antara mimpi dan bukan

   Saat keluar dari sekolah Reta melihat 2 orang polisi di depan sekolahnya seakan sedang menunggu seseorang, Reta tetap berjalan seperti biasa.

" permisi " ujar pak polisi.

Reta berhenti dan melepas headset dari telinganya.

" kamu Reta "

" iya saya Reta, ada apa ya pak "

" maaf kami mengganggu waktumu, bisa berbicara sebentar "

" iya " dengan anggukan pelan.

Kedua polisi itu pun menurut suatu tempat untuk berbicara dengan Reta, tentu mengenai kasus yang sedang mereka kerjakan, iya kasus pembunuhan seorang wanita.

" begini, kami sedang dalam penyelidikan kasus wanita dibunuh, kamu tau kan beritanya "

" iya saya tau, lantas apa hubungannya dengan saya ya pak "

" begini, kamu ada hubungan apa sama Zena, soalnya terlihat di cctv orang terakhir yang bertemu Zena adalah kamu "

" saya teman SMP nya dan kami tidak punya hubungan apapun "

" lalu kenapa kalian bertemu " tanya pak polisi.

" dia yang mengajak untuk bertemu "

" larut malam "

" dia memaksa saya untuk bertemu, ini pesan yang dia kirim " menunjukan percakapan mereka .

Pak polisi pun meraih handphone Reta dan melihat isi pesannya.

" kalo boleh tau, untuk apa Zena mengajak ketemuan di saat malam "

" dia meminta maaf "

" meminta maaf untuk apa "

" saya tidak tau untuk apa, setelah minta maaf dia langsung pergi dan saya pulang "

" ooh begitu ya, terimakasih atas waktunya, maaf sudah menganggu "

" sama-sama "

Kedua polisi itu pun pergi begitupun dengan Reta yang sudah terlambat untuk bekerja.

Sesampainya di toko, dia bergegas berganti pakaian dan menuju area kasir.

" tumben kamu telat hari ini " ujar penjaga toko sebelumnya

" maaf, tadi ada urusan dulu "

" oohh ya sudah, aku pulang dulu ya "

" maaf ya udah telat "

" iya gak apa-apa ". Penjaga itupun pulang dan Reta menggantikannya sampai malam.

Pekerjaan yang selalu dia kerjakan sesudah pulang sekolah. Menjadi kasir di sebuah toko dan sekaligus menjaga, menyortir barang dan merapihkan barang, dia termasuk anak yang rajin di usianya.

Saat sedang merapikan barang jualannya, Reta melihat seorang anak yang sedang di rundung oleh teman-temannya, Reta terus memperhatikan mereka dan teringat dengan apa yang dia alami dulu, rasa marah pun muncul dan tanpa sadar dia mengepalkan tangannya. Seketika ada seseorang yang memanggilnya untuk melakukan pembayaran dan saat itu Reta tersadar lalu menghampiri pembeli dan melakukan transaksi.

Selesai melakukan transaksi, Reta pun kembali bekerja.

Tak terasa malam pun tiba, Reta istirahat sejenak untuk makan. Handphone nya berdering terlihat panggilan masuk dari ibunya yang merasa pesannya terus di abaikan, Reta menerima panggilannya,

 " halo, ada apa " nada males

" Reta kenapa kamu gak kesini, ibu beberapa kali kirim pesan tak ada yang kamu balas, ibu sudah menunggu kamu "

" memangnya ada apa aku harus kesana "

" hari ini kan ulang tahun kamu, ibu sudah masak buat kamu, kamu kesini ya "

" aku gak bisa kesana, buat ibu saja masakannya "

" Reta kamu kenapa sih kaya gitu, masih marah sama ibu, ibu kan udah minta maaf sama kamu, dan kamu juga harusnya ngerti dong "

Tanpa basa-basi apapun Reta menutup telponnya dan melanjutkan pekerjaannya.

" kalian yang harusnya ngerti, dasar " gumamnya.

Tak terasa sudah hampir larut, selesai mengisi barang yang kosong Reta pun bersiap untuk pulang. Saat menuju pulang tiba-tiba Reta merasakan sakit kepala segera dia mengambil obat dari tasnya dan meminumnya, dia duduk sejenak di tempat duduk umum sembari memegangi kepalanya dan berharap jika rasa sakitnya hilang, namun dia tetap merasa kesakitan dan tak sadarkan diri, beberapa orang yang masih lalu-lalang bergegas menolongnya dan membawanya ke klinik terdekat.

Terlihat seorang wanita yang tergeletak lemas dan mengeluarkan darah di bagian kepalanya, kemudian di tariknya kaki si wanita itu ketempat yang lebih gelap, di tusuk lah seluruh tubuhnya dengan membabi-buta seakan melampiaskan semua kebenciannya terhadap wanita itu, tanpa ampun meski sudah tak bernyawa lagi dia terus menusuknya sehingga darah pun bergenang, terlihat senyuman di wajah sang pelaku seolah menikmati apa yang dia lakukan, merasa sudah puas dengan perbuatannya sang pelaku pun meninggalkan tempat itu dengan senyuman lepas puas.

Seketika Reta terbangun dari tidurnya, berharap itu hanya mimpi belaka, namun ada sedikit keresahan dalam dirinya, mimpi itu terasa nyata dan seakan-akan dia sendiri yang mengalaminya, perbuatan sang pelaku di mimpinya itu seakan-akan menunjukkan bahwa dirinya lah yang melakukannya dan wanita yang menjadi korbannya pun terlihat jelas jika itu Zena, apa arti semua ini?.

Reta merasa sesak dengan apa yang dia impikan, dia beranjak dari tempat tidur dan mengambil segelas air lalu meminumnya, duduk di lantai dan menepuk dadanya yang terasa sesak dan berharap dalam hati jika itu tidaklah benar dan hanya mimpi bukan kenyataan.

Sang ayah mengetuk pintu kamar Reta dan membukanya, melihat Reta yang kesakitan karena sesak ayah pun segera menghampirinya,

" Reta kamu gak apa-apa, kamu kenapa "

Reta terus menepuk pelan dadanya yang terasa sesak.

" nak kamu kenapa, kita ke rumah sakit ya "

sembari mengambilkan minum.

Sedikit lebih tenang dan lemas Reta pun beranjak dari lantai dan duduk di tempat tidurnya.

" kamu kenapa nak, kita kerumah sakit aja yuk " ayah yang begitu panik melihat sang anak seperti itu.

" gak usah, aku udah gak apa-apa ko "

" beneran gak apa-apa "

" udah baikan " sesekali mengatur nafas

" kamu kalo sakit jangan maksain kerja, biar ayah saja yang kerja "

" aku mau siap-siap dulu, ayah keluar aja dari kamarku "

" baiklah, kalo kamu gak apa-apa, ayah berangkat kerja dulu, sarapannya sudah ada siapin di meja " ayah pun keluar kamar dan berangkat bekerja.

Sementara Reta bersiap untuk berangkat sekolah .

Berjalan sembari mendengarkan musik menggunakan headset menuju sekolah, Reta berjalan melewati kerumunan orang, ada petugas kepolisian yang menjaga, ada pula ambulan yang terparkir di samping rumah itu, dan orang-orang yang berdesakan seolah ingin tau apa yang terjadi di dalam rumah itu, merasa penasaran Reta pun ingin melihatnya, keluarlah petugas ambulan membawa satu orang wanita yang sudah tak bernyawa dengan darah yang masih terlihat segar.

" apa ini pembunuhan " ujar salah satu warga

" seperti nya begitu, sudah dua kali dalam sebulan ini kasus pembunuhan di daerah kita " tambah warga lain

Sedikit terbuka penutup jenazah dan terlihat wajah sang korban, dia adalah seorang anak remaja yang pernah Reta lihat di samping toko tempat dia bekerja, Reta yang melihatnya sedikit tertegun dan sekilas dia ingat akan perlakuan remaja itu dan melanjutkan langkahnya berjalan menuju sekolah.

Sesampainya di sekolah, Reta di hadang oleh Nico si anak sombong.

" heh " menghentikan langkah Reta.

Reta pun berhenti dan menatap Nico dengan tatapan bencinya.

" apa lihat-lihat, hah " . Tak merespon Reta pun berpindah jalur, namun kembali di hadang Nico.

" mau kemana Lo "

" minggir gak " ucap ketus Reta

" gak, mau apa Lo " . Reta tetap berjalan, namun dia di tarik dan di dorong yang akhirnya punggungnya menabrak tembok, di raih lah kerah baju Reta, namun Reta tetap diam.

" urusan kita belum selesai "

" gak ada urusan sama Lo " melepaskan tangan Nico yang mencengkram bajunya lalu pergi menuju kelas.

Merasa sangat terluka harga dirinya Nico menarik Reta dan menamparnya , plakk tamparan yang keras bagi Reta.

" kurang ajar Lo ya "

" dasar pengecut kau " memegangi pipi kirinya lalu pergi menuju kelas.

Siswa yang berada disana pun melihat pertengkaran mereka sebagian dari mereka merasa kasihan terhadap Reta dan benci terhadap Nico, ada pula yang salut terhadap perlawanan Reta terhadap Nico, karena sejauh ini belum ada siswa yang berani melawan meski dengan kata-kata.

Nico yang merasa di permalukan semakin besar rasa bencinya terhadap Reta.

Reta duduk di bangkunya sembari memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan yang dia terima menambah kebenciannya terhadap Nico, berharap bisa membalas atas perbuatannya.

Salah satu teman sekelasnya menghampiri Reta memastikan keadaanya dan memberikan salep pereda nyeri.

" pakai ini "

" terimakasih " menerimanya

" sini aku bantu pakaikan " membuka tutup salep dan mengoleskannya di pipi Reta. Terasa perih Reta pun sedikit menoleh.

" perih ya, maaf ya, ini pelan-pelan ko "

" Terimakasih ya "

" sama-sama ". Selesai mengoleskan salep temannya pun keluar ruangan dan pelajaran pun di mulai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!