Kriteria Khusus

“Selamat pagi, Your Highness.” Suara Daisy menyapa Viviane. Tangannya dengan cekatan menyibakkan tirai hingga cahaya matahari pagi tumpah ke wajah gadis yang menggeliat di ranjang.

“Ukh … Daisy, aku masih ingin tidur,” protes Viviane dengan mata masih setengah terbuka. Bukannya bangun gadis itu malah menutup wajahnya dengan bantal.

“Tidak bisa! Anda harus bangun. Banyak yang harus Anda lakukan. Penjual perhiasan dan gaun akan datang hari ini,” cerocos Daisy sambil mengikat tirai-tirai jendela yang tersisa.

“Suruh saja datang lain kali.”

“Tidak bisa, Princess. Debutante Anda akan dilaksanakan besok malam. Dan sebagai bintang utama tentu Anda harus tampil yang paling menonjol di acara itu.”

Hening. Viviane tidak merespon ucapan pelayannya. Entah gadis itu mengabaikan atau tertidur kembali.

Daisy menghela nafas. “Ini upacara yang penting untuk Anda yang mulia. Setelah ini Anda akan dianggap dewasa. Dan mulai masuk ke lingkungan sosial, mendapat jodoh kemudian menikah.”

“Kau saja yang menikah,” tukas Viviane tidak peduli.

“Yang muliaaaa~” 

“Daisy, kumohon, biarkan aku tidur sebentar lagi. Aku bahkan tidak tidur semalaman.”

“Kenapa?”

“Terlalu banyak pikiran.”

“Memikirkan pria itu lagi ya?” tebak Daisy. Bagaimana tidak, sejak kemarin pagi tuan putrinya pulang dari pondok dengan wajah murung, dan kebanyakan melamun setelahnya. Ia bisa menebaknya dengan mudah.

Viviane menghela nafas dalam-dalam. Menyingkirkan bantal dari wajahnya dan menatap langit-langit kamarnya. Ini pertama kalinya Viviane merasakan perasaan seperti ini. Antara kecewa dan merasa bersalah. Bahkan dirinya pun kesulitan mengartikannya.

Melihat tuan putrinya tidak merespon balik Daisy tersenyum penuh arti. Ia duduk di pinggir ranjang di sisi Viviane yang masih menatap langit-langit, dengan tatapan hampa. 

“Sepertinya yang mulia kami sedang jatuh cinta.”

“Jatuh cinta?” Viviane mengalihkan pandangannya ke Daisy. Pelayan setia yang sudah melayaninya sejak 10 tahun lalu. Usia mereka terpaut tidak terlalu jauh, tetapi, Viviane menganggap Daisy seperti teman sepermainannya.

“Mengapa kau menyimpulkannya seperti itu?” 

“Ya karena Anda terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta.”

“Memangnya seperti apa?”

“Yah, aku tidak terlalu punya banyak pengalaman tentang itu. Terakhir aku mengalaminya, rasanya seperti ... selalu dihantui wajahnya, beberapa kali memimpikannya, selalu ingin bertemu, gugup, dan seperti ada kupu-kupu yang berkumpul di perutku setiap dekat dengannya, dan perasaan-perasaan lain yang sulit dideskripsikan.”

Apa yang dikatakan Daisy, sebagian besar ia rasakan. Apa benar ia jatuh cinta, sementara nama pria itu saja ia tidak tahu. Apakah jatuh cinta bisa semudah itu? Ini pengalaman pertama Viviane merasa di hantui bayang-bayang seorang laki-laki, sekarang ia harus memastikannya.

Pintu kamar Viviane terbuka, menampilkan pelayan lainnya yang sedikit membungkuk di ambang pintu. “Princess, yang mulia putra mahkota sedang menunggu Anda untuk sarapan bersama.”

Wajah Viviane dari murung berubah sumringah saat mendengar kedatangan sang kakak. “Valentine? Dia sudah pulang?” tanyanya, dan pelayan itu mengangguk. Kakaknya sudah hampir dua bulan tidak berada di istana, karena harus mengurus pekerjaan di luar negara sebagai putra mahkota selanjutnya. 

“Daisy, siapakan air mandi untukku. Aku harus menemui kakak.” katanya dengan riang, sedangkan Daisy mengangguk patuh.

...****...

“Kakak!” seru Viviane ketika ia menemukan siluet indah sang kakak berdiri tegap dan beradab di depan jendela yang menghadap ke hutan Philea.

“Viviane!” Valentine tersenyum cerah, secerah mentari kepada adik satu-satunya. Membentangkan kedua tangannya lebar-lebar ketika sang adik mulai berlari dan melompat ke arah pelukannya. 

“Oh, aku merindukanmu,” lirih Viviane memeluk Valentine erat-erat. Valentine adalah salah satu orang yang paling ia sukai di hidupnya, bahkan ia lebih menyukai Valentine dari pada orang tuanya sendiri. Mereka terpaut usia tiga tahun. Sejak kecil mereka akrab. Valentine kecil senantiasa mengajaknya bermain. Mengenalkannya dengan banyak hal di saat orang tua mereka sibuk, juga mengajari dirinya memanah dan busur pertama yang ia gunakan untuk berburu adalah hadiah dari Valentine. 

“Aku lebih merindukanmu,” balas sang kakak menepuk-nepuk punggung Viviane. Sesaat kemudian Valentine melepaskan diri dari Viviane dan memekik kesakitan. Pria itu mengusap-usap perutnya yang barusan mendapat cubitan dari sang adik.

“Apa salahku?”

Wajah Viviane yang tadinya penuh senyuman kini berubah jutek. “Apa salahmu? Kau masih bertanya? Lalu bagaimana dengan pergi tanpa pamit dan tidak pulang di hari ulang tahunku seperti bukan kesalahan untukmu?” omel Viviane. Melipat tangan di dada dengan ekspresi cemberut yang lucu.

“Ouch, Delila, itu menyakitkan.”

“Jangan panggil aku dengan nama itu.”

Viviane membencinya jika Valentine mulai memanggil nama kecilnya. Nama pemberian sang nenek yang tidak pernah ia suka.

“Jangan bilang aku tidak pamit. Aku datang ke paviliun mu malam itu. Tapi kau tidur  seperti orang mati.” 

Ya, itu kenyataannya. Viviane diberi tahu Daisy paginya bahwa malam itu sang kakak datang. Namun, Viviane tidak membukakan pintu. Ia menyalahkan kamarnya yang terlalu luas, jadi ketukan pintu pun tidak terdengar karena letaknya yang jauh. Yah, itu hanya alasan Viviane saja, karena faktanya gadis itu memang ketiduran.

“Lalu bagaimana dengan ulang tahunku?” tuntut sang adik. 

“Kalau yang itu, aku minta maaf. Pekerjaanya terlalu padat, dan posisiku terlalu jauh. Tapi sekarang yang penting aku sudah disini, kan? Aku datang untuk menjadi pendamping debutante mu.”

Viviane menghempaskan diri ke sofa yang ada di ruangan itu. Masih dengan wajah cemberutnya ia mendecakkan lidah. “kau juga termasuk orang yang senang melihatku dewasa?”

“Kenapa? Kau tidak senang.”

“Tidak, bukan tidak senang. Aku hanya khawatir. Tidak bisa menyesuaikan diri. Terlebih lagi ibu menuntutku untuk menikah.”

“Yah, itu memang kewajiban kita sebagai anggota keluarga kerajaan. Pernikahan akan memperluas relasi kerajaan atau menyatukan dua kerajaan. Tidak peduli cinta atau tidak, kau harus tetap menjalaninya.”

Membayangkan pernikahan karena politik membuat kepala Viviane  mulai cenat-cenut. Maksudnya dia sama sekali tidak menentang pernikahan. Tentu saja sebagai seorang perempuan dia menginginkannya, dan pernikahan tanpa cinta adalah hal yang biasa terjadi di antara kalangan ningrat. Namun, apakah terlalu berlebihan jika dia mengharapkan pernikahan dengan cinta. 

“Jika ini masalah pernikahan, kau tidak usah khawatir. Kakakmu ini akan memastikan calon suami terbaik untukmu adikku,” katanya dengan senyum. “Atau, kau memiliki kriteria khusus.” Valentine mengangkat satu alisnya. Penasaran sesuatu yang disimpan sang adik. “Katakan padaku, lelaki seperti apa yang kau inginkan?”

Viviane diam. Dia sama sekali tidak memikirkan kriteria pasangan yang diinginkannya kelak, sampai kejadian kemarin saat pertemuannya dengan pria yang menyelamatkannya. 

Pikirannya melayang kembali saat ia merawat pria asing itu. Wajahnya yang entah mengapa begitu melekat di benaknya. Rasa kecewa karena tak punya kesempatan berbicara dengan pria itu saja masih berkutat di hatinya, membuatnya semakin bingung. Tidak mungkin cinta pada pandangan pertama kan? Kalau iya karena apa? Jika itu ketampanannya, bahkan ia terbiasa memandang keindahan yang serupa dengannya yaitu Valentine yang parasnya seperti dewa. Yang pasti pria itu memiliki sesuatu hingga membuatnya tertarik, dan akan ia pastikan  sekali lagi jika mungkin saja mereka bertemu suatu saat.

“Mungkin … seseorang yang punya wajah lebih tampan darimu?” gumam sang adik.

“Eii… kalau itu pasti susah.” kata Valentine dengan mendecakkan lidahnya. Seolah-olah keinginan sang adik adalah sesuatu yang langka. “Wajah seperti ini satu-satunya di benua ini Vivi,” narsis Valentine hingga Viviane melemparkan bantal sofa tepat ke wajah sang kakak, Bersamaan dengan masuknya seorang pelayan mengabarkan kepada kakak beradik itu bahwa sarapan sudah siap.

Terpopuler

Comments

Yukishiro Enishi

Yukishiro Enishi

Mantap nih cerita, semoga author terus semangat!

2024-01-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!