Melia sudah siap untuk kembali ke Kediaman keluarga Yin. Yin Mou San, kakaknya juga sudah menunggu di kereta
"Adik, apa kau yakin?" tanya Yin
" Ge, aku tidak akan pernah merubah keputusanku," jawab Melia dengan menatap serius mata Kakaknya, Yin
" Baiklah, kita berangkat," jawab Yin
Perjalanan dari Gunung Dixiong ke Ibukota Nanjing menghabiskan waktu 1 hari. Saat mereka tiba, Kediaman Keluarga Yin sudah sangat sepi karena sudah hampir tengah malam
" Adik ... Adik, kita sudah sampai. Bangunlah," panggil Yin membangunkan Melia yang tertidur sepanjang perjalanan.
" Ah ... hoaammmm ... kita sudah sampai ya, Kak?" ucap Melia dengan merentangkan kedua tangannya menggeliat dan membuka tirai kecil di kereta lalu melihat sekelilingnya. Yin menggelengkan kepalanya melihat Melia yang tak seperti wanita pada umumnya
" Iya, ayo ... kita masuk," ajak Yin. Dengan hati-hati, Yin membantu Adiknya turun. Tak lupa, ia memakaikan cadar di wajah Melia sebelum turun. Tak ada penolakan dari Melia karena ia yakin Yin pasti akan memberitahukan alasannnya
" Semua sepertinya sudah tidur. Adik, aku antar ke Paviliunmu dulu, ya,"
" Baik, Ge."
Yin mengantarkan Melia sampai ke Paviliunnya. Paviliun yang menjadi saksi terbunuhnya Adiknya dengan tragis. Yin menguatkan hatinya untuk tidak dikuasai emosi.
Melia memandang kagum Paviliun di depannya.
" Ge, ini ... Paviliunku?" tanya Melia dengan mata berbinar
" Iya ... ini ... Paviliun Putri Mahkota, Yin Mei Lan," ucap Yin dengan lirih.
Melia mengerutkan alisnya melihat ekspresi Kakaknya yang aneh
" Ge ... Gege kenapa?" tanya Melia
Yin tersentak dari lamunannya dan melihat Melia yang menatapnya bingung
" Ada apa, Dik?"
" Gege ... kau ... berbicara seolah kau sangat sedih melihat Paviliun ini. Ada apa?" tanya Melia dengan tatapan curiga. Yin menelan salivanya dan memaksakan senyumnya
" Maafkan, Gege. Ini karena ... karena ditempat inilah, kau ... ditemukan dalam keadaan mengenaskan," lirih Yin yang masih didengar Melia. Wanita itu segera mengerti kondisi hati kakaknya dan segera menariknya ke dalam pelukannya. Yin terkejut dibuatnya.
" Ge, sekarang aku tidak apa-apa. Jadi, jangan lagi bersedih, ya?" hibur Melia. Yin segera mengeratkan pelukannya
' Mei Lan, maafkan Gege. Hanya wanita ini yang bisa membantuku membalas dendammu. Melia ... maafkan aku. Setelah ini, aku pasti akan menebus kesalahanku padamu,' ucap Yin di dalam hatinya.
Melia melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Yin
" Ge, sekarang kembalilah. Aku akan beristirahat," ucap Melia
" Hmm. Aku sudah menyuruh Han Feng mencarikan pelayan untukmu. Pelayanmu yang dulu telah tiada demi melindungimu. Besok pagi, dia akan mulai bekerja disini. Jaga dirimu, ya?" tutur Yin dengan mata menatap lekat Melia
Melia mengangguk mantap dan tersenyum
" Tentu saja, Gege. Jangan kuatir. Aku bisa menjaga diriku," kata Melia meyakinkan.
' Ya, aku tahu. Kau bukan adikku yang hanya tahu sedikit tentang beladiri, aku sudah melihatnya,' batin Yin
" Gege, pergi dulu. Sampai jumpa besok pagi," pamit Yin
" Nite Ge ... upss ... hehe ... maksudku, selamat malam, Gege," ucap Melia. Yin tersenyum dan mengangguk lalu melangkah pergi
Melia menapuk-napuk sendiri bibirnya yang terlalu los tanpa rem
" Hish! mulut tak bisa dikontrol, kenapa pakai bahasa Inggris segala ... haishh ..." gumam Melia lalu berbalik dan berjalam masuk Paviliunnya.
Sepasang mata yang melihatnya dari balik tembok tersenyum geli melihat tingkah Melia.
Mata Melia terus memandang kagum dengan interior Paviliun yang akan ia tinggali. Barang-barang antik yang tentunya akan terjual dengan mahal jika ia menjualnya, begitulah pikirannya. Ia mengusap semua vas dan lukisan dengan senyum yang melebar.
Langkah kakinya membawanya ke bagian dalam Paviliun. Di sana, ia disuguhkan dengan bunga persik berwarna pink yang cantik, meja kursi dari batu, bukit buatan dari batu besar dan terlihat seperti lukisan
" Wow ... Amazing!" serunya, " Upps!" Melia segera menutup mulutnya dan celingak celinguk sana sini, takut ada seseorang yang mendengarnya
" Ah, untung tak ada orang. Hahaha ..." ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya dan menghembuskan nafas
" Hmm ... aku mau lihat-lihat dulu, ahh ..."
Melia berjalan sedikit melompat-lompat, melihat kesana kemari memeriksa setiap ruangan
" Yang Mulia, ada yang bisa saya bantu?" ucap Melia menirukan suara dan sikap pelayan, lalu ia melompat ke depan dan berbalik
" Ah, aku hanya mau berjalan-jalan," katanya dengan sikap anggun seorang bangsawan.
" Hahaha ... ternyata aku bisa menjadi dua-duanya. Kalau aku jadi aktris, aku pasti cepat terkenal ... hahaha ..."
Melia bahkan menghitung setiap vas yang ada disitu
" Wow ... ada 57 buah, hmm ... kalau aku jual (sambil menepuk-nepuk dagunya dengan telunjuk) per vasnya RMB 800 ribu ... whoaahh ... hahaha ... aku kaya ... aku kaya ... Mamaaa ... aku kayaaa ... hahaha ..." ucapnya dengan gembira tapi wajah gembira itu kembali berubah sedih
" Fiuhhh ... tapi itu tak mungkin. Aku terjebak dalam tubuh Putri Mahkota yang ... seperti tubuhku sendiri," kata Melia dan mulai membuka pakaiannya dan melihat ke cermin.
" Iya, tak ada yang berubah. Semua persis sama. Bahkan, tanda lahir ini. Hmm ... aku seperti berada ditubuhku sendiri. Tapi, itu tidak mungkin. Bagaimana bisa aku pindah ke zaman kuno ini, kalau aku tidak mati? kalau di drama-drama, pelaku utamanya meninggal dan menempati tubuh orang lain. Di novel-novel juga begitu," gumam Melia
" Ahh ... sudahlah, mungkin saat aku mabuk aku tertabrak dan mati jadi bisa sampai kesini. Dan tubuh ini, mungkin adalah diriku di masa lalu, karena itu aku punya body dan tanda lahir yang sama," lanjutnya sambil memakai kembali bajunya
Sepasang telinga yang mendengarkannya sambil membelakangi wanita itu sedari tadi, terkikik geli. Ia tadi sempat mengawasi Melia, namun ia segera memalingkan wajahnya karena tiba-tiba Melia melucuti pakaiannya hingga tertinggal baju dalamnya saja.
' Aku akan memberikan semua vas itu padamu, Nona Melia, saat kau kembali ke duniamu. Tapi, untuk saat ini, kau harus membantuku dulu,' gumam sosok itu di dalam hati
Wuss ...
" Ahh ... hiii ... seperti ada yang mengawasiku. Barusan juga, seperti ada angin ... apa ... ada hantu, ya," gumam Melia. Perlahan ia mendekati pintu dan melihat kesana kemari lalu cepat menutup pintu.
Melia mengambil sebuah handuk yang sudah dibasahi dan ditaruh di atas meja di kamarnya dan membasuh wajah dan tangannya lalu membaringkan diri setelah melepas hanfu dan hanya memakai baju dalamnya saja.
" Apa ada Hutan Kegelapan seperti di cerita novel-novel itu, ya? kalau di novel-novel aku akan dapat hewan kontrak dan jadi kuat kalau pergi ke hutan kegelapan. Hmm ... akan kutanya Gege besok," gumamnya dan memejamkan mata.
Keesokan paginya, wajah dan tubuh Melia sudah kembali pulih. Tak ada lagi tanda merah bekas alergi. Tapi, ia terlihat gelisah di tempat tidurnya.
Tak tahan dengan sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya, Melia segera bangun dan keluar kamarnya. Ia bingung mencari kamar mandi, karna ia sangat ingin buang air.
" Aduh ... mana nih toiletnya ... ahhh ... aku gak tahan ..." teriak Melia sambil berlari mencari Toilet
" Aduh, susahnya zaman kuno, aku nanti harus buat toilet disini. Ini sangat menyebalkan," gumamnya.
" Adik!"
Melia menoleh dan tersenyum gembira melihat Yin
" Kakak! cepat katakan dimana kamar mandinya? aku mau buang air. Sudah gak tahaann ..." ucap Melia sambil meringis dan memegang pantatnya.
" Hahaha ... ayo aku antar,"
Yin segera melangkah menuju ke kamar Melia
" Kak ... bukan kamar tapi kamar mandi, tempat buang air," kata Melia memberengut
" Iya, aku antar ke sana," kata Yin tenang dan membuka kamar Melia lalu melangkah ke sisi barat kamar Melia. Lelaki itu membuka lebar pintu yang menurut Melia memang sangat mirip dengan jendela.
" Ini ... masuklah," tunjuk Yin
Melia tersenyum lebar dan berlari masuk. Tapi ia kembali berteriak
" Gegeee ... mana jambannya?" teriak Melia
" Yang ada tutupnyaaa di sebelah pembatas!" balas Yin dengan sedikit berteriak
Melia melihat kanan kiri, pada ujung kamar mandi ia melihat kaca yang seperti pembatas dan melongok melihat masuk.
" Ah ... itu dia .."
Tanpa menunggu lama, Melia segera membuka penutup itu dan memenuhi panggilan alamnya
" Eh ... kenapa aku merasa ada sentuhan modern disini, ya?" gumam Melia dan terus memperhatikan interior kamar mandinya. Walau sederhana tapi ruangan itu sangat asri dan nyaman
Selesai dengan urusannya, Melia mulai menjelajahi kamar mandi itu. Ada tempat seperti washtafel hanya tidak keran, tapi sebuah kendi, lalu ada taman dan sebuah ruangan lagi.
Melia melangkah mengikuti 4 potongan kayu di tengah taman dan sampai di sebuah ruangan dengan sebuah ruang dengan meja dan kursi lalu sebuah kamar lagi.
" Wow ... jadi seperti ini kamar mandi zaman ini ... hehehe ..." kata Melia," Sekalian mandi ahh ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ema Afiq Yayang
bingung bagaimana dunia modern.bisa langsung k dunia jmn dahulu.
2021-02-25
0
Lestari
keren tor aku suka
2020-08-14
0
Zelle🐾🐾
YIN "kau kakak yg baik nak"...
sampe nyulik anak orang dr dunia modern...
demi adik'mu (yg asli)...
2020-07-29
13