Duar!
Bagai mendengar petir di tengah hari yang cerah, begitulah gambaran hati Ara setelah mendengar ucapan suaminya. Laki-laki yang menikahinya dua hari yang lalu kini datang dengan wajah bengis dan mengatakan bahwa pernikahan antara mereka adalah sebuah perselingkuhan.
"A-apa maksud Mas?" tanya Ara dengan berusaha menguatkan hatinya.
"Kau selingkuhanku, apa itu kurang jelas?" tegas Azof.
"Tapi kenapa Mas, kenapa kau tega melakukan ini padaku?"
"Tanyakan pada dirimu, kenapa kau tega membunuh putriku?"
"Pu-putri?"
Semakin banyak hal yang memenuhi kepala Ara saat ini. Putri? Apa maksud suaminya dengan kata putri, dan apa tadi, membunuh? Apa maksudnya, Ara benar-benar tidak paham. Beberapa saat berperang dengan isi kepalanya, akhirnya Ara menyadari suaminya yang mulai beranjak dari hadapannya, ia lantas mengekor di belakang sang suami dan memanggil suaminya tersebut.
"Mas jelaskan padaku apa maksudmu, aku tidak mengerti." ucap Ara.
Azof menghentikan langkahnya di dapur. Indra penciumannya mengendus aroma gosong, ia 'pun mengikuti instingnya untuk mencari sumber dari aroma tersebut, dan ternyata oven pemanggang yang tadi tengah memanggang kue, kini terlihat dipenuhi oleh asap yang mengepul. Dengan gerakan cepat, Azof langsung mencabut colokan oven tersebut.
Rahang Azof mengeras dengan kilatan amarah yang terpancar dari sorot matanya. Ia langsung menarik tangan Ara dan membawanya ke kamar. Begitu pintu kamar terbuka, ia menghempas istrinya begitu saja di lantai kamar, membuat wanita malang itu menangis tersedu.
"Kalau kau tidak bisa membelinya, setidaknya jangan kau hancurkan!" sentak Azof.
"Maaf—"
"Kau pikir cukup hanya dengan kata maaf, ha? Sebagai hukuman atas kelalaianmu, kau tidak boleh makan seharian ini."
Brak!
Azof menutup pintu kamar dengan kasar, ia lantas mengunci pintu tersebut dan pergi dari sana tanpa mempedulikan tangisan wanita yang terus menggedor pintu kamar tanpa henti. Langkahnya terayun menuju dapur, begitu tiba di sana, ia melihat dua ART-nya tengah membersihkan kekacauan yang tadi sempat istrinya perbuat.
"Siapa yang kemarin bertugas membeli bahan masakan?" tanya Azof, membuat dua wanita berbeda usia itu menengok bersamaan.
"Maaf Tuan, kemarin Bibik yang keluar, ada apa ya Tuan?" tanya Bik Neneng. Wanita paruh baya yang baru satu minggu yang lalu ia rekrut untuk bekerja di rumahnya ini.
"Dimana Bibik belanja kemarin?" Azof menatap tajam wanita paruh baya tersebut, karena kini keyakinannya tentang penyebar foto dirinya dan sang istri pertamanya kemarin pasti salah satu dari ART-nya ini.
"Di supermarket depan komplek, Tuan. Ada beberapa bumbu dapur yang tidak ada di supermarket, jadi Bibik minta diantar Pak Man ke pasar."
Tidak ada yang aneh, hanya supermarket dan pasar, bukan mall, itu artinya bukan Bik Neneng pelakunya. Pandangan Azof beralih menatap wanita muda yang berada di samping Bik Neneng, seorang ART yang juga baru ia rekrut beberapa hari yang lalu.
"Dari mana kau kemarin?" tanya Azof.
"Sa-saya, kemarin saya—" gadis itu melirik Bik Neneng dengan sorot mata penuh ketakutan.
"Dari mana kau kemarin?" tanya Azof lagi dengan intonasi yang tidak begitu keras. Namun mampu membuat nyali siapapun menjadi ciut.
"Maaf Tuan, tolong jangan pecat saya." Gadis itu langsung bersimpuh di kaki Azof dengan deraian air mata yang mulai mengalir di pipinya.
"Kenapa saya harus memecatmu?" Azof masih santai seolah tidak mengerti apa-apa, padahal ia sudah mampu menebak penyebab tangisan gadis di depannya ini.
"Kemarin saya ke mall untuk membeli laptop untuk kebutuhan kuliah saya, Tuan. Dan saya tidak sengaja melihat Tuan dan—"
"Dan?"
"Dan wanita lain." ucap gadis itu pelan.
"Wanita lain yang kau maksud itu adalah Nyonya-mu, dia adalah istri pertamaku." ucap Azof tegas, membuat kedua ART itu terdiam, otak mereka seakan bekerja ekstra untuk menalar hal yang barusaja Tuan mereka katakan.
"Maaf Tuan, saya mengaku bersalah tapi saya mohon jangan pecat saya. Saya benar-benar butuh pekerjaan ini, Tuan."
Azof sedikit menimbang untuk memecat karyawannya yang telah berkhianat itu. Namun mengingat wanita ini sudah terlanjur mengetahui tentang kehidupannya, ia jadi berpikir dua kali untuk memecatnya. Sebab, jika sampai keluarga dan istrinya mengetahui kelakuannya, maka bukan tidak mungkin ia akan mendapat amukan dari keluarga besarnya.
"Untuk kali ini kesalahanmu aku maafkan, tapi kalau sampai kejadian ini terulang lagi, maka kau bukan hanya akan aku pecat, tapi juga aku musnahkan. Jadi ingat, jangan pernah melupakan posisi kalian sebagai pekerja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
andi hastutty
kejam
2024-04-22
0