Sisi Lain Reta
Seorang gadis beranjak dewasa dengan segala kesendirian yang dia rasakan berjalan di tengah hiruk-pikuknya pusat kota dengan headset di telinganya dan tangan yang bersembunyi di kantong depan Hoodie yang dia kenakan menuju tempat dimana dia bekerja sebagai pekerja paruh waktu.
Setiba di tempat kerja dia langsung ke tempat penyimpanan barang pribadi dan melepaskan Hoodie yang dia pakai bergantian pakaian seragam kerja, menuju tempat kasir menggantikan sif temannya.
Dengan sikap dinginnya dia melayani setiap pembeli yang akan melakukan pembayaran. Selesai melayani dai pun merapihkan tiap etalase barang dan sesekali mengisi bagian yang kosong.
Malam itu segerombolan anak muda seusianya datang untuk berbelanja, saat itu pun dia kembali ke tempat kasirnya untuk melakukan transaksi. Namun tak menyangka jika dari segerombolan anak muda itu mengenal pegawai paruh waktu itu dan menyapanya.
" Reta " .
Mendengar seseorang memanggil nya sejenak dia berhenti dari saat sedang menghitung belanjaannya dan mengangkat kelapanya yang tertunduk.
" benar, kamu Reta kan, kamu kerja disini "
" kamu kenal dia Zen " tanya salah satu temannya.
" dia teman sekelas ku waktu SMP, iyakan " seakan mempertegas keyakinannya.
Sementara Reta hanya terdiam tak mengeluarkan sepatah katapun dan melanjutkan penghitungan belanja temannya.
" kenapa diam saja, kita pernah satu kelas kan " menghentikan tangan Reta.
Reta pun mengiyakan meski dengan nada rendah dan kembali melanjutkan penghitungan dan menjumlahkan semuanya.
Salah satu temannya Zen pun membayarnya.
" dasar " dimana Zen yang bernada kesal kepada Reta dan meninggalkan toko.
Reta tak menyangka akan bertemu dengan temannya yang pernah memberikan kesan buruk dan perlakuan buruk terhadapnya. Kembali teringat akan semua perbuatan Zen padanya dulu, dimana dia selalu mendapatkan perundungan dari Zen, rasa marah dan benci pun kembali dia rasakan dengan mengepal tangannya di atas meja berharap suatu saat nanti dia bisa membalas perbuatan Zen terhadapnya.
Dengan perasaan kesal Reta tetap menyelesaikan pekerjaannya.
Sementara itu Zena yang akrab di panggil Zen membicarakan pertemuan nya dengan Reta bersama teman-temannya.
" Zen serius kamu satu kelas dengan pegawai tadi "
" iya, meski gak begtu akrab. Dia itu lemah sering kita ajak main "
" oh iya,, gimana kalo kita ajak main lagi "
" ide bagus tuh, kita tungguin dia pulang "
" boleh ".
Waktu sudah menunjukkan larut meski belum tengah malam namun jam kerja Reta sudah berakhir, Reta pun keluar toko dan menuju arah pulang. Berjalan sembari menggunakan headset seperti biasa.
Namun Reta tak menyangka jika Zena menunggunya di tempat yang agak gelap, saat berjalan Reta jatuh karena tersandung kaki Zena yang dengan sengaja dia lakukan.
" oops, sorry " ledeknya. semua teman Zena tertawa
Reta tetap diam meski terjatuh dan menahan rasa sakit di tangan nya dan kembali berdiri.
" sudah lama kita tidak bermain Reta " ajak Zena
Reta tak menjawab dan terus berjalan, namun Zena menghentikan langkahnya dengan memegang tangan Reta dengan keras.
" aw,, sakit " ujar Reta
" makanya kalo di ajak ngomong itu jawab jangan diam aja, kebiasaan banget ". Reta hanya diam dan melihat ke arah Zena dengan rasa benci yang dalam.
" apa lihat-lihat, hah !! berani kamu " melayangkan tangan dan menoyor kepala Reta, namun Reta tetap diam.
" dasar pengecut " Zena berjalan melewati Reta.
" kamu yang pengecut " ujar Reta.
Mendengar hal itu Zena menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri Reta " apa kamu bilang, pengecut !! udah berani kamu sama aku, hah !! "
" kamu emang gak berubah, beraninya cuma keroyokan ". Mendengar perkataan Reta, Zena merasa marah seakan harga dirinya terluka.
" heh, dengar ya aku bersumpah akan hancurkan hidup kamu " menarik kerah baju dan mendorong Reta ke tembok dengan keras.
" kamu yang akan hancur "
Melihat hal yang di lakukan Zena, segera temannya menghentikan dan melepaskan tangan Zena " udah Zen, kita pulang "
Zena melepaskan dan mengancam " awas kamu " segera meninggalkan Reta.
" dasar jalang " gumam Reta.
Reta membuka pintu rumah dan masuk dengan sikap dinginnya mengacuhkan apa yang ada di hadapnya termasuk ayahnya yang sedang berbaring di sofa sembari menonton televisi.
" Reta, ibumu menelpon dia bilang besok kamu harus menemuinya "
Kedua orang tua Reta sudah berpisah saat Reta berusia 8 tahun dan saat ini Reta hidup dengan ayahnya yang seorang pekerja serabutan, sedangkan ibunya sudah menikah lagi dengan laki-laki selingkuhannya. Sejak saat itu hidup Reta berubah, dia membenci orangtuanya dan lebih memilih menyendiri. karena kesendiriannya membuat Reta mudah di rundung saat masih kecil namun dia tak berani untuk bicara pada ayahnya karena terkadang ayahnya sibuk bekerja dan ibunya pun sibuk dengan urusannya sendiri.
Ayah Reta menghampiri Reta di kamar dan menegaskan kembali perkataannya " Reta, kamu dengar apa yang ayah katakan "
Reta berbalik " iya ". Ayah pun kembali menutup pintu kamar dan kembali menonton televisi.
Sementara Reta duduk bangku belajarnya, membuka buku pelajaran dan mempersiapkan pelajaran untuk besok karena dia masih duduk di bangku SMA akhir dan harus mempersiapkan diri untuk ujian meski saat bekerja paruh waktu. Termasuk siswa yang pintar meski dengan sikap dinginnya. Bekerja mendapatkan uang untuk biaya masuk perguruan tinggi yang dia inginkan dia lakukan semenjak dia usia 12 tahun, meski ada ayah yang bekerja namun tak cukup untuk kebutuhannya dan terkadang ayahnya pun tak memberikan uang padanya jadi dia harus berusaha sendiri.
Selesai belajar dia bersiap untuk tidur. Terdengar notifikasi dari handphone nya dia membukanya dan mendapatkan pesan dari ibunya,
" besok jangan lupa mampir ke sini ya "
Reta hanya membacanya dan enggan untuk membalasnya.
Saat hendak tidur, Reta teringat akan kejadian yang dia alami hari ini, iya dia teringat akan perlakuan Zena terhadapnya dan itu membuat dia beranjak dari tidurnya dan duduk di tempat tidurnya, rasa marah, benci berkecamuk di hati dan pikirannya rasa ingin membalaskan dendamnya muncul bersama amarah yang memuncak sehingga membuatnya merasakan sakit di kepala yang begitu luar biasa, segera tangannya meraih sebuah botol plastik kecil yang berisikan obat penghilang rasa sakit dan meminumnya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya berharap pikiran jahatnya hilang dan dia bisa tidur tanpa di rasa sakit.
Pagi hari Reta bangun seperti biasa, membersihkan rumah dan menyiapkan makan untuk ayah dan dirinya, sang ayah juga bersiap untuk bekerja dan duduk bersama menikmati sarapan, siaran televisi mengabarkan bahwa "seorang wanita di temukan dalam keadaan tidak bernyawa di sebuah bangunan kosong di pinggir kota, mayatnya yang di penuhi luka tusukan dan kepala yang remuk akibat pukulan benda keras" . Mendengar berita itu Reta terdiam sejenak lalu melanjutkan kembali makannya.
" kasian sekali wanita itu masih muda udah ninggal, memang ya ajal itu tidak ada yang tahu " tutur ayah.
" makanya kamu harus hati-hati kalo pulang malam, di usahain jangan terlalu malam kalo pulang. Penjahat jaman sekarang ngeri-ngeri "
tambahnya.
Reta tetap makan dan tak mengindahkan perkataan sang ayah.
" apa mau ayah jemput kamu pulang kerja nanti "
" gak usah, ayah lakukan saja urusan ayah " jawab Reta.
Jawaban dengan nada datar dan dingin pun membuat ayahnya kikuk dan melanjutkan makannya.
Reta beranjak dari duduk membereskan makanannya dan bersiap untuk berangkat.
" aku berangkat dulu "
" tunggu " ayah mengeluarkan uang dari kantong dan memberikannya kepada Reta.
" uang apa ini " tanya Reta.
" buat beli keperluan kamu, ayah cuma punya segitu "
" oh " jawab lirih nya. Reta pun berangkat sekolah.
" dasar tidak tau terimakasih " gumam nya dan kembali melanjutkan makan.
Disekolah banyak anak-anak berbicara tentang peristiwa yang tersiar di berita pagi ini, iya tentang wanita yang tewas di bunuh dengan berbagai macam luka. Sebagian dari mereka mengenal wanita itu, Meraka tak menyangka jika temannya mati dengan kondisi yang begitu memperihatinkan.
Saat Reta duduk di bangkunya, salah satu teman kelasnya bertanya soal wanita yang di bunuh itu.
" Reta, kamu lihat berita tadi pagi gak "
" lihat "
" kamu tau kan siapa yang dibunuh itu "
" Zena "
" iya, Zena yang dulu satu SMP sama kita, dengar-dengar nih ya yang bunuhnya itu punya dendam sama dia dan saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan "
" penyelidikan " seketika langkahnya terhenti
" iya, semoga aja pelakunya tertangkap, kasian orang tuanya, dia kan anak satu-satunya "
Reta hanya mendengarkan omongan temannya dan terus berjalan menuju kelas.
Meski tak menyangka bahwa Zena di bunuh, namun jauh dalam hatinya Reta merasa tenang dan berfikir tidak akan ada yang merundungnya lagi. Pemikiran dan imajinasinya yang selama ini dia bayangkan seolah terlaksana oleh orang lain dan itu membuatnya sedikit bernafas lega karena orang yang selalu merundungnya kini tidak ada akan pernah muncul lagi di hadapannya.
Masa lalu telah berakhir, namun bukan hanya Zena saja yang merundungnya di sekolah saat ini pun dia mendapatkan perundungan meski tak terlalu parah seperti apa yang di lakukan Zena dulu, namun tetap saja Reta mendapatkannya.
Seorang siswa yang selalu mengganggunya membuat dia marah namun tak bisa
dia lawan karena bagaimana pun tenaga laki-laki sangatlah kuat di bandingkan dirinya, Reta hanya bisa terima meski dalam hatinya sangat marah terhadap laki-laki itu. Tak ada yang berani melawannya karena laki-laki itu merupakan anak dari pemilik yayasan ternama yang selalu menyumbangkan sebagian hartanya untuk sekolah mereka, laki-laki yang sok berkuasa, laki-laki yang sombong dan arogan membuat nya merasa sangat istimewa, tak hanya pada Reta terhadap siswa-siswi lain pun dia seperti itu. Banyak yang membencinya dan banyak pula yang mendekatinya karena kekayaan orang tua dan ketampanannya dan tak sedikit pula siswa yang mendapatkan perlakuan tak pantas darinya.
Saat jam istirahat Reta berjalan di lorong sekolah menuju kelas, dia berpapasan dengan Nico anak yang arogan nan sombong itu dengan sikapnya yang dingin itu Reta melewati Nico, merasa di rendahkan Nico pun berhenti dan menegur Reta,
" heh " menoleh ke arah Reta.
Reta pun berhenti dan menoleh juga, " ada apa " tanya nya
" udah mulai bertingkah ya Lo " Nico mendekat dan sedikit mendorong bahu Reta.
" maksudnya "
" elo tau kan siapa gue " tegas Nico
" Nico, iya kan "
" waah,, udah mulai ngelawan nih anak, songong juga Lo rupanya. Mau ngelawan gue, hah!! "
Reta tak merespon perkataan Nico dan berbalik meninggalkan Nico menuju kelasnya.
Mendapat perlakuan seperti itu merasa harga dirinya terluka, karena selama ini dia tidak ada yang berani padanya termasuk Reta, namun kini Reta yang dia rundung melakukan perlawanan dan itu membuat Nico tidak terima. Nico mengejar Reta ke kelas menarik bahu Reta meremas kerah baju Reta, saat itu Reta hanya diam tanpa ekspresi apapun.
" Lo udah berani kurang ajar sama gue, Lo harus tanggung akibatnya, ngerti Lo " melepaskan remasan kerah baju Reta mendorongnya lalu pergi.
Reta hanya senyum sinis dan merapikan kembali kerah bajunya lalu duduk di bangku sembari mendengarkan musik di headset nya menatap ke luar jendela dan merasakan hembusan angin dari luar, memejamkan mata dan menikmati musik.
Melihat tingkah Reta yang tak biasa membuat teman 1 kelasnya merasa heran dan bertanya-tanya namun meraka enggan untuk bertanya dan melanjutkan kegiatan mereka sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments