Part 4

Aerilyn berjalan menelusuri koridor, dan dia melihat pria yang dulu pernah dia lihat di lapangan. Pria itu semakin dekat dengan Aerilyn berdiri dan pria itu berhenti di hadapan Aerilyn dengan tersenyum.

Aerilyn terpaku dengan senyuman itu, manis. "Hai," sapanya ramah masih dengan senyuman yang melekat di wajahnya. Aerilyn hanya berdehem menanggapi pria dihadapannya, ia harus waspada terhadap semua orang di dekatnya.

"Kenalin, nama gue Axel," ucap Axel dengan mengulurkan tangannya. “Aerilyn," jawab Aerilyn namun ia tak menerima uluran tangan itu. Axel hanya tersenyum dan menarik kembali tangannya. "Gue pergi dulu ya. Temen gue udah nyariin." Aerilyn hanya mengangguk dan melihat punggung itu menjauh dan hilang dari pandangannya.

Fiza datang lalu merangkul Aerilyn yang sedang berjalan di koridor. Aerilyn terkejut namun membiarkan hal itu. "Lo ngapain sama cowok tadi ?" tanya Fiza penasaran. Ya, Fiza melihat Aerilyn berpapasan dengan seorang most wanted sekolah.

"Gak ada apa-apa," jawab Aerilyn cuek. Aerilyn mulai mencoba terbiasa dengan keberadaan Fiza di sisinya. Dia mencoba dekat dengan Fiza. "Wah. curiga gue," jawab Fiza sambil memicingkan mata. "Apaan sih. Gak ada apa-apa," jawab Aerilyn lalu meninggalkan Fiza. Fiza mengejar Aerilyn bertepatan dengan bel masuk berbunyi.

🕳🕳🕳

"Na, ngantin yuk," ajak Fiza pada Aerilyn. "Males gue," jawab Aerilym singkat karena dia memang malas untuk kemana-mana. "Ayolah kali ini aja," mohon Fiza. Aerilyn menghela nafas pasrah dan melangkah meninggalkan kelas. Fiza yang melihatnya tersenyum lalu mengejar Aerilyn yang mulai menjauh.

Benar tebakan Aerilyn. Kantin telah di penuhi oleh siswa-siswi yang kelaparan. "Na, lo duduk disana dulu. Gue mau mesen, lo mesen apa ?" "Jus jeruk aja," ucap Aerilyn. Fiza mengangguk lalu meninggalkan Aerilyn. Aerilyn beranjak menuju meja yang kosong dan menunggu Fiza kembali.

Fiza kembali lalu mereka memakan makanan masing-masing. Aerilyn tak sengaja melihat Axel berada di pintu kantin, dia teringat pertemuannya dengan Axel tadi di koridor. "Eh Za, lo tau dia ?" tanya Aerilyn sambil menunjuk Axel. "Oh ya tau lah, dia most wanted di sekolah. Dia pindahan dari luar negeri,"

Aerilyn mangut-mangut mendengar perkataan Fiza. "Terus kenapa dia pindah ke sini ?" Fiza berfikir sejenak. "Katanya sih ayahnya dipindah tugaskan di daerah sini, jadi dia juga ikut pindah." Aerilyn mangut-mangut lagi mendengar itu. Tebakannya tidak salah bahwa dia pindahan dari luar negeri.

🕳🕳🕳

Hujan sepulang sekolah membuat Aerilyn mendengus sebal karena dia tidak bisa pulang. Aerilyn mengambil earphone lalu menyangkutkannya di telinganya. Hujan tak kunjung reda, Aerilyn sudah menunggu hingga 1 jam bahkan kakaknya tidak ada inisiatif untuk menjemputnya. Ya, kakaknya sudah keluar duluan dari sekolah ini karena misinya telah selesai sedangkan dirinya masih terjebak di sekolah ini karena ayahnya berkata bahwa ia masih ada misi di sekolah ini. Sebuah mobil berhenti dihadapannya yang membuat Aerilyn mengernyit bingung.

Axel menurunkan kaca jendela dan melihat wajah Aerilyn yang terlihat bingung.

"Masuk," katanya. "Gak usah, rumah gue deket," jawab Aerilyn. "Gak terima penolakan, masuk aja. Hujannya lama lagi redanya.” Aerilyn mendesah menurut dan duduk di kursi belakang dengan Axel.

Aerilyn melihat wajah teduh Axel, dan dia teringat senyuman yang Axel berikan padanya pagi tadi.

"Gue tau gue ganteng. Gak usah dilihatin gitu juga kali," jawab Axel masih menutup matanya. Aerilyn kicep langsung mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Rumah gue yang warna coklat," ucap Aerilyn sambil menunjuk rumahnya yang bercat coklat tua dan gerbang yang menjulang tinggi. Aerilyn hendak keluar namun ditahan oleh Axel. Axel melepas jaketnya lalu memberikannya pada Aerilyn. "Gak perlu, udah agak reda kok." "Ambil," jawab Axel memaksa. Aerilyn mengalah lalu mengambil jaket itu lalu memakainya. Aerilyn keluar dari mobil Axel setelah mengucapkan terima kasih.

🕳🕳🕳

Aerilyn turun dari kamar dengan setelan celana selutut dan kaos oblong berwarna hitam. Aerilyn melihat kakaknya menonton televisi, Aerilyn duduk di samping kakaknya dan ikut menonton. "Ngapain lo ? Tumben," tanya Rescha menatap adiknya. "Suka-suka guelah. Makan sana," ucap Aerilyn cuek. Rescha tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Pura-pura cuek tapi sebenarnya peduli, itulah adiknya.

"Ngapain senyum-senyum cepetan sana makan." Rescha berjalan menuju dapur dan mengambil cemilan. "Ngapain ngemil ? Makan nasi sana." "Bawel lo," ucap Rescha acuh. Aerilyn menuju dapur lalu kembali ke ruang keluarga dan menyodorkan sepiring nasi. "Makan," ucap Aerilyn datar. "Ululu, perhatian banget adek gue," ucap Rescha sambil mencubit pipi Aerilyn. "Apaan sih, b aja," jawab Aerilyn cuek.

Rescha mengambil makanan yang dibawa adiknya lalu memakannya. Rescha diam-diam melihat Aerilyn tersenyum. Rescha selesai makan dan dia memandang Aerilyn yang asik menonton televisi sambil memakan camilan. "Luka lo belum sembuh ?" tanya Rescha sambil menatap lengan adiknya yang masih menampakkan sedikit bekas luka. "Udah, tinggal ngilangin bekasnya aja." jawab Aerilyn tanpa memandang Recsha. "Pakai obatnya."

Aerilyn berdehem menanggapi kakaknya. "Kak," ucap Aerilyn memanggil kakaknya itu. "hmm," jawab Recsha. "Lo bisa lacak orang kan ?" tanya Aerilyn. "Bisa, emang kenapa ?" "Coba lo cari tau tentang orang ini." Ucap Aerilyn sambil menunjukkan foto Axel "siapa dia ?" tanya Rescha penasaran.

"Namanya Axel Vegard," jawab Aerilyn. Jangan tanya dia tahu nama lengkapnya dari siapa. Fiza, gadis yang selalu bersamanya beberapa minggu ini. "Bentar," jawab Rescha lalu mengambil laptop yang ada di kamarnya. Lima menit berlalu dan Rescha berhasil melacak Axel dengan kejeniusannya dalam merentas data-data.

"Udah nih," ucap Rescha sambil menunjukkan laptop nya. "Kirim ke email gue. Gue tunggu di kamar." Aerilyn menuju kamar lalu membuka laptopnya dan mulai membaca informasi tentang Axel. Kening Aerilyn berkerut saat membaca salah satu informasi itu namun dia di kagetkan oleh notifikasi dari ponselnya. Aerilyn lalu mengeceknya dan mendapati chat dari nomor tak dikenal.

xxxxx

night

Aerilyn memilih mengabaikannya dan kembali membaca lebih seksama informasi tentang Axel. Selena terperanjat saat kakaknya tiba-tiba masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Ngapain lo," tanyanya dingin. "Lo ngapain minta data Axel ? Lo suka sama dia ?" ucap Rescha kembali bertanya pada Aerilyn. "Ih apaan sih, gak lah. Gue pengen tau aja udah sana lo keluar." Aerilyn mendorong Rescha hingga keluar dari kamarnya lalu mengunci pintunya. Aerilyn beranjak menuju tempat tidurnya dan memilih untuk tidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!