"Hai," sapa Axel pada Aerilyn yang sedang melewati koridor. "Hmm," jawab Aerilyn singkat. "Kok chat gue gak di bales ?" tanya Axel. “Gue gak tau," jawab Aerilyn lagi. "Iya gak papa. Lain kali kalo gue chat dibales." "Hmm," jawab Aerilyn. Aerilyn mengambil sesuatu di dalam tasnya lalu menyerahkannya pada Axel. "Makasih," ucap Aerilyn.
"Buat lo " jawab Axel santai. "Apa ?" tanya Aerilyn memastikan. "Jaketnya buat lo. Hadiah dari gue." Aerilyn mengernyitkan bingung, untuknya ? “Gue gak bisa terima,” ucap Aerilyn. “Gue gak terima penolakan, lo tau itu.” Aerilyn mendesah, Axel memang tidak suka jika apapun perkataannya ditolak. "Makasih ya." Axel tersenyum dan mengacak rambut Aerilyn lalu berjalan kembali ke kelasnya. "Siapa lo sebenarnya ?" tanya Aerilyn entah pada siapa.
🕳🕳🕳
Aerilyn berjalan menuju rumahnya saat sebuah mobil berhenti di dekatnya dan itu adalah kakaknya. "Ayah pengen ketemu sama lo. Naik, gue anter." Aerilyn menurutinya walau dalam hatinya bertanya-tanya kenapa ayahnya memanggilnya ke kantor ? Jika ini adalah tugas selanjutnya biasanya Aerilyn hanya di telfon ayahnya dan memberikannya tugas. Aerilyn mengetuk pintu lalu masuk ke ruang kerja ayahnya. Selena lalu duduk saat di persilahkan ayahnya untuk duduk.
"Ayah ada tugas yang sangat penting untukmu," ucap ayah Aerilyn memulai pembicaraan. Alan –ayah Aerilyn- lalu menunjukan sebuah foto seorang pria. Aerilyn mengkerutkan keningnya saat mengetahui siapa yang ada di foto itu. "Dia Axel. Anak dari bos ayah, dan bos ayah menyuruh ayah untuk menjaganya. Karna dia ada misi disana, bertepatan kamu juga disana. Jadi ini tugas kamu selanjutnya, ayah menyuruhmu untuk menjaganya," ucap Alan.
"Menjaganya dari apa ?" tanya Aerilyn bingung.
"Mafia lain sedang mengincarnya karena dia adalah anak dari mafia terbesar di dunia." "Jadi gue harus menjaganya setiap saat ?" tanya Aerilyn tak percaya, dirinya menjaga seorang pria ? bukankah itu terbalik ? seharusnya dia yang dijaga oleh pria bukan sebaliknya.
"Iya. Dan awasi dia saat dia keluar malam hari karna itu sangat rawan baginya." “hmm," jawab Aerilyn singkat. "Kamu boleh pulang." Aerilyn bangkit dari tempat duduknya lalu membuka pintu saat suara ayahnya kembali terdengar. "Ayah bangga padamu. Maaf ayah hanya menyusahkanmu," ucap Alan. “Saya sudah terbiasa.” Aerilyn lalu keluar dari kantor ayahnya dan kembali ke mobil.
"Apa kata ayah ?" tanya Rescha. "Gak ada, ayo pulang gue capek." Aerilyn membersihkan dirinya lalu mengambil ponselnya yang berdering dan menampilkan nomor tanpa nama itu. Aerilyn mengangkatnya.
"Halo," ucap Aerilyn. "Hai Lyn, apa kabar ?" pasti dari Axel. "Baik," jawabnya. "Lo lagi ngapain ?" tanya Axel. "Gak lagi ngapa-ngapain. Lo dapet nomor gue darimana ?" tanya Aerilyn penasaran. "Ada dong, jangan tidur kemaleman. Sweet dream Lyn," ucap Axel lalu memutuskan telfon sepihak.
'Aneh' batin Aerilyn. Lalu ponselnya kembali menampakkan sms dari ayahnya.
Pria tua berhati dingin
Ayah memberikan nomormu kepada Axel juga data pribadinya.
Sekarang dia tahu darimana Axel mendapat nomornya serta id linenya. Aerilyn membuka laptopnya dan membaca email dari ayahnya.
🕳🕳🕳
Aerilyn berjalan menyusuri lorong namun dia tak mendapati kehadiran Axel yang akan menyapanya di pagi hari. Aerilyn melangkah menuju kelasnya lalu melipat kedua tangannya lalu memilih untuk tidur. Aerilyn terlonjat saat Fiza membangunkannya dan memberitahunya bahwa guru sudah datang. "Za, lo tau dimana Axel ?" tanya Aerilyn. "Oh Axel, dia tadi telat jadi dia di hukum keliling lapangan tuh."
Aerilyn menyapu pandangannya ke lapangan dan dia melihat Axel sedang berlari dan keringat telah membasahi tubuhnya. Selena mengambil botol minumnya lalu keluar menuju lapangan. "Eh Lyn, lo mau kemana ?" tanya Fiza bingung. "Nemuin Axel. Bilang sama guru gue lagi di uks."
Aerilyn menghampiri Axel dan memberikannya air minum yang dia bawa tadi. "Thanks," ucap Axel sambil tersenyum. Aerilyn mengambil sapu tangan lalu menyeka keringat di pelipis Axel. Axel tersentak namun dia membiarkannya. "Lo kok bisa telat ?" tanya Aerilyn. "Iya tadi mobil gue mogok."
Axel memandangi wajah Aerilyn, Lalu beralih pada kaki Aerilyn yang menampakkan bekas luka gadis itu. "Kaki lo kenapa ?" tanya Axel penasaran. "Oh ini, gue jatuh," sangga Aerilyn. "Lo kok gak masuk ke kelas ?" tanya Axel jahil. "Gue, mau nemenin lo," jawab Aerilyn ragu.
Axel tersenyum lalu meraih tangan Aerilyn dan membawa gadis itu ke rooftop. "Kenapa lo tiba-tiba deketin gue ?" tanya Axel. “Bukannya lo yang deketin gue dulu ?” tanya Aerilyn balik. Hening, Aerilyn benci hal seperti ini, duduk berdua dengan seorang pria selain ayahnya dan kakaknya.
"Lo kenapa deketin gue ?" tanya Aerilyn balik yang berhasil membuat Axel terkekeh. "Gantian nanya nih ceritanya. Gue deketin lo karena gue pengen aja." Aerilyn hanya mengangguk mendengar jawaban Axel. "Main ToD yuk," ujar Axel. "ToD ?" tanya Aerilyn. "Iya. Mau kan ?" Aerilyn hanya mengangguk menjawab perkataan Axel.
"Siapa duluan nih ?" tanya Axel. "Lo aja duluan," jawab Aerilyn. "Lo milih Truth or Dare ?" tanya Axel. "Truth" jawab Aerilyn singkat. "Lo, suka sama gue ?" tanya Axel tiba-tiba. "Ha ? ya enggak lah." jawab Aerilyn cepat.
"Kok gugup ? Jawab jujur." Ucap Axel sambil memandangi wajah Aerilyn. "Gue, gak suka sama lo Xel." "Oke giliran lo. Gue milih Truth." "Lo pindahan dari luar negeri kan ? Darimana dan ceritakan tentang keluarga lo," tanya Aerilyn bertubi-tubi. "Panjang amat. Oke gue emang pindahan dari luar negeri. Dan, tentang keluarga gue lo gak harus tahu sekarang."
Aerilyn mendesah atas jawaban yang diberikan Axel. "Dare," ucap Aerilyn. "Apa ?" tanya Axel memastikan. "Gue milih dare,” ucap Aerilyn lagi. Axel nampak berfikir sejenak lalu tiba-tiba dia tersenyum misterius. "Lo harus pacaran sama gue, dan gak akan putus kalau bukan gue yang ngatain putus." Aerilyn seketika melongo mendengar dare itu.
"Ih kok gitu sih dare-nya ?" ucap Aerilyn kesal. "Terserah gue dong,” jawab Axel. Aerilyn mendesah kecewa. "Hhhhh, Iya." "Oke lo milik gue sekarang." Klaim Axel sembarangan. Aerilyn pasrah dengan dare-nya itu, Axel adalah orang yang sulit di bantah. Lagian dia juga untung agar dapat menjaga Axel lebih ketat lagi. "Gue milih dare." lanjut Axel. "Turutin perkataan gue apapun itu, dan jangan tanya soal hidup gue dan keluarga gue apapun yang terjadi." Axel mengangguk tanda setuju.
🕳🕳🕳
Aerilyn mendengus saat mendapati telefon dari Axel. Semenjak kejadian di rooftop 5 hari yang lalu Axel selalu menelfonnya setiap jam bahkan jika bisa setiap detik. "Halo," ucap Aerilyn kesal. "Lagi ngapain ?" tanya Axel. "Xel, bisa gak lo gak nelfon gue setiap jam,” ucap Aerilyn jengah. "Emang kenapa gak suka ?" tanya Axel.
"Bukan gitu. Tapi, gue, Lupakan, gini ajadeh kalo enggak lo nelfon gue sekali sehari aja." "Gak mau," jawab Axel cepat. "2 kali," ucap Aerilyn lagi. "Gak mau," jawab Axel lagi. "Hhhh 3 kali deh," pasrah Aerilyn. "Oke setuju. Tapi apa imbalan gue ?"
"Gue turutin semua mau lo." Ucap Aerilyn pada akhirnya. "Oke, setuju. Sweet dream." Aerilyn bernafas lega karna berhasil membuat Axel menurut padanya. "Kenapa sama Axel ?" tanya Rescha penasaran. "Gak papa, gue mau tidur." Aerilyn beranjak ke kamarnya lalu memilih tidur.
🕳🕳🕳
Aerilyn sedang berada di pelataran rumahnya saat dering ponselnya mengagetkannya. "Halo,” ucap Aerilyn menjawab panggilan. "Gue jemput lo. Bentar lagi gue sampe,” ucap Axel di seberang telepon. "Gak usah, gue jalan aja,” jawab Aerilyn. "Gak nerima penolakan."
Telfon dimatikan sepihak, Aerilyn mendengus kesal lalu melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya. Aerilyn keluar dan melihat Axel sedang bersandar di pintu mobil. "Gue jalan aja." ucap Aerilyn. "Lyn, ingat janji lo sama gue. Dan ini perintah gue." Aerilyn mendengus lalu memilih langsung masuk ke dalam mobil. Axel tersenyum dan masuk ke dalam mobil, ia menjalankan mobilnya dan berhenti.
Axel mendekat ke arah Aerilyn. Aerilyn terkejut atas apa yang dilakukan Axel. Axel semakin mendekatkan tubuhnya. Jarak mereka kini hanya tinggal 5 cm saja. Axel menarik seatbelt lalu memasangnya. "Lain kali kalo ngambek jangan lupa pake seatbelt." Aerilym malu sekarang, yang benar saja. Aerilyn hanya diam dalam perjalanan menuju sekolah.
Aerilyn turun dari mobil namun dicegah oleh Axel. Aerilyn mengkerutkan keningnya seolah berkata 'kenapa'. "Gue yang buka." Axel lalu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Aerilyn. Aerilyn hanya pasrah akan kelakuan Axel itu. Aerilyn berjalan meninggalkan Axel, Axel mengejarnya lalu menautkan jemari mereka.
"Xel lepas," ucap Aerilyn sambil mencoba melepaskan genggaman Axel. "Gak akan," jawab Axel enteng. Aerilyn hanya mendengus sebal saat semua mata memandangnya dan Axel. "Belajar yang baik ya sweet." Axel mengelus puncak kepala Aerilyn lalu pergi menuju kelasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments