Seorang gadis beranjak dewasa dengan segala kesendirian yang dia rasakan berjalan di tengah hiruk-pikuknya pusat kota dengan headset di telinganya dan tangan yang bersembunyi di kantong depan Hoodie yang dia kenakan menuju tempat dimana dia bekerja sebagai pekerja paruh waktu.
Setiba di tempat kerja dia langsung ke tempat penyimpanan barang pribadi dan melepaskan Hoodie yang dia pakai bergantian pakaian seragam kerja, menuju tempat kasir menggantikan sif temannya.
Dengan sikap dinginnya dia melayani setiap pembeli yang akan melakukan pembayaran. Selesai melayani dai pun merapihkan tiap etalase barang dan sesekali mengisi bagian yang kosong.
Malam itu segerombolan anak muda seusianya datang untuk berbelanja, saat itu pun dia kembali ke tempat kasirnya untuk melakukan transaksi. Namun tak menyangka jika dari segerombolan anak muda itu mengenal pegawai paruh waktu itu dan menyapanya.
" Reta " .
Mendengar seseorang memanggil nya sejenak dia berhenti dari saat sedang menghitung belanjaannya dan mengangkat kelapanya yang tertunduk.
" benar, kamu Reta kan, kamu kerja disini "
" kamu kenal dia Zen " tanya salah satu temannya.
" dia teman sekelas ku waktu SMP, iyakan " seakan mempertegas keyakinannya.
Sementara Reta hanya terdiam tak mengeluarkan sepatah katapun dan melanjutkan penghitungan belanja temannya.
" kenapa diam saja, kita pernah satu kelas kan " menghentikan tangan Reta.
Reta pun mengiyakan meski dengan nada rendah dan kembali melanjutkan penghitungan dan menjumlahkan semuanya.
Salah satu temannya Zen pun membayarnya.
" dasar " dimana Zen yang bernada kesal kepada Reta dan meninggalkan toko.
Reta tak menyangka akan bertemu dengan temannya yang pernah memberikan kesan buruk dan perlakuan buruk terhadapnya. Kembali teringat akan semua perbuatan Zen padanya dulu, dimana dia selalu mendapatkan perundungan dari Zen, rasa marah dan benci pun kembali dia rasakan dengan mengepal tangannya di atas meja berharap suatu saat nanti dia bisa membalas perbuatan Zen terhadapnya.
Dengan perasaan kesal Reta tetap menyelesaikan pekerjaannya.
Sementara itu Zena yang akrab di panggil Zen membicarakan pertemuan nya dengan Reta bersama teman-temannya.
" Zen serius kamu satu kelas dengan pegawai tadi "
" iya, meski gak begtu akrab. Dia itu lemah sering kita ajak main "
" oh iya,, gimana kalo kita ajak main lagi "
" ide bagus tuh, kita tungguin dia pulang "
" boleh ".
Waktu sudah menunjukkan larut meski belum tengah malam namun jam kerja Reta sudah berakhir, Reta pun keluar toko dan menuju arah pulang. Berjalan sembari menggunakan headset seperti biasa.
Namun Reta tak menyangka jika Zena menunggunya di tempat yang agak gelap, saat berjalan Reta jatuh karena tersandung kaki Zena yang dengan sengaja dia lakukan.
" oops, sorry " ledeknya. semua teman Zena tertawa
Reta tetap diam meski terjatuh dan menahan rasa sakit di tangan nya dan kembali berdiri.
" sudah lama kita tidak bermain Reta " ajak Zena
Reta tak menjawab dan terus berjalan, namun Zena menghentikan langkahnya dengan memegang tangan Reta dengan keras.
" aw,, sakit " ujar Reta
" makanya kalo di ajak ngomong itu jawab jangan diam aja, kebiasaan banget ". Reta hanya diam dan melihat ke arah Zena dengan rasa benci yang dalam.
" apa lihat-lihat, hah !! berani kamu " melayangkan tangan dan menoyor kepala Reta, namun Reta tetap diam.
" dasar pengecut " Zena berjalan melewati Reta.
" kamu yang pengecut " ujar Reta.
Mendengar hal itu Zena menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri Reta " apa kamu bilang, pengecut !! udah berani kamu sama aku, hah !! "
" kamu emang gak berubah, beraninya cuma keroyokan ". Mendengar perkataan Reta, Zena merasa marah seakan harga dirinya terluka.
" heh, dengar ya aku bersumpah akan hancurkan hidup kamu " menarik kerah baju dan mendorong Reta ke tembok dengan keras.
" kamu yang akan hancur "
Melihat hal yang di lakukan Zena, segera temannya menghentikan dan melepaskan tangan Zena " udah Zen, kita pulang "
Zena melepaskan dan mengancam " awas kamu " segera meninggalkan Reta.
" dasar jalang " gumam Reta.
Reta membuka pintu rumah dan masuk dengan sikap dinginnya mengacuhkan apa yang ada di hadapnya termasuk ayahnya yang sedang berbaring di sofa sembari menonton televisi.
" Reta, ibumu menelpon dia bilang besok kamu harus menemuinya "
Kedua orang tua Reta sudah berpisah saat Reta berusia 8 tahun dan saat ini Reta hidup dengan ayahnya yang seorang pekerja serabutan, sedangkan ibunya sudah menikah lagi dengan laki-laki selingkuhannya. Sejak saat itu hidup Reta berubah, dia membenci orangtuanya dan lebih memilih menyendiri. karena kesendiriannya membuat Reta mudah di rundung saat masih kecil namun dia tak berani untuk bicara pada ayahnya karena terkadang ayahnya sibuk bekerja dan ibunya pun sibuk dengan urusannya sendiri.
Ayah Reta menghampiri Reta di kamar dan menegaskan kembali perkataannya " Reta, kamu dengar apa yang ayah katakan "
Reta berbalik " iya ". Ayah pun kembali menutup pintu kamar dan kembali menonton televisi.
Sementara Reta duduk bangku belajarnya, membuka buku pelajaran dan mempersiapkan pelajaran untuk besok karena dia masih duduk di bangku SMA akhir dan harus mempersiapkan diri untuk ujian meski saat bekerja paruh waktu. Termasuk siswa yang pintar meski dengan sikap dinginnya. Bekerja mendapatkan uang untuk biaya masuk perguruan tinggi yang dia inginkan dia lakukan semenjak dia usia 12 tahun, meski ada ayah yang bekerja namun tak cukup untuk kebutuhannya dan terkadang ayahnya pun tak memberikan uang padanya jadi dia harus berusaha sendiri.
Selesai belajar dia bersiap untuk tidur. Terdengar notifikasi dari handphone nya dia membukanya dan mendapatkan pesan dari ibunya,
" besok jangan lupa mampir ke sini ya "
Reta hanya membacanya dan enggan untuk membalasnya.
Saat hendak tidur, Reta teringat akan kejadian yang dia alami hari ini, iya dia teringat akan perlakuan Zena terhadapnya dan itu membuat dia beranjak dari tidurnya dan duduk di tempat tidurnya, rasa marah, benci berkecamuk di hati dan pikirannya rasa ingin membalaskan dendamnya muncul bersama amarah yang memuncak sehingga membuatnya merasakan sakit di kepala yang begitu luar biasa, segera tangannya meraih sebuah botol plastik kecil yang berisikan obat penghilang rasa sakit dan meminumnya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya berharap pikiran jahatnya hilang dan dia bisa tidur tanpa di rasa sakit.
Pagi hari Reta bangun seperti biasa, membersihkan rumah dan menyiapkan makan untuk ayah dan dirinya, sang ayah juga bersiap untuk bekerja dan duduk bersama menikmati sarapan, siaran televisi mengabarkan bahwa "seorang wanita di temukan dalam keadaan tidak bernyawa di sebuah bangunan kosong di pinggir kota, mayatnya yang di penuhi luka tusukan dan kepala yang remuk akibat pukulan benda keras" . Mendengar berita itu Reta terdiam sejenak lalu melanjutkan kembali makannya.
" kasian sekali wanita itu masih muda udah ninggal, memang ya ajal itu tidak ada yang tahu " tutur ayah.
" makanya kamu harus hati-hati kalo pulang malam, di usahain jangan terlalu malam kalo pulang. Penjahat jaman sekarang ngeri-ngeri "
tambahnya.
Reta tetap makan dan tak mengindahkan perkataan sang ayah.
" apa mau ayah jemput kamu pulang kerja nanti "
" gak usah, ayah lakukan saja urusan ayah " jawab Reta.
Jawaban dengan nada datar dan dingin pun membuat ayahnya kikuk dan melanjutkan makannya.
Reta beranjak dari duduk membereskan makanannya dan bersiap untuk berangkat.
" aku berangkat dulu "
" tunggu " ayah mengeluarkan uang dari kantong dan memberikannya kepada Reta.
" uang apa ini " tanya Reta.
" buat beli keperluan kamu, ayah cuma punya segitu "
" oh " jawab lirih nya. Reta pun berangkat sekolah.
" dasar tidak tau terimakasih " gumam nya dan kembali melanjutkan makan.
Disekolah banyak anak-anak berbicara tentang peristiwa yang tersiar di berita pagi ini, iya tentang wanita yang tewas di bunuh dengan berbagai macam luka. Sebagian dari mereka mengenal wanita itu, Meraka tak menyangka jika temannya mati dengan kondisi yang begitu memperihatinkan.
Saat Reta duduk di bangkunya, salah satu teman kelasnya bertanya soal wanita yang di bunuh itu.
" Reta, kamu lihat berita tadi pagi gak "
" lihat "
" kamu tau kan siapa yang dibunuh itu "
" Zena "
" iya, Zena yang dulu satu SMP sama kita, dengar-dengar nih ya yang bunuhnya itu punya dendam sama dia dan saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan "
" penyelidikan " seketika langkahnya terhenti
" iya, semoga aja pelakunya tertangkap, kasian orang tuanya, dia kan anak satu-satunya "
Reta hanya mendengarkan omongan temannya dan terus berjalan menuju kelas.
Meski tak menyangka bahwa Zena di bunuh, namun jauh dalam hatinya Reta merasa tenang dan berfikir tidak akan ada yang merundungnya lagi. Pemikiran dan imajinasinya yang selama ini dia bayangkan seolah terlaksana oleh orang lain dan itu membuatnya sedikit bernafas lega karena orang yang selalu merundungnya kini tidak ada akan pernah muncul lagi di hadapannya.
Masa lalu telah berakhir, namun bukan hanya Zena saja yang merundungnya di sekolah saat ini pun dia mendapatkan perundungan meski tak terlalu parah seperti apa yang di lakukan Zena dulu, namun tetap saja Reta mendapatkannya.
Seorang siswa yang selalu mengganggunya membuat dia marah namun tak bisa
dia lawan karena bagaimana pun tenaga laki-laki sangatlah kuat di bandingkan dirinya, Reta hanya bisa terima meski dalam hatinya sangat marah terhadap laki-laki itu. Tak ada yang berani melawannya karena laki-laki itu merupakan anak dari pemilik yayasan ternama yang selalu menyumbangkan sebagian hartanya untuk sekolah mereka, laki-laki yang sok berkuasa, laki-laki yang sombong dan arogan membuat nya merasa sangat istimewa, tak hanya pada Reta terhadap siswa-siswi lain pun dia seperti itu. Banyak yang membencinya dan banyak pula yang mendekatinya karena kekayaan orang tua dan ketampanannya dan tak sedikit pula siswa yang mendapatkan perlakuan tak pantas darinya.
Saat jam istirahat Reta berjalan di lorong sekolah menuju kelas, dia berpapasan dengan Nico anak yang arogan nan sombong itu dengan sikapnya yang dingin itu Reta melewati Nico, merasa di rendahkan Nico pun berhenti dan menegur Reta,
" heh " menoleh ke arah Reta.
Reta pun berhenti dan menoleh juga, " ada apa " tanya nya
" udah mulai bertingkah ya Lo " Nico mendekat dan sedikit mendorong bahu Reta.
" maksudnya "
" elo tau kan siapa gue " tegas Nico
" Nico, iya kan "
" waah,, udah mulai ngelawan nih anak, songong juga Lo rupanya. Mau ngelawan gue, hah!! "
Reta tak merespon perkataan Nico dan berbalik meninggalkan Nico menuju kelasnya.
Mendapat perlakuan seperti itu merasa harga dirinya terluka, karena selama ini dia tidak ada yang berani padanya termasuk Reta, namun kini Reta yang dia rundung melakukan perlawanan dan itu membuat Nico tidak terima. Nico mengejar Reta ke kelas menarik bahu Reta meremas kerah baju Reta, saat itu Reta hanya diam tanpa ekspresi apapun.
" Lo udah berani kurang ajar sama gue, Lo harus tanggung akibatnya, ngerti Lo " melepaskan remasan kerah baju Reta mendorongnya lalu pergi.
Reta hanya senyum sinis dan merapikan kembali kerah bajunya lalu duduk di bangku sembari mendengarkan musik di headset nya menatap ke luar jendela dan merasakan hembusan angin dari luar, memejamkan mata dan menikmati musik.
Melihat tingkah Reta yang tak biasa membuat teman 1 kelasnya merasa heran dan bertanya-tanya namun meraka enggan untuk bertanya dan melanjutkan kegiatan mereka sendiri.
Saat keluar dari sekolah Reta melihat 2 orang polisi di depan sekolahnya seakan sedang menunggu seseorang, Reta tetap berjalan seperti biasa.
" permisi " ujar pak polisi.
Reta berhenti dan melepas headset dari telinganya.
" kamu Reta "
" iya saya Reta, ada apa ya pak "
" maaf kami mengganggu waktumu, bisa berbicara sebentar "
" iya " dengan anggukan pelan.
Kedua polisi itu pun menurut suatu tempat untuk berbicara dengan Reta, tentu mengenai kasus yang sedang mereka kerjakan, iya kasus pembunuhan seorang wanita.
" begini, kami sedang dalam penyelidikan kasus wanita dibunuh, kamu tau kan beritanya "
" iya saya tau, lantas apa hubungannya dengan saya ya pak "
" begini, kamu ada hubungan apa sama Zena, soalnya terlihat di cctv orang terakhir yang bertemu Zena adalah kamu "
" saya teman SMP nya dan kami tidak punya hubungan apapun "
" lalu kenapa kalian bertemu " tanya pak polisi.
" dia yang mengajak untuk bertemu "
" larut malam "
" dia memaksa saya untuk bertemu, ini pesan yang dia kirim " menunjukan percakapan mereka .
Pak polisi pun meraih handphone Reta dan melihat isi pesannya.
" kalo boleh tau, untuk apa Zena mengajak ketemuan di saat malam "
" dia meminta maaf "
" meminta maaf untuk apa "
" saya tidak tau untuk apa, setelah minta maaf dia langsung pergi dan saya pulang "
" ooh begitu ya, terimakasih atas waktunya, maaf sudah menganggu "
" sama-sama "
Kedua polisi itu pun pergi begitupun dengan Reta yang sudah terlambat untuk bekerja.
Sesampainya di toko, dia bergegas berganti pakaian dan menuju area kasir.
" tumben kamu telat hari ini " ujar penjaga toko sebelumnya
" maaf, tadi ada urusan dulu "
" oohh ya sudah, aku pulang dulu ya "
" maaf ya udah telat "
" iya gak apa-apa ". Penjaga itupun pulang dan Reta menggantikannya sampai malam.
Pekerjaan yang selalu dia kerjakan sesudah pulang sekolah. Menjadi kasir di sebuah toko dan sekaligus menjaga, menyortir barang dan merapihkan barang, dia termasuk anak yang rajin di usianya.
Saat sedang merapikan barang jualannya, Reta melihat seorang anak yang sedang di rundung oleh teman-temannya, Reta terus memperhatikan mereka dan teringat dengan apa yang dia alami dulu, rasa marah pun muncul dan tanpa sadar dia mengepalkan tangannya. Seketika ada seseorang yang memanggilnya untuk melakukan pembayaran dan saat itu Reta tersadar lalu menghampiri pembeli dan melakukan transaksi.
Selesai melakukan transaksi, Reta pun kembali bekerja.
Tak terasa malam pun tiba, Reta istirahat sejenak untuk makan. Handphone nya berdering terlihat panggilan masuk dari ibunya yang merasa pesannya terus di abaikan, Reta menerima panggilannya,
" halo, ada apa " nada males
" Reta kenapa kamu gak kesini, ibu beberapa kali kirim pesan tak ada yang kamu balas, ibu sudah menunggu kamu "
" memangnya ada apa aku harus kesana "
" hari ini kan ulang tahun kamu, ibu sudah masak buat kamu, kamu kesini ya "
" aku gak bisa kesana, buat ibu saja masakannya "
" Reta kamu kenapa sih kaya gitu, masih marah sama ibu, ibu kan udah minta maaf sama kamu, dan kamu juga harusnya ngerti dong "
Tanpa basa-basi apapun Reta menutup telponnya dan melanjutkan pekerjaannya.
" kalian yang harusnya ngerti, dasar " gumamnya.
Tak terasa sudah hampir larut, selesai mengisi barang yang kosong Reta pun bersiap untuk pulang. Saat menuju pulang tiba-tiba Reta merasakan sakit kepala segera dia mengambil obat dari tasnya dan meminumnya, dia duduk sejenak di tempat duduk umum sembari memegangi kepalanya dan berharap jika rasa sakitnya hilang, namun dia tetap merasa kesakitan dan tak sadarkan diri, beberapa orang yang masih lalu-lalang bergegas menolongnya dan membawanya ke klinik terdekat.
Terlihat seorang wanita yang tergeletak lemas dan mengeluarkan darah di bagian kepalanya, kemudian di tariknya kaki si wanita itu ketempat yang lebih gelap, di tusuk lah seluruh tubuhnya dengan membabi-buta seakan melampiaskan semua kebenciannya terhadap wanita itu, tanpa ampun meski sudah tak bernyawa lagi dia terus menusuknya sehingga darah pun bergenang, terlihat senyuman di wajah sang pelaku seolah menikmati apa yang dia lakukan, merasa sudah puas dengan perbuatannya sang pelaku pun meninggalkan tempat itu dengan senyuman lepas puas.
Seketika Reta terbangun dari tidurnya, berharap itu hanya mimpi belaka, namun ada sedikit keresahan dalam dirinya, mimpi itu terasa nyata dan seakan-akan dia sendiri yang mengalaminya, perbuatan sang pelaku di mimpinya itu seakan-akan menunjukkan bahwa dirinya lah yang melakukannya dan wanita yang menjadi korbannya pun terlihat jelas jika itu Zena, apa arti semua ini?.
Reta merasa sesak dengan apa yang dia impikan, dia beranjak dari tempat tidur dan mengambil segelas air lalu meminumnya, duduk di lantai dan menepuk dadanya yang terasa sesak dan berharap dalam hati jika itu tidaklah benar dan hanya mimpi bukan kenyataan.
Sang ayah mengetuk pintu kamar Reta dan membukanya, melihat Reta yang kesakitan karena sesak ayah pun segera menghampirinya,
" Reta kamu gak apa-apa, kamu kenapa "
Reta terus menepuk pelan dadanya yang terasa sesak.
" nak kamu kenapa, kita ke rumah sakit ya "
sembari mengambilkan minum.
Sedikit lebih tenang dan lemas Reta pun beranjak dari lantai dan duduk di tempat tidurnya.
" kamu kenapa nak, kita kerumah sakit aja yuk " ayah yang begitu panik melihat sang anak seperti itu.
" gak usah, aku udah gak apa-apa ko "
" beneran gak apa-apa "
" udah baikan " sesekali mengatur nafas
" kamu kalo sakit jangan maksain kerja, biar ayah saja yang kerja "
" aku mau siap-siap dulu, ayah keluar aja dari kamarku "
" baiklah, kalo kamu gak apa-apa, ayah berangkat kerja dulu, sarapannya sudah ada siapin di meja " ayah pun keluar kamar dan berangkat bekerja.
Sementara Reta bersiap untuk berangkat sekolah .
Berjalan sembari mendengarkan musik menggunakan headset menuju sekolah, Reta berjalan melewati kerumunan orang, ada petugas kepolisian yang menjaga, ada pula ambulan yang terparkir di samping rumah itu, dan orang-orang yang berdesakan seolah ingin tau apa yang terjadi di dalam rumah itu, merasa penasaran Reta pun ingin melihatnya, keluarlah petugas ambulan membawa satu orang wanita yang sudah tak bernyawa dengan darah yang masih terlihat segar.
" apa ini pembunuhan " ujar salah satu warga
" seperti nya begitu, sudah dua kali dalam sebulan ini kasus pembunuhan di daerah kita " tambah warga lain
Sedikit terbuka penutup jenazah dan terlihat wajah sang korban, dia adalah seorang anak remaja yang pernah Reta lihat di samping toko tempat dia bekerja, Reta yang melihatnya sedikit tertegun dan sekilas dia ingat akan perlakuan remaja itu dan melanjutkan langkahnya berjalan menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, Reta di hadang oleh Nico si anak sombong.
" heh " menghentikan langkah Reta.
Reta pun berhenti dan menatap Nico dengan tatapan bencinya.
" apa lihat-lihat, hah " . Tak merespon Reta pun berpindah jalur, namun kembali di hadang Nico.
" mau kemana Lo "
" minggir gak " ucap ketus Reta
" gak, mau apa Lo " . Reta tetap berjalan, namun dia di tarik dan di dorong yang akhirnya punggungnya menabrak tembok, di raih lah kerah baju Reta, namun Reta tetap diam.
" urusan kita belum selesai "
" gak ada urusan sama Lo " melepaskan tangan Nico yang mencengkram bajunya lalu pergi menuju kelas.
Merasa sangat terluka harga dirinya Nico menarik Reta dan menamparnya , plakk tamparan yang keras bagi Reta.
" kurang ajar Lo ya "
" dasar pengecut kau " memegangi pipi kirinya lalu pergi menuju kelas.
Siswa yang berada disana pun melihat pertengkaran mereka sebagian dari mereka merasa kasihan terhadap Reta dan benci terhadap Nico, ada pula yang salut terhadap perlawanan Reta terhadap Nico, karena sejauh ini belum ada siswa yang berani melawan meski dengan kata-kata.
Nico yang merasa di permalukan semakin besar rasa bencinya terhadap Reta.
Reta duduk di bangkunya sembari memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan yang dia terima menambah kebenciannya terhadap Nico, berharap bisa membalas atas perbuatannya.
Salah satu teman sekelasnya menghampiri Reta memastikan keadaanya dan memberikan salep pereda nyeri.
" pakai ini "
" terimakasih " menerimanya
" sini aku bantu pakaikan " membuka tutup salep dan mengoleskannya di pipi Reta. Terasa perih Reta pun sedikit menoleh.
" perih ya, maaf ya, ini pelan-pelan ko "
" Terimakasih ya "
" sama-sama ". Selesai mengoleskan salep temannya pun keluar ruangan dan pelajaran pun di mulai.
Dalam perjalanan menuju tempat kerjanya, Reta bertemu dengan sang ibu yang hendak menghampiri nya di sekolah, pandangan seorang ibu yang merindukan anaknya dan pandangan seorang anak yang seakan membencinya dan tak ingin bertemu dengannya.
Reta terus berjalan melewati sang ibu, namun sang ibu menghentikan langkahnya dengan memegang tangan sang anak, Reta berhenti dan menatap sang ibu.
" ayo kita bicara Reta " ujar sang ibu
" aku harus kerja " dengan nada dinginnya
" sebentar saja, ibu mohon "
Reta tak mengindahkan omongan sang ibu dia melepaskan tangan sang ibu dan kembali melangkahkan.
" tunggu " . Reta pun berhenti tanpa berbalik.
Sang ibu menghampiri dan memberikan sesuatu kepada Reta, " ambil ini, ibu membuatkannya untuk mu ". Meski membencinya namun Reta tak menolak pemberian sang ibu, dengan terpaksa dia menerima apa yang diberikan sang ibu. Tanpa sepatah kata pun Reta meninggalkan sang ibu menuju tempat bekerja dengan membawakan apa yabg yang di berikan sang ibu padanya.
Sampai di tempat kerja Reta memberikan apa yang dia dapatkan dari ibu kepada teman kerjanya yang lebih tua darinya. Dengan heran temannya pun bertanya, " apa ini "
" makanlah, aku gak lapar " menujunya ruang pegawai. Temannya pun membuka kotak yang di berikannya,
" bukannya ini untuk kamu, ini ada ucapannya " ucap keras temannya .
Reta keluar ruangan, " buat kamu aja, sayang kalo di buang "
" tapi ini ada ucapannya "
" di buang aja, makanannya kamu makan "
" oke, terimakasih ya " bergegas ke ruang pegawai dan memakannya, sedangkan Reta menggantikan sif temanya yang sedang makan.
Seperti biasa Reta melayani pembeli dan menghitung belanjaan para pembeli, sesekali dia duduk ketika pembeli tidak ada dan seketika pula merapihkan barang dan mengisi barang yang kosong, seperti itu kegiatannya sepulang dari sekolah sampai jam pulang kerja, termasuk anak yang rajin dalam bekerja dan sekolah, pintar juga anaknya, namun dalam diamnya terkadang memikirkan sesuatu yang membutuhkan dirinya larut dalam pemikirannya sendiri.
Reta teringat akan kejadian saat dia akan berangkat sekolah, melihat korban yang pembunuhan ke dua di lingkungannya,
" anak remaja itu dia melihat nya membukakan pintu dan mempersilahkan masuk, di rumah yang sepi malam hari, melihat sekelilingnya dan saat anak remaja itu berbalik sebuah pukulan menghantam kepalanya dengan keras menggunakan sebuah benda yang tumpul, anak remaja itu pun seketika jatuh tersungkur ke lantai dengan darah yang keluar dari kepalanya, di pukul kembali kepalanya dan di tusuk lah seluruh tubuhnya dengan membabi-buta lalu meninggalkannya ".
Tepukan tangan dari pembeli mengagetkan nya dan seketika Reta tersadar dengan apa yang dia lihat, penglihatan yang seakan nyata terjadi dia pun merasa cemas, melihat hal itu pembeli pun menanyakan keadaannya,
" kamu baik-baik saja kan "
Dengan paniknya dia segera mengambil obat dan meminumnya agar sesak yang dia alami tidak terjadi, pembeli terus-terusan menanyakan keadaannya, tak lama Reta pun bisa mengontrol kembali nafasnya dan mengatakan jika dia baik-baik saja, melanjutkan penghitungan belanja, pembeli pun melakukan transaksi dan pergi dari toko.
" ada apa ini, kenapa ini terasa nyata, apa yang sebenarnya terjadi ", gumamnya dalam hati. Meski terus memikirkan hal itu Reta tetap dalam pekerjaannya dan menyelesaikan.
Hari sudah mulai malam, Reta beristirahat sejenak untuk makan, meski masih dalam keadaan bekerja, waktu sepi pembeli dia gunakan untuk makan dan sesekali belajar, karena ujian sekolah beberapa Minggu lagi dan dia harus lulus dalam ujian tersebut agar bisa masuk universitas yang dia inginkan.
Saat perjalanan pulang Reta bertemu dengan Nico dan dua orang temannya.
" hei, coba lihat siapa ini keluyuran tengah malam" sapaan dengan gaya tengilnya
Reta terhenti langkahnya karena di hadang Nico.
" wah siapa dia Nic, teman Lo ya " tanya teman Nico
" hah teman, bukan. Dia itu cewe yang menyebalkan buat gue, cwe yang selalu membuat gue marah saat ngelihatnya "
Dengan sedikit sempoyongan Nico dan kedua temannya berada dalam kondisi yang kurang baik, mereka berbau alkohol, di usianya yang belum di perbolehkan untuk beralkohol namun Nico berbeda dia bisa melakukan apapun yang dia mau, urusan kena masalah baginya tentu tidak berpengaruh padanya karena dia selalu di lindungi keluarganya yang kaya raya. Kekayaan keluarganya lah yang selalu menyelamatkannya dari hal apapun karena bagi keluarganya semua beres hanya dengan uang dan itu pelajaran yang Nico dapatkan dari keluarganya.
" Lo ikut gue " menarik tangan Reta.
Dengan cepat Reta menepis ajakan tangan Nico " apaan sih " dan bergegas meninggalkan Nico dan temanya, seolah tak ingin melepaskan Reta, Nico pun mengejar dan di susul oleh kedua temannya,
" hei tunggu Nic " panggil temannya sembari mengejar.
Dengan cepat Reta berhasil menghindar dan bersembunyi di tempat yang sekiranya tidak di ketahui oleh Nico. Sementara Nico terus mencari sesekali meneriaki nama Reta dan berkata yang kasar,
" hei Reta dimana kau wanita sialan kau, dasar wanita jalang, dimana kau, awas Lo ya kalo sampai ketemu gue siksa Lo ". Sebegitu bencinya Nico terhadap Reta, dan itu menambah kebencian Reta pula terhadap Nico karena Reta tak mempunyai salah apapun terhadap Nico, dia hanya apes saja bersekolah dengan orang yang sombong nan menyebalkan itu. Hanya karena Reta kini bisa melawan saat dia di rundung.
Nico yang mencari namun tak kunjung menemukan akhirnya menyerah dan kembali ke tempat pertama dia bertemu dengan Reta dan menghampiri kedua temanya.
Saat melintasi beberapa gang, Nico melihat ada seseorang yang duduk bersandar di dinding, dengan perlahan Nico menghampirinya langkah demi langkah. Nico berdiri sembari memperhatikan wajahnya yang penuh dengan darah tanpa menyentuh, berapa kagetnya dia laki-laki yang bersimbah dara itu adalah temannya, seketika Nico berteriak dan terjatuh. Salah satu temannya yang mendengar teriakan Nico bergegas menghampiri Nico dan betapa kaget pula melihat temannya yang bersimbah darah.
" Nico ada apa ini "
" polisi, cepat panggil polisi " ucap Nico dengan panik.
Temannya pun segera menghubungi kantor polisi dan tak lama beberapa polisi pun datang ke TKP dan melakukan investigasi,menanyakan beberapa hal kepada Nico dan satu orang taman ya tentang kejadian tersebut.
Salah satu polisi yang menangani kasus tersebut pun merasa ada yang aneh, karena kasus ini serupa dengan kasus yang sebelumnya, luka yang di dapat kemungkinan juga sama dengan luka-luka yang terdapat pada kasus sebelumnya, beberapa tusukan di badan dan kepala yang retak akibat pukulan beda berat. Pembunuhan berantai begitu polisi menyimpulkan kasus ini dan akan melakukan investigasi yang dalam untuk menguak semuanya, begitu ucap salah satu polisi.
Nico dan temanya berada di kantor polisi untuk di mintai keterangan lebih lanjut mengenai kasus tersebut, dengan wajah yang bingung dan syok namun masih bisa menjawab pertanyaan dari polisi meski terbata-bata begitupun dengan teman yang satunya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!