"Papi, memanggil Cinta?" tanya Cinta Ardita Widjaja dengan pelan dan sedikit gemetar. Pasalnya, Tuan Ardinata Widjaja tidak akan memanggilnya ke ruang kerjanya, jika bukan karena putri kesayangannya itu sudah melakukan kesalahan. "Apa-apaan berita itu!" bentak pria tampan yang masih terlihat gagah di usianya yang sudah tidak muda lagi itu.
"Aduh, mati aku! Aku harus jawab apa kali ini!" rutuk Cinta dalam hati. "Sayang, perempuan di foto itu bukan kamu, 'kan? Foto itu cuma editan, 'kan?" tanya Nyonya Dita Widjaja pada putrinya yang sudah mulai berkeringat dingin.
"Kenapa diam!" bentak Tuan Widjaja lagi, tapi Cinta semakin diam ketakutan, "Cinta, papi dan mami sudah mengizinkanmu menjadi model, tapi bukan pergaulan bebas seperti ini yang papi harapkan!" lanjutnya.
"Pe-pergaulan bebas? Papi kejauhan! Di situ Cinta hanya cium ... man ... " ucap Cinta tertahan menyesali kata terakhir yang baru saja diucapkannya. Tuan dan Nyonya Widjaja membelalakan mata mereka mendengar perkataan putrinya itu.
"Maksud Cinta ... Awww!" Cinta berniat menjelaskan tapi ucapannya terpotong saat telinganya ditarik seseorang dari belakang, "Oma! Sakit, Oma!" ringisnya. "Dasar gadis manja! Makin hari makin nakal!" ucap wanita tua itu seraya melepaskan tangannya dari telinga Cinta.
Cinta memegangi telinganya yang memerah sambil masih meringis, "Ardi, panggil Azio pulang! Sudah saatnya gadis manja ini menikah!" ucap Nyonya Besar Widjaya itu dengan tatapan tajam pada cucunya.
"Hah, menikah! Cinta? De-dengan siapa tadi? Azio?" ucap Cinta tidak percaya, "tunggu dulu! A-azio? Azio anak Om Salim? Anak sahabat papi yang yatim piatu itu? Anak pintar yang selalu Oma bangga-banggakan itu? Yang Oma sekolahkan sampai kuliahkan di luar negeri itu?" rentetan pertanyaan Cinta itu hanya dibalas anggukan dari papinya. Glup! Cinta sampai kesulitan menelan ludahnya sendiri, "Papi bercanda, 'kan?" ucap Cinta, tapi Tuan Widjaja menggeleng.
"Cinta harus menikah dengan Azio? Ondel-ondel yang menyebalkan itu!" tanya Cinta sekali lagi. Kali ini, semua yang ada di ruangan itu serempak menganggukan kepalanya. Bruk! Pada akhirnya model cantik bertubuh tinggi semampai itu pun pingsan mendengar keputusan akhir hidupnya.
***
Saat Cinta sadar dari pingsannya, ia berlari menuju kamar neneknya, "Oma!" panggilnya, "Oma, hanya bercanda 'kan tadi?" tanyanya. "Hmm ... " sahut oma. "Ayolah, Oma. Cinta belum mau nikah," rengeknya manja mencoba membujuk neneknya itu. "Tidak. Ini sudah saatnya kamu menikah," kata oma.
"Tapi Oma, Cinta masih muda. Lagipula Azio lebih tua dari Cinta," ucap Cinta. "Kamu sudah 22 tahun. Untuk wanita Indonesia, sudah biasa menikah di usia itu dan Azio baru 27 tahun. Hanya beda 5 tahun, 'kan?" jawab oma.
"Tapi Oma, Kak Rio yang seumuran Azio saja belum menikah. Raka juga sudah lama berpacaran dengan Mili. Kenapa bukan Raka saja yang duluan?" rayu Cinta. "Mereka pria. Pria tidak punya aturan menikah di umur berapa," jawab oma. "Curang!" ucap Cinta kesal.
"Oma tahu, kamu masih perawan," ucap oma tiba-tiba. "Dari mana oma tahu?" tanya Cinta dengan gaya tengilnya. "Oma bisa membedakannya," jawab oma. "Serius? Bagaimana caranya?" tanya Cinta penasaran. "Rahasia!" jawab oma. "Ih, Oma nakal!" sahut Cinta.
"Sama nakalnya sepertimu! Makanya, oma mau kamu menikah secepatnya, sebelum gadis nakal sepertimu kebablasan dan Azio adalah pilihan yang tepat untukmu. Kalian sangat cocok," kata oma. "Tidak!" sahut Cinta. "Kenapa?" tanya oma. "Masa Oma mau cucu Oma yang cantik dan seksi ini menikah dengan pria seperti itu?" ucap Cinta memanyunkan bibirnya. "Seperti itu bagaimana?" tanya oma bingung.
"Gendut, pendek, berkacamata. Apa kata dunia nanti saat foto-foto pernikahan model ternama Cinta Ardita Widjaja beredar di .... Arrghh! Membayangkannya saja Cinta bisa gila, Oma!" jawab Cinta, tapi Oma hanya tertawa mendengarnya, "memangnya Azio sudah setuju?" lanjutnya. "Tentu saja, Azio tidak akan menolak. Bukankah oma sudah membantu membiayai hidupnya selama ini?" kata Oma
"Ah, Oma jahat!" seru Cinta. "Apa maksudmu, hah?" tanya Oma seraya mengerutkan keningnya. "Memangnya kalau Azio menolak, Oma mau minta Azio mengembalikan biaya hidupnya selama ini apa?" kata Cinta tengil, tapi lagi-lagi oma menarik kupingnya, "ampun, Oma!" pekik Cinta seraya meringis. "Apa kamu pikir oma sejahat itu!" kata oma.
"Oma itu seperti sedang menjualbelikan cucu, tahu tidak?" ucap Cinta kesal. "Kata siapa? Oma hanya menawarkan cucu oma yang cantik, seksi dan masih perawan ini dan Azio mau. Oma tidak pernah memaksanya. Azio 'kan dari dulu memang suka dengan cucu oma ini," kata oma.
"Tapi Oma memaksa Cinta!" ucap Cinta semakin kesal karena rasanya percuma saja ia merengek manja pada omanya ini. "Karena oma tahu, kamu akan langsung menolaknya di awal ... " sahut oma. "Itu, Oma tahu! Kenal saja, tidak!" kata Cinta lagi. "Bukankah dari kecil sudah kenal?" kata oma bingung.
"Itu 'kan dulu. Setelah Om Salim meninggal, Azio 'kan tidak pernah main ke Jakarta lagi. Cinta juga tidak pernah ikut Oma ke Bandung, 'kan. Jadi, kita tidak pernah bertemu lagi. Kata Oma juga, beberapa bulan setelah itu, Azio pindah ke Korea 'kan tinggal bersama nenek dari ibunya yang orang Korea itu. Lalu, melanjutkan kuliahnya di Harvard, 'kan? Setelah kuliah, katanya kembali tinggal di Korea untuk mengurus perusahan di sana. Mana Cinta tahu sekarang Azio seperti apa," kata Cinta.
"Lalu?" ucap oma. "Ah, oma! Cinta itu tidak cocok dengan Azio! Oma lupa, ya? Dulu Cinta selalu bertengkar dengan Azio, 'kan?" kata Cinta. "Oma ingat. Azio selalu kamu marahi," kata oma. "Dia itu sangat menyebalkan, Oma. Selalu mengikuti Cinta seperti ondel-ondel!" ucap Cinta dengan ekspresi seperti trauma mengingat masa kecilnya.
"Itu 'kan karena dia sudah suka kamu dari dulu," kata oma lagi. "Idih, amit-amit!" sahut Cinta. "Loh, kenapa? Baguskan?" tanya oma. "Apanya yang bagus dikejar-kejar bocah ondel-ondel seperti itu!" ucap Cinta dengan wajah cemberut. "Kalau dia masih suka denganmu sampai sekarang, berarti dia cinta mati padamu?" kata oma.
"Dari mana oma tahu? Siapa tahu 'kan di sana Azio juga punya pacar. Bagaimana kalau Azio terpaksa meninggalkan pacar yang dia cintai gara-gara tidak bisa menolak harus menikahi Cinta? 'Kan kasihan, Oma ... " bujuk Cinta sekali lagi. "Azio tidak pernah pacaran. Dari dulu, anak itu hanya suka padamu. Oma bisa jamin itu! Oma sudah selidiki terlebih dahulu," sahut oma.
"Lama-lama Oma seperti intel, ya!" sindir Cinta, tapi oma hanya tertawa melihat wajah manyun cucunya itu, "tapi kalau Cinta tetap menolak, bagaimana?" lanjutnya. Oma menghentikan tawanya dan menatap tajam Cinta dengan wajah serius.
***
Keesokan harinya, di kamar mewah putri Keluarga Widjaja itu, "Ada apa kamu memanggilku ke sini?" tanya Mili, sahabat yang merangkap sebagai manajer sekaligus asisten Cinta, juga calon adik iparnya, "astaga!" pekik gadis manis itu saat Cinta membalikan badan menghadapnya dengan wajah kacau dan mata yang sangat sembab.
"Kamu lagi belajar akting menangis untuk melow drama, ya?" tanya Mili polos. Cinta semakin menangis mendengarnya, dengan kesal dia berkata, "Mataku bengkak seperti ini, kamu sebut akting? Hiks ... memangnya kamu pikir aku mau memenangkan "Piala Oscar" apa! Hiks ..."
"Jangan katakan papi dan mami kamu sudah melihat berita kamu ciuman dengan pria bule di club waktu kita ke Bali kemarin!" ucap Mili mulai menginterogasi. "Aku mati, Mil! Aku mau gila memikirnya!" Cinta semakin menangis. "Ada apa, sih? Kali ini, kamu dapat hukuman apa?" tanya Mili penasaran.
"Aku dipaksa menikah ... " jawab Cinta dengan menangis semakin keras. Mili melongo sesaat sambil menatap lekat Cinta, "Menikah? Maksudmu menikah, punya suami, berkeluarga lalu punya anak, begitu?" tanyanya. Cinta mengangguk dengan wajah hancurnya.
"Hah! Lalu bagaimana dengan kontrak-kontraknya? Kamu tahu sendiri 'kan di kontrak itu tertulis kata "lajang"! Lajang, Cin! Lajang!" Mili mulai panik sendiri jika memikirkan harus mengurus semua kontrak yang sudah ditandatangani Cinta itu.
"Untuk masalah itu, papi sudah turun tangan sendiri. Kata papi, biar papi yang membayar semua uang ganti ruginya. Semua kontrak sudah di-cancel," jawab Cinta. "Ma-maksudmu?" ucap Mili tidak percaya. "Aku sudah tidak boleh menjadi model lagi, Mil ... " lirih Cinta.
"Maksudmu, aku sudah tidak punya pekerjaan lagi?" tanya Mili yang dilanjutkannya ikut menangis bersama Cinta. Mereka berdua saling berpelukan. "Kamu serius, Cin?" tanya Mili yang masih belum percaya. "Aku serius! Gara-gara papi melihat foto yang beredar itu, aku disuruh berhenti jadi model, lalu aku juga dipaksa menikah," ucap Cinta di sela tangisannya.
"Sudah kamu jelaskan, 'kan soal itu?" tanya Mili. "Soal apa?" tanya Cinta balik. "Soal foto itu! Kamu sudah menjelaskan pada papimu 'kan, kalau bule itu yang memaksa menciummu duluan, lalu ada orang lain yang diam-diam mengambil foto?" kata Mili. "Percuma, kamu seperti tidak mengenal papiku saja, papi tetap tidak akan percaya," jawab Cinta.
"Kamu tidak menolak?" tanya Mili lagi. "Sudah! Tapi, tetap saja percuma," Cinta menjawab dengan wajah lesu. "Lalu, sekarang bagaimana? Apa aku benar-benar jadi pengangguran?" kata Mili. "Kamu masih saja memikirkan pekerjaan! Kamu tidak kerja pun masih ada Raka yang menanggung biaya hidupmu! Pikirkan saja bagaimana masa depanku sekarang!" ucap Cinta kesal.
"Apa kamu sudah mencoba bicara dengan pria itu? Kenapa tidak dicoba saja dulu? Siapa tahu, dia sama sepertimu," usul Mili. "Sudah, tadi aku menghubunginya, tapi tidak diangkat-angkat. Jadi, aku mengiriminya chat saja. Katanya, dia juga tidak punya akun sosmed sama sekali. Pria purba macam apa yang tidak punya akun sosmed? Aku benar-benar gila!" kata Cinta frustasi.
"Pesan apa yang kamu kirim?" tanya Mili penasaran. "Aku bilang, aku tidak mau menikah dengannya lalu memintanya untuk membatalkan pernikahan ini," jawab Cinta. "Lalu, dia balas apa?" tanya Mili semakin penasaran. "Ini, kamu baca saja sendiri," ucap Cinta seraya menyerahkan ponselnya pada Mili.
"Kamu Azio, 'kan? Eh, ondel-ondel! Oma menyuruhmu menikah denganku? Aku tidak sudi! Bisa gila aku kalau menikah denganmu! Batalkan!" pesan Cinta yang ia kirimkan untuk calon suaminya. "Baiklah," balas pria itu singkat.
"Jawabannya singkat dan kaku seperti itu, bagaimana dengan orangnya, coba?" ucap Cinta menghela nafas berat. "Memangnya kamu tidak mengenal calon suamimu itu?" tanya Mili. "Kenal sih, tapi dulu. Terakhir bertemu waktu umur 7 tahun," kata Cinta ragu karena ia sendiri sudah tidak terlalu mengingatnya.
"Bagaimana orangnya?" tanya Mili semakin penasaran. "Gendut, pendek, pokoknya bulat, pakai kacamata lagi lalu dia selalu mengikutiku kemana-mana kalau bertemu, seperti ondel-ondel. Menakutkan, 'kan?" jawab Cinta yakin. Mili ternganga mendengarnya. Di otaknya sudah tergambarkan bagaimana jeleknya calon suami sahabatnya itu.
"Masa aku harus menikah dengan pria seperti itu? Membayangkan bertemu dia lagi saja, aku sudah gila, Mil! Apalagi menikah dengan pria jelek seperti itu!" ucap Cinta frustasi dan kembali terisak. "Ya sudah, kamu tolak mati-matian, dong!" saran Mili dengan memberi semangat. "Aku benar-benar mati kalau menolak lagi," sahut Cinta yang tiba-tiba berhenti menangis karena teringat sesuatu. "Maksudmu?" tanya Mili bingung.
"Kata Oma, kalau aku menolak, namaku akan dicoret dari kartu keluarga dan surat warisan. Papi sudah membatalkan semua kontrak, kalau sekarang aku harus kehilangan status bangsawanku dan semua harta warisanku, aku tidak sanggup, Mil. Darah ningratku tidak akan sanggup hidup melarat. Kamu tahu 'kan, status sosial Cinta Ardita Widjaja lebih penting dari apapun!" jawab Cinta seraya bergidik ngeri saat mengingat kembali ancaman oma kemarin.
"Astaga, ancaman oma mematikan!" ucap Mili terperangah. "Makanya, aku benar-benar tidak punya pilihan lagi, Mil ... " ucap Cinta pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments