Bab 2

Sesuai janji Azof pada putranya, pagi ini ia telah siap dengan pakaian yang cukup santai. Ia keluar dari kamar dan menemui istrinya yang sudah berkutat di dapur bersama para asisten rumah tangga yang lain.

"Sayang," panggilnya sembari memeluk sang istri dari belakang, tidak ia pedulikan para asisten rumah tangga yang melihat adegan romantisnya itu.

"Mas, malu ada Bibik di sini."

"Memang Bibik melihat kami?" tanya Azof pada ART-nya.

"Tidak Tuan, Bibik sedang mengiris bawang, mana mungkin Bibik melihat Tuan dan Nyonya." Seakan paham situasi, ART tersebut menjawab dengan tepat.

"Kau dengar Sayang, Bibik tidak melihat kita."

Indah memutar bola matanya jengah. Selalu saja laki-laki ini memiliki seribu satu cara untuk membuat alasan. Indah mencuci tangannya dan meminta para asisten rumah tangga untuk melanjutkan acara masak mereka, sedangkan ia sendiri memilih mengajak suaminya menuju kamar sang putra untuk membangunkan putranya tersebut.

"Mas lepas dulu," ucap Indah saat suaminya tidak melepas pelukannya sedikitpun.

"Mas masih rindu, Sayang." rengek Azof.

"Tapi 'kan tadi malam sudah berpelukan begini, bahkan tadi malam sampai tidak tidur, masa masih kurang juga."

"Ya 'kan Mas sudah puasa selama seminggu, jadi wajar saja kalau pertemuan satu malam itu masih kurang."

"Makanya jangan keluar kota terus, jadi rindu 'kan sekarang."

Azof terdiam mendengar ucapan istrinya. Ia tidak mampu untuk membayangkan reaksi istrinya jika wanita itu tahu apa yang ia lakukan selama ini. Beralasan keluar kota untuk urusan bisnis, tapi yang sebenarnya adalah ia melakukan pendekatan dengan Ara dan berusaha membuat wanita itu nyaman dan mencintainya hingga akhirnya sekarang ia berhasil menikahi wanita itu dan menjeratnya selamanya.

"Mas."

"Ya Sayang?"

"Kenapa melamun?"

"Tidak apa-apa. Ayo kita bangunkan Faris."

Azof merangkul bahu istrinya menuju kamar sang putra. Begitu masuk, terlihat anak laki-lakinya itu tengah bergelung dibalik selimut tebalnya. Indah mendekati ranjang dan membangunkan sang putra dengan suara lembutnya.

"Faris, hei bangun yuk."

"Lima menit lagi, Mama." Faris berucap tanpa membuka kedua matanya.

"Tapi ini sudah siang."

"Satu kali lagi," pinta Faris memelas. Sungguh matanya belum bisa diajak kompromi untuk saat ini.

"Apa Mas? Mau langsung berangkat?" ucap Indah, membuat kedua mata Faris sontak terbuka. Ia tentu tidak mau jika sang papa berangkat bekerja, karena itu artinya kesempatannya untuk pergi sekolah diantar kedua orang tuanya tidak akan terjadi.

"Jangan!" Faris terduduk dengan muka bantalnya. Ia lantas melihat sang mama yang tampak tersenyum lembut setelah berhasil menipunya. "Mama bohong?" tanya Faris akhirnya.

"Demi kebaikan, Sayang. Lihat, kau langsung bangun 'kan saat Mama bilang kalau Papa berangkat. Sudah, ayo jagoan Mama mandi dulu biar nanti sekolahnya diantar Mama dan Papa."

"Tapi masih ngantuk, Ma."

"Kalau kena air, ngantuknya pasti hilang, ayo." Indah menuntun putranya menuju kamar mandi, meninggalkan Azof seorang diri di kamar sang putra.

Azof tersenyum mendengar tawa istri dan putranya di dalam kamar mandi. Lalu dering jam beker diatas nakas membuat tangan Azof tergerak untuk mematikannya. Begitu jam mati, ia kembali meletakkan jam tersebut pada tempatnya. Namun perhatiannya justru teralihkan pada sebuah foto yang terpajang tepat di samping tempat jam berada. Ia meraih foto tersebut dan tersenyum lembut sembari mengusap bagian wajah dari anak perempuan yang ada dalam foto tersebut.

"Yang tenang di sana anak Papa. Di sini Papa akan terus berjuang menuntut keadilan untukmu. We love you, Sayang."

Cklek!

"Papa," Faris mendekati sang papa yang tengah memegang foto dirinya dan sang kembaran.

"Mas," suara Indah juga ikut menyapa. Ia meraih bingkai foto dari tangan sang suami dan kembali meletakkannya diatas nakas. "Friska sudah tenang di sana, sudah ya jangan bersedih lagi."

Meski berat, Azof akhirnya merespon ucapan istrinya dengan anggukan. Ia kembali memandang putranya dan mengecup pucuk kepala sang putra dengan begitu dalam dan lama. Setelah itu, ia langsung menuju lemari dan menyiapkan pakaian untuk putranya

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

dendam apakah?

2024-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!