"Azio Salim, bocah gendut, pendek, berkacamata yang paling aku benci saat kecil. Bocah ondel-ondel menakutkan yang selalu mengikutiku ke mana pun. Dan sekarang aku harus menikah dengan bocah itu? Tidak semudah itu, Ferguso! Aku harus menolaknya!" ucap Cinta bertekad dalam hatinya seraya menunggu kedatangan bocah itu di bandara. Rio dan Raka tampak memperhatikan setiap orang yang keluar dari pintu kedatangan luar negeri bandara Seokarno Hatta.
"Cin! Cinta! Itu ... " panggil Mili sambil menarik-narik tangan Cinta. "Ada apa, sih?" sahut Cinta tanpa menoleh. "Lihat ke sana!" ucap Mili seraya menunjuk ke arah yang ia maksud. "Hmmm?" sahut Cinta lagi dengan sedikit malas karena sekarang ia sedang merasa tegang. "I-itu bukannya Jung-Jungkook!" ucap Mili dengan terbata saking shock-nya. Belum sempat Cinta melihatnya, Raka berteriak memanggil pria yang Mili maksud, "Azio!"
Cinta membulatkan matanya sempurna saat netranya itu menangkap sosok pria yang sangat mirip dengan bias-nya itu. Pria yang terlihat casual dengan jeans hitam sobeknya, dipadu dengan baju kaos hitam polos oversize lengan pendeknya, serta sepatu dan topi dengan warna senada, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Pria jangkung itu berjalan santai dengan memegang tas di bahunya.
Wajah tampan di balik topi yang menutupi sebagian mata tajamnya yang tanpa kacamata itu menjadi fokus Cinta, "Jungkook!" sebut Cinta, lantas ia mengalihkan pandangannya ke arah lengan kanan pria itu, "tatonya, tidak ada!" ucapnya lagi. Pria itu tersenyum saat menemukan orang yang ia cari.
Deg! Deg! Deg! Jantung cinta berdebar kuat, "Astaga! Jadi, foto kemarin sungguh real pict, bukan editan? Dia nyata? Aku tidak sedang halu? Benar-benar mirip Jungkook? Ah, coba lihat itu, bahkan dia punya senyum kelinci yang sama! Ya Tuhan, tiap hari aku halu wajah tampan dan senyuman itu, mimpi saja, aku menikah dengan Jungkook, dan sekarang Engkau buat aku harus menikah dengan pria yang benar-benar mirip Jungkook ini? Apa tadi aku mengatakan sesuatu, aku mau menolaknya? Jangan gila, Cinta! Aku tidak akan menolak takdir yang Tuhan berikan! Bagaimana bisa aku menolak halu yang jadi kenyataan ini!" pekik Cinta girang dalam hatinya.
"Hai!" sapa pria itu tepat di depan Cinta. "Hai ... " balas Cinta dan Mili serempak dengan tatapan tersihir ketampanan yang baru mereka lihat itu. "Kau Cinta, 'kan?" tanyanya dengan ramah. "Ah, iya, aku Cinta," sahut Cinta tiba-tiba salah tingkah sendiri, pria itu tersenyum dengan tampan di depan Cinta, "oh, Tuhan! Apa mataku akan buta! Sepertinya, wajahnya baru saja bersinar!" teriak batin Cinta benar-benar shock dibuatnya sampai rasanya nafasnya terhenti sesaat.
"Cin, kamu serius mau menolaknya?" bisik Mili dengan pelan, saat Rio dan Raka menarik Azio dan membawanya menjauh, "Kalau kamu tidak mau, untukku saja!" lanjutnya. "Enak saja! Tapi aku tetap akan membatalkannya, kok! Aku tidak mau menikah dengannya tahun depan ... " ucap Cinta, "aku mau menikah besok!" lanjutnya dengan yakin seraya berjalan menghampiri mereka.
***
"Kau serius?" tanya pria itu yang sudah tiba di kediaman Widjaja. Ia memasang ekspresi wajah imut seorang anak kecil. Cinta mengangguk mantap. "Bukankah kau memintaku membatalkan pernikahan ini?" tanya pria itu dengan wajahnya yang tampak bingung.
"Sepertinya, Cinta sudah berubah pikiran," ucap Cinta seraya memperlihatkan senyum andalannya kepada pria itu. "Tapi ... " ucap pria itu tertahan. "Kenapa? Kata oma, kamu sudah setuju. kamu sudah punya pacar?" tanya Cinta dengan jantung berdegup kencang karena takut kecewa mendengar jawabannya.
"Tidak. Bukan seperti itu. Aku tidak punya pacar, kok," jawabnya. "Lalu, kenapa?" lanjut Cinta. "Aku ... " jawabnya ragu-ragu. "Kamu tidak suka Cinta?" tanya Cinta pelan sambil menggigit bibir bawahnya, khawatir. "Su-suka!" jawabnya dengan wajah yang ia tundukan.
"Lalu?" tanya Cinta lagi seraya mengulum senyumnya sendiri karena senang mendengar jawaban pria di depannya itu. "Aku hanya ... " jawabnya masih ragu-ragu. "Jangan jawab sekarang! Kita jalani saja dulu!" ucap Cinta cepat sebelum ia mendengar alasan yang tidak ingin ia dengar.
Pria itu sempat berpikir lama, sesekali ia memperhatikan Cinta sebelum menjawab, "Baiklah, aku akan menikah denganmu." Sontak wajah Cinta berseri mendengarnya, "Serius? Jangan menyesal, ya! Kalau Cinta sudah jual, kamu beli, Cinta tidak terima retur perasaan cinta, loh!" sahut Cinta sambil bercanda seperti sedang melakukan transaksi dagang, membuat pria itu tersenyum mendengarnya.
Deg! Deg! Duar! "Ah, jantungku rasanya meledak!" pekik batin Cinta yang sedari tadi kegirangan mendapat calon suami impiannya. "Tapi setelah menikah, aku harus langsung kembali ke Korea, kita akan tinggal di sana. Apa tidak masalah?" ucapnya seraya menatap Cinta dengan tatapan lembut dan wajah yang seperti bayi tidak berdosa.
"Tidak. Tidak masalah. Cinta bisa ikut kamu ke mana saja. I'm free!" jawab Cinta, "bawa adik ke mana pun abang mau, ke Afrika juga, adik ikut, bang!" ucap Cinta dalam hati seraya memandang wajah tampan di depannya itu. Sret! Tatapan itu tiba-tiba berubah, begitu pula raut wajah tampannya yang mendadak terkesan dewasa dan seksi, tidak seperti tadi yang terlihat polos dan ceria.
***
Malam harinya, Cinta tertidur pulas di kamarnya. Seperti biasa, mimpinya dihiasi oleh oppa-oppa tampan idolanya. Sesekali ia tampak tersenyum, entah apa yang sedang dimimpikannya. Tanpa ia sadari, ada seorang pria yang dari tadi berdiri di samping tempat tidurnya, tengah memperhatikannya di dalam kegelapan.
Pria itu akhirnya duduk di sampingnya dengan pelan. Tangannya membelai lembut pipi Cinta. Karena merasa terusik, Cinta pun sedikit memalingkan wajahnya dengan dahi berkerut. Pria itu tertawa kecil melihatnya. Lagi-lagi ia membelai wajah cantik itu.
"Pergi sana!" igau Cinta saat kembali merasa tidurnya terusik. Pria itu tiba-tiba terlihat kesal, "Kau tidak suka kusentuh?" pikirnya. Pria itu pun berniat pergi dari kamar itu. "Oppa ... " igau Cinta sekali lagi seraya tiba-tiba menarik tangan pria itu.
"Oppa mana yang kau panggil? Apa kau memimpikan aku?" pikirnya setelah dengan cepat melepaskan tangan Cinta dari tangannya lalu sebuah seringai terukir di tengah kegelapan ruangan itu.
***
Keesokan paginya, Cinta merentangkan badannya masih dengan setengah sadar, "Tidurku nyenyak sekali tadi malam, tapi tadi malam aku mimpi apa, ya?" ucap Cinta sambil memiringkan kepalanya, kembali mengingat-ingat mimpi indahnya, "yah, walaupun tidak terlalu ingat, tapi rasanya aku mimpi indah deh semalam," lanjutnya dengan tersenyum, "Kyaaaaa! Bahagianya aku bisa menikmati wajah tampannya sampai ke mimpi!" pekiknya kegirangan.
***
Hari berganti, Cinta sangat bahagia menghabiskan harinya bersama pujaan hatinya sambil membicarakan persiapan pernikahan mereka berdua. Pria itu sangat lembut padanya, selalu mengalah dan menuruti semua kemauan Cinta. Pria itu juga terkesan lugu dengan sifat pemalunya.
Hal itu malah membuat Cinta semakin gemas dengannya, "Azio itu seperti kelinci putih yang sangat menggemeskan, mau bawa pulang pokoknya!" nilai Cinta setiap kali memperhatikan calon suaminya itu. Tanpa Cinta tahu, saat gelap menguasai malam, pria itu kembali datang mengawasi tidurnya dengan tatapan matanya yang seperti serigala yang sedang mengawasi mangsanya.
Tapi malam ini, Cinta membuka matanya. Dia hampir berteriak saat menyadari pria itu tengah berbaring di sampingnya. "Ini, aku!" ucap pria itu dengan suara khasnya, sebelum Cinta berteriak. Ia melepaskan tangannya yang menutup mulut Cinta dan kembali memejamkan matanya. "Azio!" kata Cinta masih sedikit panik, tapi kepanikannya sirna saat matanya menatap wajah tampan calon suaminya yang sedang memejamkan mata.
"Apa sekarang aku lagi bermimpi? Ada malaikat tidur di sampingku! OMG! Melihatnya saja sudah adem. Aduh, menutup mata saja tampannya keterlaluan! Bulu matanya ternyata lumayan panjang, hidungnya lebih mancung dariku, mukanya juga mulus. Apa gara-gara lama tinggal di Korea, ya, kulitnya jadi seputih ini? Apa seperti ini, ya rasanya satu ranjang dengannya, tidak karuan rasanya seperti ini? Apalagi melihat bibir itu sedekat ini! Tenang, Cin! Sabar, sebentar lagi juga jadi punya kamu! Tidur lagi saja, aku juga masih mengantuk," ucap Cinta dalam hati dan berusaha memejamkan matanya kembali.
"Tapi ... dia benar-benar tidur? Hanya itu saja? Tidak melakukan apapun? Aku 'kan jadi mengharapkan sesuatu! Padahal ada wanita cantik dengan baju tidur seksi di sebelahnya! Apa gara-gara dia terlalu polos jadi dia tidak merasakan apa-apa? Apa hanya aku yang panas dingin berada di sampingnya sedekat ini?" tanya Cinta dalam hatinya.
***
Sebelum mentari membuka hari, mata tajam itu kembali terbuka, kembali membelai wajah sang pujaan. Grepp! Cinta memeluknya, sontak membuat pria itu terkejut. Dengan pelan, ia melepaskan pelukan Cinta di pinggangnya, meninggalkan kamar itu dengan terburu-buru.
***
Pagi harinya, Cinta sudah selesai bersiap, hari ini jadwalnya memilih baju pengantin, setelah kemarin mereka memutuskan tempat pesta pernikahan akan dilangsungkan. "Cinta!" sebuah sapaan menyambut Cinta yang baru berniat menuruni tangga rumahnya. Senyum tampan pria itu menyambutnya di ujung anak tangga, ditambah jeans aquamarine dengan kemeja putih polos yang dikenakannya, membuat hati Cinta semakin menggila.
"Ya Tuhan, lihatlah visualnya yang bersinar itu, bahkan aku yang sudah berdandan maksimal saja, rasanya masih tidak bisa menandinginya! Apa katanya tadi, Cinta? Itu, 'kan namaku, tapi kenapa baru kali ini aku merasa deg-degan saat ada yang memanggilku dengan namaku sendiri?" pikir Cinta seraya menuruni anak tangga dengan wajahnya yang terasa memanas.
"Cinta, apa kau baik-baik saja?" tanya pria itu lembut, seraya mengulurkan tangannya menyambut kedatangan Cinta. "Ah, jangan memanggilku selembut itu!" teriak Cinta dalam hatinya. "Apa kau sakit?" tanyanya lagi dengan memiringkan wajahnya memperhatikan wajah Cinta dengan sepasang matanya yang tampak khawatir.
"Ja-jantungku! Oma, jantung Cinta tidak tahan!" pekik Cinta lagi saat pria itu mendekatkan wajahnya, tapi tiba-tiba Cinta teringat sesuatu, "Ah, iya! Jam berapa kamu bangun? Kenapa tidak membangunkan Cinta?" tanya Cinta. "Hah? Ma-maksudnya?" tanya pria itu tampak bingung.
"Iya. Jam berapa kamu keluar dari kamar Cinta?" tanya Cinta lagi tapi pria itu seperti mematung karena shock mendengarnya, "pura-pura tidak ingat? Tadi malam 'kan kamu tidur di kamar Cinta," lanjutnya. Cinta menatap bingung pria itu yang hanya diam saja di depannya, "Ya sudah, tidak usah malu seperti itu. Cinta tidak marah, kok," ucap Cinta seraya menggandeng tangannya.
Sementara itu, diperjalanan pria itu mulai angkat bicara, "Mmm ... sebenarnya ... aku juga bingung kenapa tadi malam aku ada di kamarmu! Aku yakin, sudah tidur di kamarku sendiri, tapi kenapa pagi ini aku malah bangun di kamarmu, ya? Jadi, tadi malam kita ... tidur ... bersama? Maaf ... padahal kita menikah saja belum ... Aku janji, tidak akan menyentuhmu sebelum jadi istriku," ucap pria itu tampak bingung dan merasa bersalah.
"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Cinta heran. "Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa seperti ini ... !" sahutnya pelan. "Apa?" tanya Cinta yang tidak mendengar. "Ah, sudah sampai! Benar 'kan, di sini?" ucapnya tiba-tiba mengalihkan pembicaraan seraya memarkirkan mobil di halaman sebuah butik.
***
"Hai, semua!" sapa Cinta pada semua yang ada di butik itu seraya menggandeng tangan calon suaminya itu dengan mesra.
"Dia Cinta, model yang fotonya lagi viral itu kan?"
"Katanya gara-gara foto itu, semua kontraknya dibatalkan dan dia terpaksa memilih mundur dari dunia model!"
"Jadi, foto itu benar, dong!"
"Tapi, siapa pria tampan di sebelahnya?"
"Astaga, tampannya!"
"Sepertinya wajahnya tidak asing, mirip siapa, ya?"
"Pacarnya? Lalu bule yang di foto itu siapa?"
"Ck, kemarin bule, sekarang oppa!"
Para wanita di butik itu pun tengah asyik bergosip ria, tapi Cinta dengan santainya berjalan di hadapan mereka, "Benar, 'kan, calon suamiku ini sangat tampan!" ucapnya dalam hati seraya tersenyum bangga.
"Cinta!" sapa seorang pria dari belakang. "Farrel!" balas Cinta saat bertemu dengan teman sesama modelnya. "Apa kabar?" ucapnya seraya mengulurkan tangannya ke arah Cinta, tapi belum sempat tangan Cinta menyambutnya, pria itu lebih dulu menyambut tangan Farrel.
Srett! Pria itu menarik pinggang Cinta agar mendekat padanya, "Perkenalkan, suami Cinta!" ucapnya dengan tatapan mata yang sangat mengintimidasi.
"Eh, kok tiba-tiba suasananya canggung! Dia kenapa, sih? Apa katanya tadi, suami? Omo (astaga)! Dia tidak sabaran sekali, sih, mengaku suamiku segala! Aduh, jantungku benar-benar tidak aman, apalagi kalau tiba-tiba dipeluk seperti ini, aku 'kan melayang, oppa!" ucap Cinta dalam hati seraya menatap wajah pria di sampingnya.
"Hai, cintaku! Sudah datang, ya? Jadi ini, oppa tampan dari Korea itu? Perkenalkan dong, Cin!" sapa sang desainer. Cinta pun mengenalkan mereka, tapi pria itu masih saja menatap Farrel dengan tajam, "sini! Aku punya wedding dress seperti yang kamu mau waktu itu," ucap desainer itu.
Dengan tangannya yang masih merangkul pinggang ramping Cinta, pria itu berjalan mengikuti sang desainer. Mereka berhenti di depan sebuah patung dengan gaun pengantin seksi yang akan memamerkan tubuh indah pemakainya, sangat cocok untuk tubuh model seksinya Cinta.
"Bagus, tidak?" tanya Cinta seraya menunjuk gaun itu. "Hmm ... bagus," jawab pria itu dengan senyum evil-nya saat memperhatikan gaun di patung itu. "Kalau begitu, ini saja, ya?" tanya Cinta seraya menempelkan baju yang sudah dilepas dari patung ke tubuhnya.
Sontak bayangan seksi Cinta yang memakainya pun memenuhi kepala sang pria, membuat pipinya memerah, "Ta-tapi, apa tidak terlalu seksi?" tanyanya sedikit terbata sambil menyembunyikan wajahnya, sok polos.
"Cinta memang memintanya yang seksi. Katanya, biar kamu goyah dan hilang kontrol pas malam pertama nanti!" celetuk sang desainer, membuat Cinta melotot menatap temannya yang tidak bisa menutup mulutnya itu. Pria itu semakin terguncang mendengarnya, ia sudah tidak bisa mengontrol air mukanya lagi saat membayangkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments