakaian yang acak-acakan, riasan yang ternoda air mata, wajah yang kuyu, bahkan anak kecil pun akan jijik dengan penampilannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Honeybee🐝🥀
cerita bagus pembaca kurang itu karna editor nya jarang promosiin cuma karya editor sendiri yg dipromosiin. yah keegoisan si editorlah. lihatlah karya lainnya gak ada up up nyam kayak punya temen aku. sky high belum up udah seminggu
2024-02-28
1
Hidup untuk apa?
apa itu rahim tipis Thor? 🤦
2024-02-15
1
Dwi Winarni Wina
mampir thor dan nyimak
2024-02-14
1