Dalam perjalanan menuju tempat kerjanya, Reta bertemu dengan sang ibu yang hendak menghampiri nya di sekolah, pandangan seorang ibu yang merindukan anaknya dan pandangan seorang anak yang seakan membencinya dan tak ingin bertemu dengannya.
Reta terus berjalan melewati sang ibu, namun sang ibu menghentikan langkahnya dengan memegang tangan sang anak, Reta berhenti dan menatap sang ibu.
" ayo kita bicara Reta " ujar sang ibu
" aku harus kerja " dengan nada dinginnya
" sebentar saja, ibu mohon "
Reta tak mengindahkan omongan sang ibu dia melepaskan tangan sang ibu dan kembali melangkahkan.
" tunggu " . Reta pun berhenti tanpa berbalik.
Sang ibu menghampiri dan memberikan sesuatu kepada Reta, " ambil ini, ibu membuatkannya untuk mu ". Meski membencinya namun Reta tak menolak pemberian sang ibu, dengan terpaksa dia menerima apa yang diberikan sang ibu. Tanpa sepatah kata pun Reta meninggalkan sang ibu menuju tempat bekerja dengan membawakan apa yabg yang di berikan sang ibu padanya.
Sampai di tempat kerja Reta memberikan apa yang dia dapatkan dari ibu kepada teman kerjanya yang lebih tua darinya. Dengan heran temannya pun bertanya, " apa ini "
" makanlah, aku gak lapar " menujunya ruang pegawai. Temannya pun membuka kotak yang di berikannya,
" bukannya ini untuk kamu, ini ada ucapannya " ucap keras temannya .
Reta keluar ruangan, " buat kamu aja, sayang kalo di buang "
" tapi ini ada ucapannya "
" di buang aja, makanannya kamu makan "
" oke, terimakasih ya " bergegas ke ruang pegawai dan memakannya, sedangkan Reta menggantikan sif temanya yang sedang makan.
Seperti biasa Reta melayani pembeli dan menghitung belanjaan para pembeli, sesekali dia duduk ketika pembeli tidak ada dan seketika pula merapihkan barang dan mengisi barang yang kosong, seperti itu kegiatannya sepulang dari sekolah sampai jam pulang kerja, termasuk anak yang rajin dalam bekerja dan sekolah, pintar juga anaknya, namun dalam diamnya terkadang memikirkan sesuatu yang membutuhkan dirinya larut dalam pemikirannya sendiri.
Reta teringat akan kejadian saat dia akan berangkat sekolah, melihat korban yang pembunuhan ke dua di lingkungannya,
" anak remaja itu dia melihat nya membukakan pintu dan mempersilahkan masuk, di rumah yang sepi malam hari, melihat sekelilingnya dan saat anak remaja itu berbalik sebuah pukulan menghantam kepalanya dengan keras menggunakan sebuah benda yang tumpul, anak remaja itu pun seketika jatuh tersungkur ke lantai dengan darah yang keluar dari kepalanya, di pukul kembali kepalanya dan di tusuk lah seluruh tubuhnya dengan membabi-buta lalu meninggalkannya ".
Tepukan tangan dari pembeli mengagetkan nya dan seketika Reta tersadar dengan apa yang dia lihat, penglihatan yang seakan nyata terjadi dia pun merasa cemas, melihat hal itu pembeli pun menanyakan keadaannya,
" kamu baik-baik saja kan "
Dengan paniknya dia segera mengambil obat dan meminumnya agar sesak yang dia alami tidak terjadi, pembeli terus-terusan menanyakan keadaannya, tak lama Reta pun bisa mengontrol kembali nafasnya dan mengatakan jika dia baik-baik saja, melanjutkan penghitungan belanja, pembeli pun melakukan transaksi dan pergi dari toko.
" ada apa ini, kenapa ini terasa nyata, apa yang sebenarnya terjadi ", gumamnya dalam hati. Meski terus memikirkan hal itu Reta tetap dalam pekerjaannya dan menyelesaikan.
Hari sudah mulai malam, Reta beristirahat sejenak untuk makan, meski masih dalam keadaan bekerja, waktu sepi pembeli dia gunakan untuk makan dan sesekali belajar, karena ujian sekolah beberapa Minggu lagi dan dia harus lulus dalam ujian tersebut agar bisa masuk universitas yang dia inginkan.
Saat perjalanan pulang Reta bertemu dengan Nico dan dua orang temannya.
" hei, coba lihat siapa ini keluyuran tengah malam" sapaan dengan gaya tengilnya
Reta terhenti langkahnya karena di hadang Nico.
" wah siapa dia Nic, teman Lo ya " tanya teman Nico
" hah teman, bukan. Dia itu cewe yang menyebalkan buat gue, cwe yang selalu membuat gue marah saat ngelihatnya "
Dengan sedikit sempoyongan Nico dan kedua temannya berada dalam kondisi yang kurang baik, mereka berbau alkohol, di usianya yang belum di perbolehkan untuk beralkohol namun Nico berbeda dia bisa melakukan apapun yang dia mau, urusan kena masalah baginya tentu tidak berpengaruh padanya karena dia selalu di lindungi keluarganya yang kaya raya. Kekayaan keluarganya lah yang selalu menyelamatkannya dari hal apapun karena bagi keluarganya semua beres hanya dengan uang dan itu pelajaran yang Nico dapatkan dari keluarganya.
" Lo ikut gue " menarik tangan Reta.
Dengan cepat Reta menepis ajakan tangan Nico " apaan sih " dan bergegas meninggalkan Nico dan temanya, seolah tak ingin melepaskan Reta, Nico pun mengejar dan di susul oleh kedua temannya,
" hei tunggu Nic " panggil temannya sembari mengejar.
Dengan cepat Reta berhasil menghindar dan bersembunyi di tempat yang sekiranya tidak di ketahui oleh Nico. Sementara Nico terus mencari sesekali meneriaki nama Reta dan berkata yang kasar,
" hei Reta dimana kau wanita sialan kau, dasar wanita jalang, dimana kau, awas Lo ya kalo sampai ketemu gue siksa Lo ". Sebegitu bencinya Nico terhadap Reta, dan itu menambah kebencian Reta pula terhadap Nico karena Reta tak mempunyai salah apapun terhadap Nico, dia hanya apes saja bersekolah dengan orang yang sombong nan menyebalkan itu. Hanya karena Reta kini bisa melawan saat dia di rundung.
Nico yang mencari namun tak kunjung menemukan akhirnya menyerah dan kembali ke tempat pertama dia bertemu dengan Reta dan menghampiri kedua temanya.
Saat melintasi beberapa gang, Nico melihat ada seseorang yang duduk bersandar di dinding, dengan perlahan Nico menghampirinya langkah demi langkah. Nico berdiri sembari memperhatikan wajahnya yang penuh dengan darah tanpa menyentuh, berapa kagetnya dia laki-laki yang bersimbah dara itu adalah temannya, seketika Nico berteriak dan terjatuh. Salah satu temannya yang mendengar teriakan Nico bergegas menghampiri Nico dan betapa kaget pula melihat temannya yang bersimbah darah.
" Nico ada apa ini "
" polisi, cepat panggil polisi " ucap Nico dengan panik.
Temannya pun segera menghubungi kantor polisi dan tak lama beberapa polisi pun datang ke TKP dan melakukan investigasi,menanyakan beberapa hal kepada Nico dan satu orang taman ya tentang kejadian tersebut.
Salah satu polisi yang menangani kasus tersebut pun merasa ada yang aneh, karena kasus ini serupa dengan kasus yang sebelumnya, luka yang di dapat kemungkinan juga sama dengan luka-luka yang terdapat pada kasus sebelumnya, beberapa tusukan di badan dan kepala yang retak akibat pukulan beda berat. Pembunuhan berantai begitu polisi menyimpulkan kasus ini dan akan melakukan investigasi yang dalam untuk menguak semuanya, begitu ucap salah satu polisi.
Nico dan temanya berada di kantor polisi untuk di mintai keterangan lebih lanjut mengenai kasus tersebut, dengan wajah yang bingung dan syok namun masih bisa menjawab pertanyaan dari polisi meski terbata-bata begitupun dengan teman yang satunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments