Bab 4

Dinda berjalan keluar dari rumah itu dengan air mata yang masih mengalir sambil memegangi pipinya yang merah akibat tamparan Arya kepada dirinya,

"Din, tunggu! Mas minta maaf Din, tolong dengarkan Mas dulu, " pinta Arya sambil memegang erat tangan Dinda. 

"Lepaskan Mas! Dinda berusaha melepaskan genggaman tangan Arya. "Aku sudah tidak mau mendengar kan lagi perkataan apapun yang keluar dari mulutmu!! Aku sudah mengerti semuanya aku memang yang salah di sini karena telah mau menikah dengan mu!! " ucap Dinda yang kemudian menaiki mobilnya dan pergi meninggalkan rumah itu. 

Arya melihat dalam kepada istri yang telah ia nikahi selama satu tahun itu. Dalam hatinya ia ingin sekali memeluk wanita itu dan menenangkannya. Walaupun mereka dijodohkan tapi setelah kebersamaan mereka berdua satu tahun bersama perlahan perasaan sayang dan suka mulai tumbuh di antara keduanya. 

Tapi sayang Arya  memang telah terlebih dahulu menikahi Hessa karena ia adalah cinta pertama Arya di kampus dulu hubungan Arya waktu itu dengan Hessa sudah serius dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan tetapi ibu Arya menentang keras pernikahan itu karena menganggap Hessa bukan dari kalangan atas seperti dirinya akhirnya mereka berpisah dan menghilang satu satu sama lain.

Tetapi kemudian takdir mempertemukan mereka kembali di sebuah acara reuni kampus dan terjalinlah kisah cinta mereka yang bersemi kembali kemudian mereka berdua memutuskan untuk menikah secara diam-diam. 

Ketika Arya ingin mengatakan kepada keluarganya tentang pernikahan nya dengan Hessa Arya malah dipaksa untuk menikahi Dinda oleh kedua orang tuanya. Atas permintaan keras keluarganya itu terutama dari ibunya akhirnya Arya tidak kuasa untuk menolak dan menyetujui untuk menikahi Dinda dan berpura-pura menjadi suami baik untuknya. 

Akhirnya Hessa pun harus menerima kenyataan kalau suaminya itu telah menikah lagi dengan pilihan orang tuanya ia tidak berani meninggalkan Arya  karena tengah mengandung anak Arya, dengan berat hati ia pun harus menerimanya dengan lapang dada. 

Dengan cepat Arya kemudian mengambil kunci mobil nya untuk menyusul Dinda ia khawatir terjadi sesuatu yang buruk terjadi kepada istri nya itu. 

"Mas! Kamu mau kemana?" teriak Hessa kepada Arya. 

Tetapi Arya menghiraukan pertanyaan dari istri pertamanya itu dan langsung tancap gas untuk menyusul Dinda. 

Setelah Dinda sampai di rumahnya tanpa berpikir panjang lagi Dinda langsung mengemasi Barang-barangnya ke dalam koper besar miliknya. 

"Din, kamu mau kemana? Jangan tinggalin Mas Din kita bicarakan baik-baik yah, " pinta Arya sambil memohon-mohon. 

"Untuk apa kamu menyusulku kesini? sudah tidak ada gunanya kau mencegahku aku tidak bisa bersama kamu lagi Mas. Bukankah seperti ini lebih bagus kamu bisa bebas bersama wanita itu, " ujar Dinda yang masih sibuk mengemasi barang-barangnya. 

"Tapi Mas mau bilang apa sama keluarga Mas kalau kita berpisah? Mas gak sanggup Din, " keluh Arya. 

"Kenapa harus aku yang repot bicara sana apa adanya kepada keluargamu Mas! kamu harus bertanggung jawab atas semua perbuatan mu aku tidak ingin menjalani pernikahan palsu ini lagipula apa kamu tidak lelah selama ini hanya berpura -pura mencintai ku Mas? " ucap Dinda menatap tajam Arya dan berhenti sejenak dari aktivitas nya mengemasi barang. 

"Tapi, Din ini tidak sepenuhnya palsu perlahan Mas mulai sayang kepadamu setelah satu tahun ini kamu menjadi istri yang baik untuk Mas" sanggah Arya untuk meyakinkan Dinda. 

"Apa kau bilang! Sayang? lalu bagaimana dengan perempuan itu! bukanlah kamu juga mencintai nya? Jangan katakan kamu mencintai dua orang sekaligus Mas itu terlalu egois! Demi kamu aku bahkan rela meninggalkan karir ku Mas tapi sekarang apa? Hanya rasa sakit yang kamu berikan kepada ku, sudahlah Mas Arya kalau kamu memang masih punya hati tolong ijinkan aku untuk pulang ke rumah orang tua ku dulu, setelah aku tenang baru kita selesaikan masalah kita, " timpal Dinda. 

Dengan memacu kendaraanya Dinda pergi meninggalkan rumahnya dengan membawa koper besarnya ia ingin menenangkan diri dan pulang ke rumah orang tuanya. Kini Arya hanya bisa menatap punggung Dinda yang telah pergi meninggalkan nya, hatinya hancur karena telah menyakiti wanita baik itu. 

Di perjalanan Dinda terus berpikir untuk menuju ke suatu tempat yang sepi guna menenangkan hatinya terlebih dahulu ia tak mungkin ke rumah orang tuanya dalam keadaan kusut seperti ini ia takut keluarga nya akan khawatir jika melihat nya seperti ini, kemudian ia putus kan untuk ke sebuah pantai dan mendengar deburan air laut di kegelapan malam mungkin saja hatinya lebih tenang setelah itu. 

Dinda duduk di pinggir pantai dan mengeluarkan rasa sakit yang membuncah di dadanya sambil memeluk lututnya dan menatap nanar ke arah laut. Tetapi kemudian Dinda perlahan berjalan ke tengah laut dengan tatapan kosong jalan terus dan berjalan sampai di tengah lautan yang gelap… 

"Hey apa yang kau lakukan!! teriak seorang pria tinggi, tegap dengan wajah oriental yang berlari menghampiri Dinda dan buru-buru menangkapnya. 

"Lepaskan!!" Jerit Dinda. 

"Apa kau sudah gila hah! Seberat apapun masalahnya jalan keluar nya bukan bunuh diri itu perbuatan keji mengerti! ujar pria itu dan masih memeluk Dinda erat. 

"Apa kau bilang! Siapa yang kau maksud akan bunuh diri??aku! ucap Dinda heran. 

"Tentu saja siapa lagi?" Memangnya ada orang lain selain kita disini? tuduh pria itu. 

Dinda tertawa terbahak "Aku tidak akan bunuh diri aku hanya akan mengambil sepatuku yang terbawa ombak, " sahutnya yang masih tertawa geli. 

Pria itu tertegun ia tidak tahu harus berkata apa, ia juga malu karena telah salah sangka terhadap wanita yang ada di hadapannya itu. 

"Sekarang bisa lepaskan tangan ku," pinta Dinda. "lihat akibat perbuatan mu aku kehilangan sepatuku," ujar Dinda memelas. 

"Astaga maafkan aku, aku telah salah paham terhadapmu, aku tadi tidak sengaja melihatmu menangis lalu kamu berjalan ke tengah laut aku pikir kau mau melakukan bunuh diri,"  ucap pria itu gugup sekaligus malu. 

"Sudahlah kau tidak perlu minta maaf aku akan pulang saja," sahut Dinda yang kemudian berjalan ke tepi pantai menuju ke mobilnya. 

"Hey tapi bagaimana dengan sepatumu ini sangat dingin kau harus memakai sepatu, " teriak pria itu tapi Dinda tidak memperdulikan ucapan pria itu dan terus berjalan ke arah mobilnya. 

Pria itu berlari ke arah Dinda karena ia tak merespon ucapnya, "tunggu! " ucapnya kemudian ia berdiri di hadapan Dinda dan menghalangi langkahnya.

"Ada apa lagi, " tanya Dinda ketus 

"Ini," sahut pria itu sambil membuka sepatu sneaker putihnya lalu menurunkan badannya dan memakaikannya ke kaki Dinda. "Hatimu sedang terluka kakimu tidak boleh terluka juga," ucapnya. 

"Sepatu milikmu ini biar aku yang mencarikan pasangan nya jadi akan aku bawa sepatumu ini jika ketemu sepatu pasangan nya akan aku berikan  kepadamu, " ujar pria yang mengenakan kaos putih dan celana chino coklat itu. 

"Terserah!!" sahut Dinda ketus dan terus berjalan melangkah ke arah mobilnya lalu  meninggalkan pantai itu beserta  pria yang sedang memandangnya dengan tatapan iba. 

"Dasar laki-laki sok tahu gila aja dia berpikir aku akan bunuh diri  ngapain aku melakukan hal konyol seperti itu!" racau Dinda di dalam mobilnya yang menuju ke rumah orang tuanya. 

"Tetapi bagaimana ini apa yang akan aku katakan kepada orang tuaku mengenai rumah tanggaku saat ini  rasanya aku tidak mungkin untuk memberitahukan keadaan rumah tangga ku yang sebenarnya ibuku pasti akan sedih dan merasa bersalah, " gumamnya. 

Cukup lama mobil Dinda terparkir didepan rumah orang tuanya ia terus ragu dan berpikir ulang untuk masuk atau tidak ke rumahnya itu ia takut akan membuat orang tuanya sedih terutama ibunya yang bersikeras menjodohkannya kepada Arya lelaki yang ternyata pembohong itu. 

"Tetapi bukanlah cepat atau lambat pasti keluarganya akan tahu tentang keadaan rumah tangganya yang hancur, " pikir Dinda. Bagaimanapun ia harus bisa melewati cobaan ini dan berkata jujur kepada orang tuanya, " Gumamnya lagi. 

Dinda berjalan perlahan menuju ke rumahnya ia mencoba tegar dan terlihat baik-baik saja di depan keluarganya. 

"Assalamu'alaikum, Dinda perlahan mengetuk pintu rumah orang tuanya yang berwarna putih itu. 

"Waalaikumsalam," teriak seorang dari dalam rumah. 

"Siapa lagi pagi-pagi begini sudah bertamu," gerutu wanita paruh baya itu. 

Wanita itu perlahan membuka pintu dan terkejut dengan kedatangan putri pertama nya itu yang tampak lelah, lesu dan kusut. 

"Dinda!!" teriak wanita itu yang tak lain adalah ibunya Dinda. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!