Suami Sesiopat Bab 03

Terjebak dalam pemikiran kalut antara meninggalkan atau bertanggung jawab, Erik menyandarkan badan wanita itu. Pergi mencari salah satu pegawai untuk meminta bantuan.

"Maaf Pak kami tidak bisa memberi tahu informasi pelanggan," ucap sopan dan ramah Bertender, privasi pelanggan adalah prioritas.

"Masalahnya wanita itu dengan keadaan kacau, apa tega ditinggal seorang diri?" tanya Erik yang mudah terpancing emosi.

"Bapak siapanya ya?" pertanyaan balik kepada pria angkuh yang ngotot diberitahu wanita itu datang dengan siapa.

Sejenak Erik terdiam.

"Saya koleganya beliau," jawabnya mengambil kartu identitas.

Melihat nama yang tertera membuat mata Bertender sedikit berkedut, salah lawan. "Tadi beliau ikut pesta perayaan Pak bersama teman pria tetapi pria tersebut sudah pulang."

"Apa disini menyediakan penginapan?"

"Tidak Pak tetapi kalau Bapak mau di dekat sini ada motel diseberang jalan. Sayangnya hanya bisa dilewati dengan jalan kaki Pak," tawarnya mengira pasangan itu tengah kencan dan dimabuk asmara yang sudah tidak tertahan, membuat Bertender merekomendasikan penginapan terdekat.

Erik memutuskan membawa wanita asing itu ke penginapan tersebut, tidak ada pilihan lain. Pria macam apa yang tega meninggalkan sahabat atau kekasihnya di tempat umum seperti ini. Banyak orang jahat bertindak saat ada peluang. Erik membuka jas dengan sangat ber-damage membuat beberapa pasang mata menatap kagum. Mengenakannya ke tubuh Nada, menggendong wanita itu ke punggung atletisnya. Membiarkan baju kotor Nada menempel di kemejanya yang sama-sama putih.

Berjalan dengan sedikit terburu-buru menenteng tas perempuan di tangan kirinya, sementara tangan kanan sibuk menjaga tubuh wanita itu agar tidak terjatuh. Menengok kesana-kemari memilih jalan alternatif agar cepat sampai.

"Kau tahu kenapa aku bertindak sejauh ini, ha? Karena kau dengan lancang memenuhi pikiranku, mengingatkanku akan sesuatu," gumam Erik terengah-engah menyebrang jalan zebra cross saat lampu merah terpasang di perempatan jalan. Tibalah Erik dan Nada yang masih belum sadar di sebuah motel minimalis dengan lampu kuning temaram diluar. Mengurus registrasi dan langsung membawa ke kamar yang sudah disiapkan.

Membaringkan tubuh wanita itu dengan hati-hati, dengan dada naik turun. "Apakah aku selalu seperti ini merasa berempati saat melihat wanita berambut sebahu? Atau karena gadis yang dahulu ... ah sudahlah." Erik menatap lama wajah ayu bersemu merah itu dengan perasaan biasa, tidak membuatnya berdebar. Melihat noda baju berbau mie di dada baju wanita itu, Erik langsung membuka kemejanya dan tentu saja jiplakan noda menodainya. Mecium aroma tak sedap aroma mie bercampur keringat.

Hidungnya mengendus bau kemajanya. "Shit! Bau sampah jenis apa ini sampai kepalaku pusing."

Rasa menyesal Erik mencium bajunya sendiri.

Nada sedikit menggeliat menandakan dirinya sedikit sadar mendengar gerutuan seorang pria. Matanya yang berat Nada paksa membukanya lebar-lebar memperlihatkan punggung lebar kulit putih bertelanjang dada. Antara sadar dan tidak sadar tangan nakalnya ingin sekali menyentuh tubuh kekar itu, sayangnya keinginannya tidak tersampai. Hanya senyum singkat, padat, nggak jelas, seperti salah tingkah. Tubuhnya ingin berguling-guling.

Mendengar tawa cekikikan, Erik menoleh ke sumber suara, tangan beruratnya menghentikan dengan cepat gerakan badan wanita itu yang akan menempel di sprei putih. Napas lega Erik nodanya tidak akan menyebar kemana-mana. Erik langsung memakai kemejanya kembali dan pergi dari motel.

Pagi menjelang

Nada bangun dari tidur nyenyaknya, menguap seperti kuda nil. Sedikit shock matanya berkeliling mencari sesuatu, "Aku di mana ini, astaga?!" rasa pengar dan kepala sedikit pusing tidak di hiraukanan. "Hah! Ya ampun jam 07.40!" Jam tertera di layar gawainya. Langkah gusar Nada harus bersiap bekerja tetapi langkahnya terhenti. "Jas pria? Ini punya siapa? Tidak mungkin aku semalam membawa pria asing," tawa kecut Nada mendongakkan kepala. Tidak berpikir lama dirinya membawa jas itu dan berlari dengan penampilan yang kacau.

Dalam langkah berlari Nada memperbaiki dandanan rambut menyisir menggunakan jarinya, penciumannya terganggu oleh bau asem yang keluar dari bajunya. Membuat Nada terpaksa memakai jas pria yang kedodoran untuk menutupi noda dan bau tidak sedap.

"Pagi Mbak, saya mau registrasi pembayan untuk satu malam," papar Nada kepada petugas motel.

"Iya selamat pagi juga Kak tetapi tadi malam sudah dibayar oleh seorang laki-laki Kak," ujarnya membuat rasa penasaran Nada semakin tinggi, siapa pria itu? Terlepas dari masalah semalam dirinya sekarang tidak akan ambil pusing. Sekarang yang terpenting adalah pulang, mandi dan ke kantor.

Walaupun terlambat Nada tetap profesional, apapun nanti dirinya sudah siap diceramahi oleh sang atasan.

Berbeda dari yang dirinya pikirkan, banyak pasang mata menatapnya dengan intens. Membuat Nada menjadi pusat perhatian.

"Pagi semuanya... mm terlambat soalnya tadi bagun kesiangan," ucap Nada kikuk. Mungkin teman-temannya merasa sedikit kesal dirinya terlambat, pikirnya. Ternyata salah, para pegawai mamandang dengan tatapan yang tidak mengenakan, "Pantesan telat orang kerja sampingannya jadi sim--" ucapan lirih salah satu Pengacara yang terdengar oleh Nada dan terpotong dengan sapaan Jonathan.

"Hei Nad! Kemari sini ke ruanganku sebentar!"

Nada melangkah patuh memasuki ruangan pribadi Pengacara. "Jo, semalam kamu yang bawa aku ke motel, kan?" Tanya Nada antusias.

"Aku minta maaf Nad. Semalam aku juga mabuk berat sampai lupa janjiku akan mengantar pulang kamu."

"Terus siapa?"

"Sekarang yang lebih penting bukan itu. Aku tanya serius Nad, semalam kamu tidur dengan Erik?"

Nada tidak langsung menjawab keningnya berkerut. "Erik siapa?! Kamu nuduh aku Jo?" tanya Nada tak habis pikir.

"Lihatlah! Ini kamu, kan?" Jo menyodorkan gawainya memperlihatkan video dirinya dan seorang pria bertelanjang dada di sebuah kamar penginapan.

"Ini, ini hanya kesalahpahaman Jo. Kamu percaya dengan sepenggal bukti itu?"

Jo hanya diam.

"Oh ... itu alasan orang-orang melihatku dengan rendah?" tanya Nada menyeka anak rambutnya.

"Aku tidak bermaksud tidak percaya tapi coba lihatlah ini juga ada foto-foto kamu saat mabuk dan digendong," tutur Jonathan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Jadi orang kira aku wanita simpanan?"

Terpopuler

Comments

🌹untukmu kak

2024-05-03

0

anjurna

anjurna

Tau kotor kenapa kamu cium/Facepalm/

2024-04-22

0

anjurna

anjurna

Bertender nya pikirannya yang enggak-enggak aja nih/Sweat/

2024-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!