PLAK. PLAK.'
Terdengar suara tamparan keras yang mendarat di kedua pipi Aksara.
"Jika memang kamu tidak pintar, setidaknya kamu jangan menyusahkan papah!" ucap Roby, papah Aksara.
Aksara memegang pipinya, terdapat luka robek di bagian sudut bibir. Tak ada rasa sakit sedikit pun, justru Aksara terkekeh sambil melihat Roby. "Udah puas pukul Aksa?"
"AKSA. JANGAN JADI ANAK KURANG AJAR. SUDAH CUKUP KAMU MEMPERMALUKAN PAPAH, SETELAH KAMU BOLOS, NILAI KAMU JAUH DARI KATA BAIK DAN SEKARANG PAPAH HARUS Ke SEKOLAH KARENA KAMU MEMUKUL TEMAN KAMU." Roby berkata dengan menggebu gebu karena emosi, ia luapkan semua. Dirinya sangat lelah karena baru pulang dalam perjalan bisnis luar negeri. Dan kini harus menghadapi anaknya.
"Besok kamu akan membuat ulah apa lagi? Hah! Tidak naik kelas? Lakukan. Papah sudah muak mengurus kamu. Mamah kamu bahkan sampai saat ini belum pulang. Papah sudah terlalu pusing dengan kenakalan kamu."
Aksara mendengar semua perkataan Roby, sejujurnya sangat sakit. Karena kenyataannya adalah Roby tak pernah tahu apapun tentang dirinya. Bukankah seharusnya yang muak akan semua ini adalah dirinya?Tapi mengapa papahnya harus berkata seolah olah Aksara adalah kesalahan.
"Seperti apa yang papah inginkan dan ucapan papah adalah doa, tahun ini Aksa akan tinggal kelas. Dan jika papah udah muak sama anak papah ini, mulai sekarang papah gak perlu repot repot pulang hanya untuk memenuhi panggilan sekolah. Urus saja perusahaan papah dan mamah." setelah berkata seperti itu Aksa melangkah, bukan ke kamar tapi keluar rumah.
"AKSA, AKSARA." panggil Roby namun tak di hiraukan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu sudah menunjukan jam sembilan malam. Langit tanpa bintang menandakan bahwa hujan akan turun dan benar saja, motor sport Aksara melaju dengan kecepatan tinggi. Gerimis turun namun semakin banyak hujan yang membasahi jalan aspal malam ini. Tak mau ambil resiko, Aksara pun menepikan motor di halte. Salah satu prinsip dalam hidupnya adalah 'emosi boleh, tapi jangan sampai mati.' Yakali, udah spek Valentino Rossi tapi harus jatuh karena memaksakan melaju di tengah derasnya ujan. itu bukanlah seorang Aksara.
Aksara mematikan mesin motor lalu turun dan berjalan sambil membuka helm full face nya kemudian di letakkan disamping ia duduk. Aksa mengguyar rambut yang sedikit basah ke belakang. Ini adalah salah satu act attack yang membuat para wanita berteriak histeris, karena kadar ketampanan seorang Aksara meningkat, namun sayang tak ada gadis atau perempuan muda di sekitar halte, yang ada hanya satu wanita paruh baya yang duduk dengan beberapa kantung bawaan.
Tak lama. Seorang gadis cantik berlari sambil membawa payung dan buku yang di peluk dan rambut yang tergerai indah itu basah.
Gadis itu adalah Zah. Zah yang memang sedang mencari buku, harus menghindari hujan walaupun membawa payung, karena derasnya hujan membuat Zah harus berteduh di halte.
Zah menutup payung, karena ia sudah memberi kabar pada sang supir agar menjemputnya.
Zah tersenyum ramah pada wanita paruh baya itu. Lalu duduk sambil mengelap wajahnya yang basah dengan tisu.
Tak lama mobil yang berlogo Yamaha itu berhenti lalu membunyikan klakson. Zah tahu itu sang supir pun berdiri.
"Bu saya duluan ya. Ini payungnya silahkan di gunakan." ucap Zah dengan sopan.
Dibalas dengan anggukan oleh wanita paruh baya itu.
Lalu Zah masuk kedalam mobil meninggalkan halte.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments