Zahira Ayesha Shaqil gadis cantik yang baru menginjakkan kakinya di Sekolah Nusa Pertiwi sekolah elit ibukota, panggil saja Zah. Zah adalah gadis berambut panjang, berkulit putih, hidung yang tak terlalu mancung namun pas dengan wajahnya, tatapan mata teduh di hiasi bulu mata lentik dan alis yang rapi, satu lagi yang selalu di bawa kemanapun adalah buku juga pena. Bukan karena hobi membaca namun ia sangat suka menggambar apapun yang terlihat menarik, seperti saat ini.
Di dalam kelas, Zah mengambil duduk di dekat jendela. Zah paling suka dengan awan dan pepohonan yang tertiup angin.
"Zah Lo gak mau ke kantin?" tanya Meca teman satu-satunya Zahira sejak Sekolah Menengah Pertama.
"Gue nitip boleh?"
"Males banget Lo jalan, punya kaki juga." Protes Meca.
"Tapi gue punya elo. besti gue yang baik." ucap Zah sambil terkekeh pelan memberi pujian.
"Thanks udah bilang gue baik. Lo mau nitip apa?"
"Air mineral sama roti aja."
Setelah itu Meca pergi.
Di dalam kelas, tepatnya di jam istirahat, ada beberapa siswa yang memilih untuk tidak ke kantin. salah satu nya adalah Zah sendiri.
Banyak yang menggoda Zah, namun Zah Abaikan. Zah memilih mendengarkan musik menggunakan headset yang di pasang ditelinga. Lalu membuka buku dan pena. Sambil melihat ke luar jendela, mencari objek yang menarik untuk di gambar.
Tatapan tertuju pada seseorang yang sedang tertidur di atas meja yang tersusun rapi. Dengan lengan menutupi kedua mata.
Zah menggerakkan jari jarinya, seakan mencoret coret secara asal bagi yang melihat. Namun tidak, Zah menggambar, seakan melukis pria yang tertidur di bagian sebrang bangunan yang agak rendah di banding kelasnya, membuat Zah dengan leluasa memperhatikan pria itu.
Zah tersenyum ketika melihat hasil coretannya dan melihat lagi ke arah pria itu. Zah masih tersenyum manis ke arah pria yang masih tertidur, namun senyum Zah hilang dengan cepat, karena pria itu melihat ke arah Zah.
Zah memalingkan wajah, bersamaan datangnya Meca yang membawa pesanan.
"Nih tuan putri cabang Jaksel, pesenan nya sudah datang." Ucap Meca memberikan air dan roti.
"Emang Lo yang terbaik."
*
"Nanti malem Lo mau turun balapan gak?" tanya Reno.
"Taruhannya berapa?"
"Uang 10 juta + cewe."
Aksa membuang puntung rokok lalu menginjak nya. "Gaskeun."
"Cewe buat Lo.10 jt buat gue." ucap Reno dengan bahagia.
"Kata siapa 10 jt buat Lo!?" Aksa seakan protes.
"Lah terus? duit Lo kan udah banyak bangsul." intruksi Reno.
"Yaa. Buat beli cewek lah." jawab Aksa sambil tertawa.
"Anjir. Tobat Lo tobat!"
"Wkwk.. Bercanda." Aksa tertawa melihat ekspresi kesal Reno.
Reno menggelengkan kepalanya melihat tingkah Aksa. Sebenarnya Reno tau jika Aksa bukan lelaki bad seperti yang apa orang kita, ia tahu sohibnya hanya berusaha menutupi rasa kesepian pada hidupnya, karena keduanya orang tua yang selalu sibuk tanpa mengingat Aksa.
Malam hari.
Sesuai perjanjian Aksara turun ke jalan untuk balapan.
Deruman kenalpot bersilinder mahal terdengar sangar dari motor sport seorang Aksara. Jika di Sekolah Nusa Pertiwi Aksa tak terlalu di gilai cewe cewe, berbeda jika di dunia malam. Sorak sorak terdengar menyerukan nama Aksa. Bukan karena motor sport mahalnya tapi juga karena wajahnya yang berkali kali lipat menjadi tampan jika mode balapan.
Ready! three .. Two.. One.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments